Jumat, 30 Agustus 2019

Mutiara akhlak pendahulu kita

Ada saja hal yang mengagumkan dari mutiara akhlak pendahulu kita yang shaleh dan begitu sulit ditemukan di zaman ini.

Thalhah ibn 'Abdurrahman ibn 'Auf namanya. Lelaki ini adalah sosok paling dermawan diantara tokoh Quraisy kala itu.

Tetapi, suatu ketika, istrinya mencoba mengutarakan uneg-uneg yang sempat terpendam dalam hatinya.

ﻣﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﻗﻮﻣﺎ ﺃﺷﺪّ ﻟﺆْﻣﺎ ﻣﻦْ ﺇﺧﻮﺍﻧﻚ .
ﻗﺎﻝ : ﻭﻟﻢ ﺫﻟﻚ؟
ﻗﺎﻟﺖ : ﺃﺭﺍﻫﻢْ ﺇﺫﺍ ﺍﻏﺘﻨﻴﺖ ﻟﺰِﻣُﻮﻙ، ﻭﺇِﺫﺍ ﺍﻓﺘﻘﺮﺕ ﺗﺮﻛﻮﻙ !
ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ : ﻫﺬﺍ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻛﺮﻡِ ﺃﺧﻼﻗِﻬﻢ !
ﻳﺄﺗﻮﻧﻨﺎ ﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﻗُﺪﺭﺗﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﺇﻛﺮﺍﻣﻬﻢ،
ﻭﻳﺘﺮﻛﻮﻧﻨﺎ ﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﻋﺠﺰﻧﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺑِﺤﻘﻬﻢ

"Aku tak pernah melihat sosok-sosok yang lebih tak beradab dibanding saudara-saudaramu."

Demikian tutur istrinya. Mendengar ini, beliau balik bertanya:

"Ada apa?"

"Aku perhatikan mereka kerapkali mendatangimu saat engkau berezki banyak saja. Sementara mereka meninggalkan engkau kala engkau tak berpunya."

Dengarlah jawaban mulia sang Thalhah kepada istrinya:

"Demi Allah, ini mereka lakukan justru karena kemuliaan mereka. Mereka mendatangi kita justru pada saat kita mampu untuk memuliakan mereka dgn apa yang kita miliki berupa rizki. Mereka pun tak mendatangi kita saat kita tak mampu menunaikan hak mereka."

Yaa Salaam. Thalhah tidak mengikuti alur bisikan syaithan yang terhembuskan kepada istrinya. Thalhah telah mengajarkan betapa berkualitasnya persangkaan baik. Ia mampu memilih kalimat yang pas untuk mengajarkan istrinya tanpa harus menikam saudara-saudaranya. Betapa bersih hatinya hingga mampu menepis buruk sangka.

Terhadap kisah ini, imam al Mawardi mengomentari:

ﺍﻧﻈﺮ ﻛﻴﻒ ﺗﺄﻭّﻝ ﺑﻜﺮﻣﻪ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﺄﻭﻳﻞ ﺣﺘﻰ ﺟﻌﻞ ﻗﺒﻴﺢ ﻓِﻌﻠﻬﻢ ﺣﺴﻨﺎ،
ﻭﻇﺎﻫﺮ ﻏﺪﺭِﻫﻢ ﻭﻓﺎﺀ . ﻭﻫﺬﺍ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺳﻼﻣﺔ ﺍﻟﺼﺪﺭ ﺭﺍﺣﺔ ﻓﻲ
ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﻏﻨﻴﻤﺔ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ، ﻭﻫﻲ ﻣﻦ ﺃﺳﺒﺎﺏ ﺩﺧﻮﻝ ﺍﻟﺠﻨﺔ، ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ:
ﻭﻧﺰﻋﻨﺎ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺻﺪﻭﺭﻫﻢ ﻣﻦ ﻏﻞ ﺇﺧﻮﺍﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﺳﺮﺭ ﻣﺘﻘﺎﺑﻠﻴﻦ

"Lihatlah, dengan kemuliaan akhlak Thalhah, ia mampu memformat sikap buruk saudara-saudaranya menjadi sebuah kebaikan (dalam pandangan orang lain). Demi Allah, ini menjukkan bahwa selamatnya dada (dari penyakit hati) adalah ketenangan di dunia dan ghanimah di akhirat. Inilah sarana menuju surga. Allah berfirman:

"Dan Kami lenyapkan apa yang ada di dalam mereka berupa dendam. Mereka merasa bersaudara dan duduk saling berhadapan di atas dipan-dipan (dalam Surga)." (QS al Hijr: 47)

_____
(10 April 2014)

Yani fahriansyah