Jika dunia dibukakan, dia kira Allah sedang memuliakan. Tapi jika dunia disempitkan, dia kira Allah sedang menghinakan.
Padahal lapang atau sempitnya dunia bukan standar mulia atau hinanya manusia di sisi Allah. Tapi standarnya itu ketakwaannya. (فَأَمَّا ٱلۡإِنسَـٰنُ إِذَا مَا ٱبۡتَلَىٰهُ رَبُّهُۥ فَأَكۡرَمَهُۥ وَنَعَّمَهُۥ فَیَقُولُ رَبِّیۤ أَكۡرَمَنِ وَأَمَّاۤ إِذَا مَا ٱبۡتَلَىٰهُ فَقَدَرَ عَلَیۡهِ رِزۡقَهُۥ فَیَقُولُ رَبِّیۤ أَهَـٰنَنِ)
Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku". Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku". [Surat Al-Fajr 15 - 16]
Gak usah tunjuk hidung, begitulah kadang sifat ini keluar dari saya & Anda. Allah ingatkan, biar kita gak salah menilai dalam hidup ini.
.
.
Follow @pustakamuslim
.