AURAT LAKI-LAKI
Prof. DR. Muhammad Na'im Hafizhahullah dalam kitabnya "Ma'ushuu'ah Masaa`il al-Jumhuur" (I/144) mengatakan :
أكثر أهل العلم على أن عورة الرجل هي ما بين سرَّته إلى ركبته وبه
قال مالك وأبو حنيفة والشافعي وأحمد في رواية, وهي المعتمد في المذهب
"Kebanyakan ulama mengatakan bahwa aurat laki-laki adalah antara pusar dengan lutut.
Ini adalah pendapatnya Malik, Abu Hanifah, Syafi'i dan Ahmad dalam salah satu riwayat dan ini pendapat resmi dalam Mazhab Hanbali." -selesai-.
Al-Imam asy-Syafi'i rahimahullah dalam kitabnya "al-Umm" (I/109) berkata :
وَعَوْرَةُ الرَّجُلِ مَا دُونَ سُرَّتِهِ إلَى رُكْبَتَيْهِ لَيْسَ سُرَّتُهُ وَلَا رُكْبَتَاهُ مِنْ عَوْرَتِهِ
"Aurat laki-laki adalah apa yang dibawah pusar sampai ke kedua lututnya. Pusar dan kedua lututnya tidak termasuk aurat." -selesai-.
Diantara dalil dalam permasalahan diatas adalah apa yang diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad (no. 6756) rahimahullah dan selainnya dari silsilah 'Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya secara marfu' didalam lafazhnya terdapat potongan hadits :
فَإِنَّ مَا أَسْفَلَ مِنْ سُرَّتِهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ مِنْ عَوْرَتِهِ
"Sesungguhnya apa yang ada dibawah pusar sampai kedua lutut adalah termasuk aurat.".
(Silsilah Amr bin Syu'aib, pendapat yang rajih hasan haditsnya. Hadist ini dihasankan oleh al-Albani).
Diriwayatkan juga dari Abu Ayyub al-Anshori radhiyallahu anhu secara marfu' :
ما فَوْقَ الرُّكْبَتَيْنِ مِنَ العَوْرَةَ ، وما أَسْفَلَ السُّرَّةِ مِنَ العَوْرَةِ
"Apa yang diatas kedua lutut adalah aurat dan apa yang dibawah pusar adalah aurat." (HR. Baihaqi dan selainnya).
Namun didalam sanadnya ada Sa'id bin Raasyid dan Ubaad bin Katsiir, keduanya perawi matruk, sehingga Imam al-Albani menilainya sebagai hadits dhoifun jiddan (sangat lemah).
Namun tentunya ketika sholat, memakai pakaian yang lengkap dan bagus adalah lebih baik, seminimal-minimalnya tetap ada yang menutupi bahunya. Al-Imam asy-Syafi'i rahimahullah dalam kitabnya diatas berkata :
وَأَحَبُّ إلَيَّ أَنْ لَا يُصَلِّيَ إلَّا وَعَلَى عَاتِقِهِ شَيْءٌ عِمَامَةٌ، أَوْ غَيْرُهَا وَلَوْ حَبْلًا يَضَعُهُ.
"aku menyukai agar tidak sholat, kecuali diatas bahunya ada sesuatu yang menutupinya berupa imamah atau selainnya, sampai pun hanya seutas tali". -selesai-.
Al-'Alamah bin Baz rahimahullah berkata :
فإن عورة الرجل ما بين السرة والركبة في الصلاة وخارجها لكن يزاد على ذلك في الصلاة أن يستر عاتقيه أو أحدهما برداء ونحوه مع القدرة على ذلك، ولا يجوز للمؤمن في الصلاة أن يبدي شيئًا مما بين السرة والركبة، هذا هو الذي عليه جمهور أهل العلم وهو الصواب
"Sesungguhnya aurat laki-laki adalah antara pusar dengan lutut baik didalam sholat maupun diluarnya, namun didalam sholat ditambahi untuk menutup kedua bahunya atau salah satunya dengan selendang atau semisalnya kalau mampu. Tidak boleh bagi seorang mukmin untuk sholat dengan terbuka antara pusar dan lututnya. Ini adalah pendapatnya jumhur ulama dan ini pendapat yang benar."
(https://binbaz.org.sa/fatwas/17400/).
Wallahu a'lam.
Abu Sa'id Neno Triyono