Rabu, 21 Agustus 2019

Tidak pernah salah

TIDAK PERNAH SALAH

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Ada seseorang, dirinya merasa tidak pernah bersalah. Merasa dirinya selalu di atas kebenaran. Kalau dinasehati atau dikritisi pendapatnya dia tidak suka dan marah.

Ada juga seseorang yang menganggap gurunya tidak pernah melakukan kesalahan, gurunyalah yang paling berilmu, yang paling menguasai seluruh bidang ilmu, yang menyelisihinya pasti salah. Dia tidak suka dan akan marah jika pendapat gurunya ada yang mengkritisinya. Dia akan membela habis-habisan gurunya, dengan berbagai argumen yang membabi buta.

Sikap merasa diri atau gurunya tidak pernah salah, adalah sikap orang yang bodoh.

Asy-Syaikh Muqbil bin Hady rahimahullah berkata:

الذي يعجب بنفسه ويظن أنه لا يخطئ فهو مغفل، الخطأ يحدث من الكل.

“Orang yang merasa kagum terhadap dirinya sendiri (ujub) dan menyangka bahwa dia tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia adalah orang yang dungu, kesalahan bisa muncul dari semua orang.” (As-Sima' al-Mubasyir, hlm. 50).

Seseorang yang tidak mau dikritisi atau tidak suka gurunya dikritisi, maka ini salah satu ciri orang yang tidak ikhlas dalam beramal.

Berkata Ibnul Wazir rahimahullah :

{ والقاصد لوجه الله لا يخاف أن يُنقد عليه خَلَلٌ في كلامه، ولا يَهاب أن يُدَلَّ على بطلان قوله، بل يحب الحق من حيث أتاه، ويقبل الهدى ممَّن أهداه. بل المخاشنة بالحق والنصيحة أحبُّ إليه مِن المُداهنة على الأقوال القبيحة، وصديقك مَن أَصْدَقَكَ لا من صدّقَك. وفي نوابغ الكلم وبدائع الحِكم: (عليك بمَن يُنذر الإبسال والإبلاس وإيَّاك ومَن يقول: لا باس ولا تاس)». [«العواصم والقواصم» لابن الوزير (١/ ٢٢٤)]

“Orang yang ikhlash semata-mata mengharapkan wajah Allah, dia tidak takut dikritik kesalahan pada ucapannya, tidak khawatir ditunjukkan kebathilan ucapannya, bahkan dia selalu mencintai kebenaran dari manapun datangnya dan menerima petunjuk dari siapapun yang menghadiahkan kepadanya.

Bahkan sikap keras yang dilandasi kebenaran dan nasehat lebih dia cintai dibandingkan sikap basa-basi demi mempertahankan ucapan-ucapan yang buruk.

Dan temanmu yang sebenarnya adalah yang bersikap jujur kepadamu, bukan yang selalu membenarkan ucapanmu.

Dan disebutkan pada sebuah ucapan hikmah :

“Hendaknya engkau bersama orang yang suka mengingatkan agar tidak terjerumus kepada kebinasaan dan menyesal lagi putus asa, jangan bersama orang yang suka mengatakan: ‘Tidak apa-apa dan jangan bersedih!’” (Al-Awashim wal Qawashim, karya Ibnul Wazir, jilid 1 hal. 224).

Sesungguhnya, orang yang menginginkan kebenaran, dia senang dinasehati dan senang diingatkan kesalahannya.

Berkata Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah :

الذي يريد الحق يفرح بالنصيحة ويفرح بالتنبيه على الخطأ.

“Orang yang menginginkan kebenaran merasa senang dengan nasehat dan senang diingatkan kesalahannya.” (Syarh Kitab al-Ubudiyyah, hlm. 252).