Rabu, 31 Juli 2019

Memahami amalan qaashir dan amalan muta'addi

Memahami amalan qaashir dan amalan muta’addi


Kaitannya dengan amalan yang ditinggalkan, kita perlu mengenal dua amalan yaitu amalan qaashir dan amalan muta’addi.

Amalan muta’addi adalah amalan yang manfaatnya untuk orang lain, baik manfaat ukhrawi (seperti mengajarkan ilmu dan dakwah ilallah), bisa juga manfaat duniawi (seperti menunaikan hajat orang lain, menolong orang yang dizalimi).

Amalan qaashir adalah amalan yang manfaatnya hanya untuk pelakunya saja, seperti puasa dan iktikaf.

 

Manakah yang lebih afdal, apakah amalan qaashir ataukah amalan muta’addi?


Para fuqoha syariat menyatakan bahwa amalan muta’addi yang manfaatnya untuk orang lain lebih utama dari amalan qaashir yang manfaatnya untuk diri sendiri.

Di antaranya yang dijadikan dalil adalah hadits dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ


“Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya.” (HR. Abu Daud, no. 3641; Ibnu Majah, no. 223; Tirmidzi, no. 2682. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam tahqiq terhadap Misykah Al-Mashabih).

Juga hadits,

فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ


“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari, no. 2942 dan Muslim, no. 2406; dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu).

Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا


“Barangsiapa memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun juga.” (HR. Muslim, no. 2674)

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafizhahullah berkata, “Pelaku ibadah qaashirah hanya mendapatkan manfaat untuk dirinya sendiri; jika ia meninggal dunia, amalannya akan terputus. Adapun pelaku ibadah muta’addi, maka walaupun meninggal dunia, amalannya tidaklah terputus.” (Utruk Atsaran Qabla Ar-Rahiil, hlm. 8)

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menerangkan bahwa keutamaan di sini dari sisi jenis, bukan berarti semua amalan muta’addi lebih afdal dari amalan qaashir. Shalat, puasa, dan haji termasuk dalam ibadah qaashirah—dalam hukum asalnya–, namun ibadah ini termasuk dalam rukun Islam dan merupakan amalan Islam paling penting. Lihat Utruk Atsaran Qabla Ar-Rahiil, hlm. 8.

Disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah, para ulama berkata,

إِنَّ أَفْضَلَ العِبَادَةِ العَمَلُ عَلَى مَرْضَاةِ الرَّبِّ فِي كُلِّ وَقْتٍ بِمَا هُوَ مُقْتَضَى ذَلِكَ الوَقْتِ وَوَظِيْفَتِهِ


“Ibadah yang paling afdal adalah amalan yang dilakukan sesuai ridha Allah dalam setiap waktu dengan memandang pada waktu dan tugas masing-masing.” (Madarij As-Salikin, Ibnul Qayyim, 1:89, Asy-Syamilah – Penerbit Dar Al-Kutub Al-‘Arabi)

Ibnul Qayyim melanjutkan, “Ibadah yang paling baik pada waktu jihad adalah berjihad, walaupun nantinya sampai meninggalkan wirid rutin seperti shalat malam, puasa di siang hari, meninggalkan shalat sempurna untuk shalat wajib (shalatnya diqashar) tidak seperti dalam keadaan aman.

Apabila tamu hadir di rumah, paling afdal adalah sibuk melayani tamu daripada rutinitas yang sunnah, begitu pula dalam menunaikan hak istri dan keluarga.

Apabila datang waktu sahur, paling afdal adalah sibuk dengan shalat, membaca Al-Qur’an, berdoa, berdzikir, dan beristighfar.

Apabila datang seseorang meminta dibimbing atau saat itu adalah waktu mengajarkan ilmu pada orang yang tidak paham, paling afdal adalah membimbing dan mengajarkan ilmu.

Apabila azan berkumandang, paling afdal adalah sibuk menjawab azan daripada melakukan rutinitas ibadah lainnya.

Apabila waktu shalat lima waktu tiba, maka lebih afdal adalah serius dan melakukannya dalam bentuk yang sempurna, bersegera melakukannya pada awal waktu, lalu keluar ke Masjid Jami’ walaupun itu jauh.”

 

 

 

Selesai disusun saat di Adisucipto, 29 Dzulqa’dah 1440 H (1 Agustus 2019)

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho .Com

Hukuman dosa yg tidak disadari mayoritas manusia

HUKUMAN DOSA YANG TIDAK DISADARI MAYORITAS MANUSIA

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

‏والله سبحانه جعل مما يعاقب به الناس على الذنوب سلب الهدى والعلم النافع.

"Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan diantara hukuman yang Dia timpakan kepada manusia akibat dosa-dosa adalah dicabutnya petunjuk dan ilmu yang bermanfaat."
📚 Majmu'ul Fatawa, jilid 14 hlm. 152

_________

Follow, like & Subscribe

FB : facebook.com/Dr.SufyanBaswedan.MA
IG : instagram.com/sufyanbaswedan
YT : youtube.com/SufyanBaswedan
TELEGRAM : t.me/sufyanbaswedan

ADA APA DENGAN 10 HARI DI AWAL BULAN DZULHIJJAH

ADA APA DENGAN 10 HARI DI AWAL BULAN DZULHIJJAH?

1. Mengapa dinamakan bulan Dzulhijjah?
Bulan Dzulhijjah adalah bulan terakhir di tahun hijriyah. Dinamakan dzulhijjah karena dahulu orang arab berhaji di bulan tersebut.

2. Tahukah anda keutamaan 10 hari di awal bulan Dzulhijjah?
a) Allah bersumpah dengan 10 hari di awal bulan Dzulhijjah dan Allah tidak bersumpah kecuali dengan sesuatu yang mulia. Allah berfirman:

(وَٱلۡفَجۡرِ (١) وَلَيَالٍ عَشۡرٍ۬(٢

"Demi fajar dan malam yang sepuluh."
(QS.Al-Fajr : 1-2)

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Malam yang sepuluh” maksudnya adalah sepuluh Dzulhijjah seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid dan yang lainnya dari ulama salaf serta khalaf.

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata: “Malam yang sepuluh” penafsiran yang benar tentang ini adalah malam sepuluh di bulan Ramadhan atau sepuluh di bulan Dzulhijjah. Karena malam-malam itu mengandung hari-hari yang mulia. Di dalamnya banyak sekali ibadah-ibadah yang tidak ada pada selainnya.

b) Allah menyebutkan 10 hari di awal bulan Dzulhijjah di dalam ayat-ayat-Nya yang mulia yang menunjukkan akan kemuliaan hari-hari tersebut.

- Allah berfirman:

ٱلۡحَجُّ أَشۡهُرٌ۬ مَّعۡلُومَـٰتٌ۬‌ۚ

"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi." (QS.Al-Baqarah : 197)

Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: Firman-Nya “beberapa bulan yang dimaklumi” Imam Bukhari berkata: Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu berkata: Syawal, Dzulqa’dah, 10 awal Dzulhijjah.....dan ucapan ini juga diriwayatkan dari Umar, Ali, Ibnu Mas’ud, Abdullah bin Zubair, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum, Atha’, Thawus, Mujahid, Ibrahim An-Nakhai, Sya’bi, Hasan, Ibnu Siirin, Makhul, Qatadah, Dhahhak bin Muzaahim, Rabi’ bin Anas, Muqaatil bin Hayyan. Dan ini adalah madzhab Imam Syafi’i, Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal, Abu Yusuf, Abu Tsaur rahimahumullahu.

- Allah berfirman:

وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ يَأۡتُوكَ رِجَالاً۬ وَعَلَىٰ ڪُلِّ ضَامِرٍ۬ يَأۡتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ۬ (٢٧) لِّيَشۡهَدُواْ مَنَـٰفِعَ لَهُمۡ وَيَذۡڪُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ فِىٓ أَيَّامٍ۬ مَّعۡلُومَـٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ‌ۖ فَكُلُواْ مِنۡہَا وَأَطۡعِمُواْ ٱلۡبَآٮِٕسَ ٱلۡفَقِيرَ (٢٨)

"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rizki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir."
(QS.Al-Haj : 27-28)

Imam Al-Baghawi berkata: “dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan” yaitu 10 hari (pertama) di bulan Dzulhijjah, menurut ucapan kebanyakan ahli tafsir. Demikian pula yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma seperti yang dinukil oleh Imam Ibnu Katsir tentang tafsir ayat diatas.

- Allah berfirman:

وَوَٲعَدۡنَا مُوسَىٰ ثَلَـٰثِينَ لَيۡلَةً۬ وَأَتۡمَمۡنَـٰهَا بِعَشۡرٍ۬ فَتَمَّ مِيقَـٰتُ رَبِّهِۦۤ أَرۡبَعِينَ لَيۡلَةً۬‌ۚ وَقَالَ مُوسَىٰ لِأَخِيهِ هَـٰرُونَ ٱخۡلُفۡنِى فِى قَوۡمِى وَأَصۡلِحۡ وَلَا تَتَّبِعۡ سَبِيلَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ

"Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam. Dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam.Dan berkata Musa kepada saudaranya Yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan".
(QS.Al-A’raaf : 142)

Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: Para ulama tafsir berselisih pendapat tentang 10 malam (dalam ayat diatas). Namun kebanyakan mereka berpendapat bahwa yang dimaksud dengan 30 malam adalah bulan Dzulqa’dah dan 10 malamnya adalah 10 Dzulhijjah. Hal ini dikatakan oleh Mujahid, Masruq, Ibnu Juraij dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan selainnya.

c) 10 hari di awal bulan Dzulhijjah merupakan hari yang amal shalih lebih Allah cintai daripada selainnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام -يعني الأيام العشر- قالوا يا رسول الله ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ثم لم يرجع من ذلك بشيء .

"Tidak ada hari-hari yang amal shalih di dalamnya lebih Allah cintai daripada hari-hari tersebut –yaitu 10 hari di awal Dzulhijjah-. Para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan jihad di jalan Allah? beliau menjawab: walaupun jihad fii sabilillah, melainkan seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian dia tidak kembali dengannya sedikitpun."
(HR. Bukhari)

d) Diantara keutamaan 10 hari di awal bulan Dzulhijjah bahwa di dalamnya terdapat hari Arafah yaitu 9 Dzulhijjah yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda tentang puasanya:
أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله و السنة التي بعده
"Aku berharap kepada Allah untuk puasa arafah ini menghapuskan dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang." (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمْ الْمَلَائِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ.
"Tidak ada suatu hari yang Allah lebih banyak memerdekakan hamba-Nya dari api neraka daripada hari Arafah. Sesungguhnya Dia mendekat kemudian Dia membanggakan penduduk Arafah kepada para malaikat-Nya seraya berkata: Apa yang diinginkan oleh mereka?"
(HR. Muslim)

أفضل الدعاء دعاء يوم عرفة، وأفضل ما قلت أنا والنبيون من قبلي لا إله إلا الله وحده لا شريك له
"Sebaik-baik doa adalah doa di hari Arafah dan sebaik-baik yang aku ucapkan dan juga diucapkan oleh para nabi sebelumku adalah tidak ada yang berhak untuk disembah dengan haq kecuali Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya."
(HSR. Imam Malik)

e) Diantara keutamaan 10 hari di awal bulan Dzulhijjah bahwa di dalamnya terdapat hari raya Idul Adha atau hari penyembelihan hewan qurban. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أعظم الأيام عند الله يوم النحر، ثم يوم القر
"Semulia-mulia hari disisi Allah adalah hari nahr (tanggal 10 Dzulhijjah) dan hari qar (hari tasyriq)." (HSR. Ahmad dan Abu Daud)

** Mana yang lebih mulia antara 10 hari di awal bulan Dzulhijjah dan 10 hari terakhir di bulan Ramadhan?

Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: Dikatakan bahwa 10 hari di awal bulan Dzulhijjah itu merupakan hari yang termulia seperti dalam hadits. Keutamaannya lebih banyak dibanding 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Di dalam keduanya ada syariat-syariat yang sama seperti shalat, puasa, sedekah dan lain sebagianya. Namun 10 hari di awal bulan Dzulhijjah memiliki keistimewaan berupa pelaksanaan ibadah haji. Tapi ada pula yang berpendapat 10 hari terakhir di bulan Ramadhan itu lebih utama dikarenakan didalamnya terdapat malam lailatul qadr yang lebih utama daripada seribu bulan. Ulama yang lain ada yang mengambil jalan tengah dengan mengatakan: 10 awal bulan Dzulhijjah pagi/siang harinya yang lebih mulia sedangkan 10 akhir Ramadhan malamnya yang lebih mulia. Pendapat terakhir ini menjamakkan dalil-dalil yang ada. Wallahu a’lam

• Apa amal ibadah yang disyariatkan di 10 awal bulan Dzulhijjah?

1. Mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai macam bentuk amal shalih seperti membaca al-qur’an, berdzikir, shalat, puasa, serta berbuat baik kepada manusia. Dan secara khusus melaksanakan ibadah umrah, haji, menyembelih hewan qurban. Dahulu salafush shalih mengagungkan 3 momen yang setiap momennya mengandung 10 hari: 10 hari di awal bulan Dzulhijjah, 10 hari di akhir bulan Ramadhan dan 10 hari di awal bulan Al-Muharram.

2. Mengucapkan tahlil (mengucapkan لا إله إلا الله / laa ilaha illallahu), takbir (mengucapkanالله أكبر / Allahu akbar) dan tahmid (mengucapkan الحمد لله / alhamdulillah). Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:

ما من أيام أعظم ولا أحب إلى الله العمل فيهن من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من
التهليل والتكبير والتحميد
"Tidak ada hari yang Allah lebih muliakan dan cintai amal shalih didalamnya dibandingkan pada 10 hari di awal bulan Dzulhijjah maka perbanyaklah di dalamnya untuk membaca tahlil, takbir dan tahmid." (HSR. Ahmad)

Imam Bukhari berkata: Dahulu Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma keluar ke pasar di 10 hari di awal Dzulhijjah dan mereka berdua bertakbir kemudian orang-orang pun ikut bertakbir. (HR. Bukhari 2/20)

3. Melakukan Puasa di hari arafah (atau tanggal 9 Dzulhijjah).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang keutamaannya:

أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله و السنة التي بعده
"Aku berharap kepada Allah untuk puasa arafah ini menghapuskan dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang." (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Melaksanakan ibadah haji.
5. Menyembelih hewan kurban.

---------------------------------------

[1] Makalah “Kalimah Syarhi Dzilhijjah” oleh Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili. Lihat www.al-rehaili.net.
[2] Tafsir Ibnu katsir 8/381.
[3] Tafsir As-Sa’di hal.1089.
[4] Tafsir Ibnu Katsir 1/403.
[5] Tafsir Al-Baghawi hal.865.
[6] Tafsir Ibnu Katsir 5/364.
[7] Tafsir Ibnu Katsir 3/421.
[8] Tafsir Ibnu Katsir 3/289.
[9] Diringkas dan diterjemahkan dari makalah Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili yang berjudul “kalimah Syarhi Dzilhijjah”. Lihat www. al-rehaili.net.

Ustadz Abdurahman Thoyib LC

Mengenal para ulama

#KEPUTUSAN_BARU_KSA
#ANGGOTA_LAJNAH_DAAIMAH
#KOMITE_TETAP_UNTUK_FATWA_KSA

Kita mengucapkan selamat kepada Ma'aliy As Syaikh DR. Sa'ad bin Nashir As Syitsriy (anggota Kibar Ulama dan Penasehat Dewan Kerajaan KSA) telah diangkat menjadi anggota (Lajnah Ad Daaimah Lil Ifta').

Kita berdoa semoga Allah memberikan Taufiq, Istiqamah dan Pertolongan kepadanya, dan kepada semua ulama sunnah.

🔰Ulama Lajnah Daaimah :
1. Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh -Mufti-
2. Syaikh Shalih Al Fauzan
3. Syaikh Ahmad Al Mubaarakiy
4. Syaikh Abdul Karim Al Hudhair
5. Syaikh Muhammad bin Hasan Alu Syaikh

حفظهم الله وبارك في علومهم وأعمارهم

http://www.ssa.gov.sa/أعضاء-اللجنة-الدائمة-للفتوى/

Mengenal ulama
Ust Alif El qibty

Berlebih lebihan dalam beberapa hal

Hati sangatlah berpengaruh dalam gerak-gerik seseorang. Karena seseorang akan selalu melakukan sesuatu sesuai kata hatinya.                    


 


Hati ϑί dalam tubuh manusia laksana raja pada anggota tubuh, dan anggota tubuh adalah prajuritnya, apabila rajanya baik, maka baik pula prajuritnya, dan apabila raja buruk, maka buruk pulalah prajuritnya.    


 


Rasulullah صلى اللّهُ عليه وسلم bersabda: 


 


ألا إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب 


 


      “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila dia baik maka baiklah seluruh jasadnya. Dan apabila dia rusak, maka rusaklah seluruh  jasadnya, ketahuilah segumpal daging itu adalah hati”. (HR. al-Bukhari)


 


      Setampan atau secantik apapun rupa seseorang, tidaklah indah tanpa hati Чαπg bersih, karena hati yang bersih melahirkan perbuatan yang baik, begitu pula sebaliknya. Dan Allah tidaklah melihat dari fisik seseorang, melainkan Allah akan melihat pada hati dan amalannya.


   


Dari Abu Hurairah  رضي الله عنه  berkata, Rasulullah صلى اللّهُ عليه وسلم  bersabda, 


 


  إن الله لا ينظر إلى أجسامكم ولا إلى صوركم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم


 


     “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad-jasad kalian, tidak pula rupa-rupa kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian dan perbuatan-perbuatan kalian”. (HR. Muslim)


 


      Oleh karena itu membersihkan hati sangatlah penting, karena pada hari kiamat tidaklah berguna harta dan anak kecuali Чαπg datang kepada Allah dengan membawa hati yang selamat. Sebagaimana firman-Nya:


 


يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من أتى الله بقلب سليم 


 


     “Pada hari (kiamat) ketika tidak lagi bermanfaat harta maupun keturunan, kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. asy-Syu’araa’ : 88-89)


 


• Karakter Hati Yang Selamat


 


     Syaikh as-Sa’di rahimahullah menyebutkan beberapa karakter atau ciri-ciri hati yang selamat; yaitu hati tersebut diisi dengan: keikhlasan, ilmu, keyakinan, kecintaan kepada kebaikan dan menganggap kebaikan itu sesuatu yang indah di dalam hatinya, keinginan dan kecintaannya senantiasa mengikuti apa yang Allah cintai, begitu pula hawa nafsunya tunduk mengikuti ajaran yang Allah berikan. (Taisir al-Kariim ar-Rahmaan, hal:593)


 


    Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan bahwa hati tidak akan benar-benar bisa selamat kecuali jika terbebas dari lima hal:


 


1. Syirik yang memupuskan tauhid.


 


2. Bid’ah yang menyimpangkan dari as-Sunnah.


 


3. Menuruti keinginan nafsu yang membuat berpaling dari perintah (syari’at).


 


4. Kelalaian yang membuat dzikir terbengkalai.


 


5. Hawa nafsu yang mengikis kemurnian ibadah dan keikhlasan


 


(Ad-Daa’ wa ad-Dawaa’, hal:138)


 


     Agar hati kita bersih dan selamat hendaklah kita mengetahui racun-racun yang bisa merusak hati. Ada Empat racun dalam hati Чαπg memiliki pengaruh Чαπg sangat kuat dan Чαπƍ paling banyak menyebar, diantaranya adalah:


 


1. Kelebihan dalam berbicara (Fudhulul kalam)


 


2. Kelebihan dalam memandang (Fudhulun nadzar)


 


3. Berlebih-lebihan dalam hal makanan (Fudhuluth tho'aam)


 


4. Kelebihan dalam bergaul


(Fudhulul mukhaalathoh)


 


     Hendaklah kita berusaha menjaga hati kita dengan tidak memasukkan racun-racun tersebut, dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyingkirkannya. Dan apabila racun-racun tersebut masuk karena kelalaian atau kesalahan maka hendaklah kita bersegera untuk menghapusnya dengan bertaubat kepada Allah dan memperbanyak beristighfar.              Semoga kita semua dapat terhindar dari racun-racun Чαπg menjangkit hati, sehingga kita kelak menghadap Allah dengan membawa hati Чαπg selamat. 


 


آمِيْن


 


- - - - - - 〜✽〜 - - - - - -


 


Dipost Ustadz Fuad Hamzah Baraba', Lc -hafizhahullah- tgl 8 Februari 2016


Akhlak yg mulia

Nasehat Luqman Al Hakim kepada anaknya yang diabadikan dalam Al Qur'an:

وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

“dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Luqman: 19).

Maksudnya janganlah berlebihan dalam berbicara, dan janganlah meninggikan suara tanpa kebutuhan. Oleh karena itu setelahnya Allah berfirman (yang artinya) : "Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.

Mujahid rahimahullah berkata: “suara yang paling buruk adalah suara keledai. Maksudnya orang yang meninggikan suaranya diserupakan seperti keledai karena keledai itu suaranya keras dan melengking. Ini menunjukkan haramnya perbuatan tersebut dan sangat tercela. Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ليس لنا مثل السوء, العائدَ في هبتِه كالكلبِ يعودُ في قَيْئِه

“Tidak ada permisalan orang yang paling buruk, kecuali orang yang meminta kembali apa yang ia berikan, seperti anjing yang menjilat kembali muntahannya” (HR. Bukhari no. 1490, Muslim no. 1620).

إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ فَاسْأَلُوا اللَّهَ مِن فَضْلِهِ، فإنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا، وإذَا سَمِعْتُمْ نَهِيقَ الحِمَارِ فَتَعَوَّذُوا باللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، فإنَّه رَأَى شيطَانًا

“Kalau kalian mendengar ayam berteriak (berkokok) maka berdoalah meminta nikmat kepada Allah. Namun jika kalian mendengar suara keledai berteriak (meringkik) maka mintalah perlindungan kepada Allah, karena keledai tersebut sedang melihat setan” (Muttafaqun ‘alaihi)” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/711).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga dipuji oleh Allah bahwa beliau tidak suka berteriak-teriak. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman:

أنْتَ عَبْدِي ورَسولِي، سَمَّيْتُكَ المُتَوَكِّلَ، ليسَ بفَظٍّ ولَا غَلِيظٍ، ولَا سَخَّابٍ بالأسْوَاقِ، ولَا يَدْفَعُ السَّيِّئَةَ بالسَّيِّئَةِ، ولَكِنْ يَعْفُو ويَصْفَحُ

"Engkau (Muhammad) adalah hamba-Ku dan rasul-Ku, aku namai engkau Al Mutawakkil, engkau bukan orang yang keras dan kasar, bukan orang yang suka berteriak-teriak di pasar, engkau tidak membalas keburukan dengan keburukan, bahkan engkau pemaaf dan lapang dada" (HR. Bukhari no. 6622).

Juga diriwayatkan dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu:

إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ كُلَّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاطٍ، سَخَّابٍ فِي اْلأَسْوَاقِ، جِيْفَةٍ بِاللَّيْلِ، حِمَارٍ بِالنَّهَارِ، عَالِمٍ بِأَمْرٍ الدُّنْيَا، جَاهِلٍ بِأَمْرِ اْلآخِرَةِ.

“Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang keras lagi kasar, suka berteriak-teriak di pasar, seperti bangkai di malam hari, seperti keledai di siang hari, mengerti urusan dunia tapi bodoh dengan urusan akhirat” (HR. Ibnu Hibban no. 72, didha'ifkan oleh Al Albani dalam Silsilah Adh Dha'ifah no. 2304).

Terutama jika berada di masjid, lebih tercela lagi berteriak-teriak dan meninggikan suara. Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ألا إن كلكم مناج ربه فلا يؤذين بعضكم بعضاً، ولا يرفع بعضكم على بعض في القراءة

“Ketahuilah sesungguhnya setiap kalian sedang bermunajat kepada Rabb-nya, maka jangan saling mengganggu satu sama lain, dan jangan meninggikan suara satu sama lain dalam membaca (Al Qur’an)” (HR. Abu Daud no. 1332, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

Jika meninggikan suara untuk membaca Al Qur’an saja dilarang oleh Rasulullah, maka bagaimana lagi meninggikan suara untuk shalawatan, pujian-pujian, demikian juga tertawa terbahak-bahak dan meninggikan suara ketika berbicara dengan orang lain.

Sikap yang baik dalam berbicara adalah pelan dan penuh kelembutan. Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

إن الله رفيق يحب الرفق في الأمر كله

"Allah itu lembut dan mencintai kelembutan dalam semua perkara" (HR. Bukhari no. 6927, Muslim no. 2165).

Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

من كان يؤمن بًالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه ، ومن كان يؤمن بًالله واليوم الآخر فليصل رحمه ، ومن كان يؤمن بًالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahmi. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diam” (HR. Bukhari no. 60).

Al Musawwir bin Makhramah radhiallahu’anhu mengatakan:

وإذا تكَلَّمَ خَفَضُوا أصواتَهم عندَه ، وما يُحِدُّون إليه النظرَ؛ تعظيمًا له

“jika para sahabat berbicara dengan Rasulullah, mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak memandang tajam sebagai bentuk pengagungan terhadap Rasulullah” (HR. Al Bukhari 2731).

Namun tentu saja bukan berarti berteriak itu terlarang, dibolehkan berteriak dan meninggikan suara pada hal-hal yang disyariatkan untuk meninggikan suara seperti adzan, mengimami shalat, bertakbir di hari-hari id, berkhutbah, dll. dan juga jika ada kebutuhan, seperti memanggil orang yang jauh dan sulit didekati, memperingatkan bahaya, dll.

Semoga Allah memberi taufik.

Join channel telegram @fawaid_kangaswad

Ciri seorang mukmin

Kezaliman tidak jadi halal dengan alasan ospek dan MOS

Mencela, membentak, mengerjai, menakuti, memukul dan menyakiti siswa atau mahasiswa baru semua ini bentuk kezaliman yang akan dipertanggung-jawabkan di akhirat. Tidak jadi halal dengan alasan ospek atau MOS.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya:

أتدرون ما المفلِسُ ؟ قالوا : المفلِسُ فينا من لا درهمَ له ولا متاعَ . فقال : إنَّ المفلسَ من أمَّتي ، يأتي يومَ القيامةِ بصلاةٍ وصيامٍ وزكاةٍ ، ويأتي قد شتم هذا ، وقذف هذا ، وأكل مالَ هذا ، وسفك دمَ هذا ، وضرب هذا . فيُعطَى هذا من حسناتِه وهذا من حسناتِه . فإن فَنِيَتْ حسناتُه ، قبل أن يقضيَ ما عليه ، أخذ من خطاياهم فطُرِحت عليه . ثمَّ طُرِح في النَّارِ

“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”. Para shahabat pun menjawab, ”Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda”. Nabi bersabda, ”Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan MENCELA, menuduh, memakan harta, MENUMPAHKAN DARAH, dan MEMUKUL orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan, sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 2581).

Muslim yang sejati adalah yang menjamin keamanan dan keselamatan orang lain dari keburukan dirinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِالْمُؤْمِنِ ؟ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ، وَالْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

"Maukah aku kabarkan kalian tentang ciri seorang mukmin? Yaitu orang yang orang lain merasa aman dari gangguannya terhadap harta dan jiwanya. Dan muslim, adalah orang yang orang lain merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya" (HR. Ahmad no.23958, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 549).

Semoga Allah memberi taufik.

Join channel telegram @fawaid_kangaswad

Apa ciri wanita yg sholihah

Tidak ragu lagi bahwa berpenampilan cantik di hadapan suami adalah suatu kebaikan. Ini bukan hanya pada malam pertama pernikahan saja, namun setiap saat.

Wanita saat ini bertingkah sebaliknya. Apalagi jika sudah menikah lama. Saat di hadapan suami berpenampilan pas-pasan, berbau kecut, enggan berdandan, berbau keringat, bahkan berbau asap yang tak sedap untuk didekati. Penampilan sebaliknya ketika keluar rumah, saat belanja atau menghadiri kondangan, cantiknya bagaikan bidadari surga dengan make-up yang tebal dan pakaian yang anggun menawan.

Padahal suami lebih berhak mendapatkan kecantikan tersebut. Orang lain tidak memberikan mahar pernikahan apa-apa pada istri. Tapi kok para istri lebih suka kecantikannya dipamerkan untuk pria lain di jalanan daripada suaminya sendiri? Ada apa ini?

Wanita terbaik adalah wanita yang selalu menampakkan kecantikan pada suaminya. Kecantikan itulah yang membuat suami senang dan tentram.

Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan,
Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Apa ciri wanita yang paling solihah?” Jawab beliau, Yang menyenangkan suami ketika dilihat, dan mentaati suami ketika diperintah. (HR. Ahmad 9837, Nasai 3244 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Anda bisa memastikan, seorang suami akan merasa nyaman melihat istrinya ketika sang istri berhias, atau bahkan menyebarkan wewangian bagi suami.

Hadis ini sangat tegas mengajarkan, jika wanita ingin menjadi istri solihah, hendaknya dia berusaha berhias bagi suaminya. Dan ini bagian dari hak suami yang harus ditunaikan istrinya. Karena merupakan salah satu sebab terbesar mewujudkan kasih sayang.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#cantik #dandan #bau #pamer

Anjuran menahan sendawa

Anjuran menahan sendawa

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma, ia berkata:

تَجَشَّأَ رجلٌ عند النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّم فقال كُفَّ عنا جُشاءَكَ، فإن أكثرَهم شِبَعًا في الدنيا أَطْوَلُهم جُوعًا يومَ القيامةِ

"Ada seorang yang bersendawa di sisi Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. Maka beliau bersabda: Tahanlah sendawamu agar tidak terdengar oleh kami. Karena orang yang paling banyak kenyangnya di dunia adalah orang yang paling panjang laparnya di hari kiamat" (HR. Tirmidzi no. 2478, dihasankan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Hadits ini menunjukkan bahwa bersendawa ketika ada banyak orang adalah adab yang buruk. Syaikh Dr. Shalih Sindi hafizhahullah mengatakan:

ما أقبح الجشاء في مجلس الناس

"Betapa buruknya perbuatan bersendawa ketika sedang bermajlis bersama orang-orang" (Al Adab Unwan As Sa'adah, 23).

Join channel telegram @silsilahsahihah

Kejujuran adil suka berbuat baik

Kejujuran yang tidak pernah membawa kerugian....

Ketika baginda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam baru saja mengalami peristiwa besar - didatangi Malaikat Jibril 'alaihi sallam di Gua Hiraa - maka Khadijah radhiallahu 'anha menghiburnya dengan mengatakan :

وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
" Demi Allah, Dia tidak akan menyia nyiakanmu selamanya - karena engkau termasuk orang yang menyambung tali silaturahim, engkau suka memikul beban orang lain, pun engkau suka membantu kesulitan, suka memuliakan tamu dan senang membela kebenaran." ( HR Imam Al Bukhari )

Nampak jelas dalam riwayat ini - kemuliaan akhlaq - diantaranya senang membela kebenaran, menyambung tali silaturahim dan lainnya menyebabkan seseorang dijaga oleh Allah Ta'ala dan tidaklah Allah Ta'ala akan sia siakan orang tersebut.

Maka siapa yang menjaga diri dan memperhias keadaannya dengan jujur, adil, berbuat baik dan semisalnya  - maka dia akan dijaga oleh Allah Ta'ala dan tidaklah disia siakan dan dihinakan keadaannya oleh Allah Ta'ala.

Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah bertutur :
من جُمِعَ فيه الصدق والعدل والإحسان لم يكن ممن يُخزيه الله
" Siapa yang mengumpulkan pada dirinya sifat jujur, adil dan suka berbuat baik - maka tidaklah orang tersebut akan dihinakan oleh Allah Ta'ala.":
[الأصفهانية 548]

Bukankah kita sering melihat - kedustaan, khianat, kezaliman - akan menghinakan pelakunya - di dunia dan akan tampak dihadapan manusia sebelum kemudian ditampakkan oleh Allah di akhirat untuk di adili oleh Nya....

---

abuasmaandre
Ciangsana - Bogor

Pengaruh buruk dosa dan maksiat

Pengaruh Buruk Dosa dan Maksiat terhadap Hati

Ustadz Muhammad Wasitho Lc MA

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)

“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.” (HR. At-Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244, dan Ahmad (II/297). Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani).

Hudzaifah radhiyallahu anhu berkata: “Iman membuat hati nampak putih bersih. Jika seorang hamba bertambah imannya, hatinya akan semakin putih. Jika kalian membelah hati orang beriman, kalian akan melihatnya putih bercahaya. Sedangkan kemunafikan membuat hati tampak hitam kelam. Jika seorang hamba bertambah kemunafikannya, hatinya pun akan semakin gelap. Jika kalian membelah hati orang munafik, maka kalian akan melihatnya hitam mencekam.” (Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah XV/283).

Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga bisa membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.” Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Qotadah, Ibnu Zaid dan selainnya.(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir XIV/268).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.”(Al-Jawab Al-Kafy Liman Sa’ala ‘AnAd-Dawa’ Asy-Syafy , hal. 107).

Ya Allah, anugerahkanlah kpd kami bimbingan dan taufiq-Mu utk selalu menjauhi segala dosa dan maksiat kpda-Mu, dan agar kami senantiasa istiqomah dlm memegang teguh ajaran agama-Mu hingga akhir hayat. Amin ya Robbal ‘Alamin

http:// www.salam dakwah.com

Doa nabi Musa alaihisalam

DOA NABI MUSA -'ALAIHIS SALAM-

رَبِّ إِنِّيْ لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ

ROBBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHOIRIN FAQIIRUN

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat membutuhkan setiap kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.

(QS. Al-Qashash [28]: 24)

Read more https://yufidia.com/doa-nabi-musa-alaihis-salam/

Kemuliaan seorang mukmin didapatkan dengan sholat malam menjaga izzah dan tidak minta minta kepada orang lain

Kemuliaan seorang mukmin didapatkan dengan: shalat malam, menjaga izzah, dan tidak minta-minta kepada orang lain.

Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anu, ia berkata:

“Malaikat Jibril datang kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, kemudian ia berkata: Wahai Muhammad, hiduplah semaumu karena engkau akan menjadi mayit. Beramallah semaumu, karena semuanya akan dibalas. Dan cintailah orang semaumu, karena engkau akan meninggalkannya. Dan ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin didapatkan dengan: shalat malam, menjaga izzah (kehormatan), dan tidak minta-minta kepada orang lain” (HR. Thabrani dalam Al Ausath [4278], Al Hakim [7921], Hilyatul Auliya [3/290], dihasankan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 831).

Di antara ibadah yang paling mulia, yang merupakan ciri khas orang-orang shaleh. Dan ibadah ini juga merupakan ciri para penghuni surga adalah shalat malam (qiyamul lail). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail (shalat malam) karena shalat amalan adalah kebiasaan orang sholih sebelum kalian dan membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat malam dapat menghapuskan kesalahan dan dosa. ” (Lihat Al Irwa’ no. 452. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Oleh karenanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang mengerjakan shalat malam dalam banyak ayat. Di antaranya Allah memuji penghuni surga dengan firman-Nya,

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” [Quran Adz-Dzariyat: 15-18].

Allah Ta’ala sebutkan ciri pertama dari penghuni surga adalah mereka yang sedikit tidur karena shalat malam. Dan mereka tidak ujub serta sombong dengan shalat malam tersebut. Setelah shalat malam, mereka beristighfar memohon ampun kepada Allah Ta’ala.

Bimbinganislam.com | Follow TG, YT, IG, FB, LINE, TWITTER : Bimbingan Islam

#mulia #izzah #kehormatan #shalat #tahajud

Perkataan Muawiyah Radhiallahu Anhu tentang suami dan istri

SUAMI YANG BAIK BANYAK NGALAHNYA…

Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
Mu'aawiyah (radhiallahu 'anhu) berkata : "Mereka para wanita mengalahkan para suami yang mulia, dan mereka dikuasai oleh para suami yang buruk" (Fathul Baari 9/265)

Sungguh wanita adalah makhluk yang lembut dan sangat butuh dengan kelembutan. Hatinya bisa tertawan dengan kelembutan….bukan dengan kekerasan seorang suami.
Seorang wanita yang bertekuk lutut dihadapan seorang suami karena kerasnya sang suami bukan berarti menunjukan sang suami hebat dan berakhlak mulia…. Karena kalau menundukan dengan kekerasan maka orang jalanan, preman, dan petinjupun mampu melakukannya.

Akan tetapi suami yang bisa menawan hati istrinya dengan kelembutan meskipun sering mengalah dan bersabar dengan sikap-sikap istrinya, itulah suami yang hebat dan mulia…

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR.Tirmidzi)

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya” (HR. Ibnu Majah)

Dan bergaullah dengan mereka (isteri) secara baik. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisaa’: 19)

Imam Al-Ghozali rahimahullah berkata ;
"Ketahuilah bukanlah akhlak yang baik terhadap istri dengan (hanya) menahan diri untuk tdk menyakitinya, akan tetapi akhlak yg mulia terhadap istri adalah bersabar terhadap gangguan istri, bijak dalam menghadapi ketidakstabilan dan kemarahan istri, dengan meneladani Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sungguh istri-istri beliau pernah membantah perkataan beliau, bahkan salah seorang istri beliau menghajr (ngambek dan tdk mengajak bicara) Nabi sehari semalam".(Al-ihyaa 4/720)

Perhatikan gurumu

#Perhatikanlah_Gurumu
#Adakah_tiga_sifat_ini_padanya

Berkata As Syaikh Al Faqih Ibnu Utsaimin rahimahullah :

"Diantara sifat seorang alim yang berhak diambil ilmunya adalah
1. Aqidahnya shahih
2. Tujuannya benar
3. Manhajnya lurus
Karena sebagian ulama aqidahnya shahih dan tujuannya benar tapi manhajnya buruk, membicarakan keburukan ulama (yang lain), membicarakan keburukan para pemimpin dan penguasa".

(-ringkasan- majmu' fatawa 26/157)
Ustadz Alif al qibty

Menjaga waktu

MENJAGA WAKTU

As-Syaikh Prof DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullahu Ta'ala.

Alhamdulillah, was sholaatu was salaamu ala Rosulillah, wa ba'du :

Sesungguhnya waktu bagi manusia yang berwujud umurnya, merupakan pokok dasar bagi kehidupan yang kekal abadi yang membawa kebahagiaan selama nya atau kesengsaraan selamanya, dan waktu tersebut bergerak dengan cepat, siang malam berganti tanpa terasa, menggerogoti umur umur manusia, waktu menjadi berdekatan, hampir hampir masa kita segera menyusul umat zaman dahulu dari Nuh, A'ad, Tsamud dan generasi setelah mereka, yang pada akhirnya semua akan menghadap Allah Ta'ala, dan mereka akan mempertanggungjawabkan amalnya, dan siang malam senantiasa bergulir menanti generasi generasi setelah mereka.

Allah Ta'ala berfirman,

وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

" Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur." (Q.S.25 Al Furqon :62)

Sepantasnya bagi setiap muslim agar menjaga waktu mereka, terlebih di bulan ramadan yang penuh berkah ini yang penuh kesucian, agar tidak berlalu waktu dengan begitu saja, akan tetapi hendaknya dapat mengambil pelajaran dan ibroh dari setiap waktunya, betapa banyak berkali kali kita menjumpai bulan ramadan dan berpisah dengan begitu cepat nya, siang malam menjadikan sesuatu yang baru menjadi lusuh, sesuatu yang berjauhan menjadi dekat, menggerus umur, merubah anak kecil menjadi tua beruban, orang yang tua tinggal menjadi kenangan, ini semua mengingatkan kita bahwasanya dunia ini fana tidak kekal dan akan segera berganti dengan kehidupan akhirat yang kekal abadi.

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu berkata,

ارْتَحَلَتْ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً وَارْتَحَلَتْ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ ؛ فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ وَلَا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابَ وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ

" Dunia akan segera pergi meninggalkan dan akhirat segera datang mengunjungi, dan dari keduanya terdapat penghuni - penghuninya, maka jadilah kalian para penghuni akhirat, dan jangan menjadi penghuni dunia, ketahuilah bahwasanya sekarang adalah waktu beramal bukan waktu pembalasan, sedangkan kelak adalah waktu pembalasan dan bukan waktu untuk beramal ".

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata,

إِنَّ الدُّنْيَا لَيْسَتْ بِدَارِ قَرَارِكُم ، دَارٌ كَتَبَ اللهُ عَلَيْهَا الْفَنَاءَ ، وَكَتَبَ عَلَى أَهْلِهَا مِنْهَا الظَّعن - أي الارتحال - ، فَكَمْ عَامِر موثق عَمَّا قَلِيلٍ يَخْرَبُ ، وَكَمْ مُقِيمٍ مُغْتَبطٍ عَمَّا قَلِيلٍ يَظْعَن ، فَأَحْسِنُوا رَحِمَكُمُ اللهُ مِنْهَا الرِّحْلَةَ بَأَحْسَنِ مَا بِحَضْرَتِكُمْ مِنَ النُّقْلَةِ ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

" Sesungguhnya dunia bukanlah tempat tinggal kalian yang kekal, akan tetapi dunia hanyalah sesuatu yang akan fana dan telah dituliskan bagi penghuninya untuk segera berpindah, betapa banyak yang tadinya kokoh berubah menjadi hancur, betapa banyak yang bertempat tinggal kemudian pergi, maka perjalanan kehidupan ini hendaknya ditempuh dengan sebaik-baik nya dan berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah dengan ketakwaan  ".

Sesungguhnya manusia  senantiasa akan berkurang umurnya, semenjak ia dilahirkan dari perut ibunya, sebagaimana dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basry rahimahullah,

أيام مجموعة ؛ فكلما ذهب يوم ذهب بعض الإنسان وجزء منه، اليوم منه يهدم الشهر، والشهر يهدم السنة، والسنة تهدم العمر، وكل ساعة تمضي من العبد فهي مُدْنِيَةٌ له من الأجل

" Hari hari yang terkumpul, tatkala berjalan waktu siang dan malam maka semakin berkurang umur manusia, hari demi hari akan mengurangi jangka satu bulan, bulan demi bulan akan mengurangi kurun waktu satu tahun, satu tahun demi tahun akan mengurangi umur manusia, dan setiap sesaat waktu terlewatkan akan mendekatkan manusia kepada kematian  " .

Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berkata,

" ما ندمتُ على شيء ندمي على يوم غربت شمسه نقص فيه أجلي ولم يزدد فيه عملي "

" Tiada yang lebih aku sesali terhadap sesuatu yang melebihi dari penyesalanku kepada terbenamnya matahari yang semakin mendekatkan kepada kematian sedangkan amalan ku tidak bertambah ".

Al-Hasan Al-Basry rahimahullah berkata,

"أدركت أقواماً كانوا على أوقاتهم أشد منكم حرصاً على دراهمكم ودنانيركم " .
" Aku menjumpai suatu kaum ( para sahabat radhiyallahu anhum ) yang mereka sangat menjaga waktu waktu mereka melebihi penjagaan kalian terhadap uang dinar dan dirham kalian ".

Dengan demikian, barangsiapa yang menghabiskan waktu luang nya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat dan sia-sia, tidak untuk menunaikan kewajiban yang dibebankan kepada dirinya, atau perbuatan mulia yang ia tunaikan, atau kedermawanan yang ia tebarkan, atau ilmu yang ia raih, atau kebajikan yang ia lakukan, sungguh ia telah berbuat aniaya untuk dirinya dan waktunya.

Sesungguhnya siang dan malam merupakan modal utama bagi manusia, jika ia beruntung maka mendapatkan surga dan jika merugi mendapatkan neraka, kehidupan satu tahun ibarat suatu pohon, satu bulan ibarat dahan dan satu hari ibarat ranting nya dan jam jam yang berputar ibarat daun nya dan tarikan tarikan nafas merupakan hasil dan buahnya, dan jika hembusan nafas nya berupa suatu ketaatan maka buah dari pohon tersebut adalah buah yang baik dan barokah, dan sebaliknya jika hembusan nafas nya dipenuhi maksiat maka dapat diketahui buah nya buruk dan pahit.

Telah banyak dalil yang menunjukkan tentang pejalan pentingnya menjaga waktu dan tahdzir serta ancaman bagi mereka yang melewatkan waktu-waktu untuk keburukan.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هِرَمِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

" Gunakan lima kesempatan sebelum berganti dengan lima lainnya, masa mudamu sebelum datang masa tua mu, masa sehatmu sebelum berganti masa sakitmu, masa kaya mu, sebelum datangnya masa fakir mu, masa longgar mu sebelum datang masa sibuk mu, masa hidup mu sebelum datang kematian mu ".

Dari sahabat Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ ، وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ

" Tidaklah akan bergerak kaki setiap anak cucu Adam pada hari kiamat dihadapan Allah Ta'ala hingga ditanyakan tentang lima perkara, tentang umur nya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya, dari mana ia dapatkan dan untuk apa digunakan, dan tentang ilmunya sejauh mana ia amalkan ".

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

" Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dengan nya, yaitu masa sehat dan waktu luang ".

Para ahli ilmu berkata, " Jika masa sehat dan waktu luang digunakan untuk berbuat ketaatan, maka sungguh ia beruntung, dan jika digunakan untuk kemaksiyatan, maka sungguh ia tertipu dan merugi, karena waktu longgar akan berubah menjadi sibuk dan masa sehat akan berganti dengan sakit ".

Sebagian salaf berkata, " Alamat kemurkaan dan kesengsaraan adalah tidak memanfaatkan waktu ".

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, " menelantarkan waktu lebih buruk dari datang nya kematian, dikarenakan menelantarkan waktu hakikat nya adalah memutuskan hubungan antara dirinya dengan Allah Ta'ala dan negri akhirat, sedangkan kematian hanyalah memisahkan dirinya dengan dunia dan penghuninya ".

والواجب على المسلم أن لا يغتر بالدنيا فإنَّ صحيحها يسقم , وجديدها يبلى , ونعيمها يفنى , وشبابها يهرم ، وهو فيها في سيْرٍ إلى الدار الآخرة ؛ لأن الآجال منقوصة , والأعمال محفوظة والموت يأتي بغتة , فمن زرع خيراً فيوشك أن يحصد ثوابه وأجره , ومن زرع شراً فيوشك أن يحصد ندامةً وحسرة , ولكل زارعٍ ما زرع .

Kewajiban bagi setiap muslim hendaknya ia tidak tertipu dengan kehidupan dunia, dikarenakan orang yang sehat akan segera berubah menjadi sakit, sesuatu yang baru akan berubah menjadi hancur, kenikmatan-kenikmatannya akan fana, orang-orang yang muda segera berubah menjadi tua, dan segera menuju perjalanan akhirat, umur senantiasa berkurang, sedangkan amalan akan tercatat tidak terkurangi, sedangkan kematian menjemput secara mendadak, maka barangsiapa yang menanam kebajikan pasti ia akan memetik hasilnya dan pahala nya, dan barangsiapa yang menanam keburukan pasti akan mendapatkan hasilnya yaitu penyesalan dan kerugian, dan setiap orang yang menanam akan mendapatkan apa yang ia tanam .

Proses pekerjaan yg sempurna dan tidak terburu buru

PROSES

Rasulullah ‎ﷺ‎  bersabda :
إن الله يحب إذا عمل أحدكم عملا أن يتقنه

"sesungguhnya Allah mencintai jika seorang dari kalian mengerjakan suatu pekerjaan, lalu dia memantapkannya" HR Thobroni.

Allah mencintai sebuah pekerjaan yang teliti, rapi, bagus, dan profesional.

Rasulullah ‎ﷺ‎  tidak buru-buru dalam berdakwah dan bahkan di tegur oleh Allah dalam surat Abasa.

Rasulullah ‎ﷺ‎  di tegur oleh Allah ketika beliau ingin segera menghafalkan Al Qur'an sebelum selesai dibacakan oleh malaikat Jibril, sebagaimana dalam surat Al Qiyamah.

Amr bin Al Ash' berkata: senantiasa orang yang tergesa-gesa akan menuai penyesalan.

Diriwayatkan dalam hadis yang dinyatakan lemah oleh sebagian ulama, bahwa :

"ketelitian datangnya dari Allah dan ketergesa-gesaan datangnya dari Syaithon" HR Tirmidzi.

Al Imam Malik bin Anas menulis kitab Al Muwattha selama 40 tahun dan beliau revisi setiap tahunnya.

Berkata Al Qadhi 'Iyadh:

Berkata Shofwan bin Umar bin Abdul Wahid: kami mempelajari kitab Al Muwattha' dari Imam Malik selama 40 hari, lantas beliau berkata: "kitab ini aku tulis selama 40 tahun dan kalian pelajari hanya dalam 40 hari, alangkah sedikit pemahaman yang kalian dapatkan darinya" Muqaddimah Al Muwattha' Tahqiq Al A'dzami.

Ibnu Abdil Barr, Hafidz nya Andalus menulis Syarah Al Muwattha' yang beliau namakan "At Tamhid" selama kurang lebih 30 tahun.

Al Imam As Syafii yang merupakan  keturunan Quraish belajar bahasa Arab selama 20 tahun, sebagaimana di ceritakan  oleh cucu beliau dan di nukilkan oleh Al Fakhr Ar Razi dalam manaqib beliau hal 145.

Al Imam Ahmad menghabiskan seumur hidup beliau untuk menulis kitab Al Musnad.

Al Imam Al Bukhari menulis kitab Shahih beliau dalam waktu 18 tahun.

Al Imam Ibnu Hajar menulis Fathul Bari dalam 25 tahun dan menulis muqaddimah nya (Al Hadyu as Saari) selama 8 tahun. (faidah dari Syekh Hamid Akram.)

Dan semua kitab ulama yang sampai kepada kita telah melalui proses kematangan dan penelitian sedemikian rupa hingga dapat kita nikmati.

Tentunya semua itu datang setelah ikhlas kepada Allah dan pertolongan - Nya.

Berdasarkan fakta sejarah tersebut, mari kita profesional dan teliti dalam semua pekerjaan kita.

Semoga Allah terima amal ibadah kita dan menjadikan nya langgeng bermanfaat bagi kita dan kaum muslimin hingga waktu yang Allah kehendaki.

Wallahu a'lam.

Achmad Handika
Alumnus syariah lipia

Taqrib Al baiquniyah 15 seputar syarat-syarat pengamalan hadist dhaif

📚 Taqrib Al-Baiquniyah (15) 📚

👉🏻 "Seputar Syarat-Syarat Pengamalan Hadis Dha'if"

✍🏻 Secara umum, para Ahli Hadis mutaqaddimin dan mutakhirin hampir seluruhnya menyatakan bahwa Hadis Dha'if tidak bisa diamalkan dalam persoalan Akidah dan Halal Haram. Mereka hanya berbeda pendapat terkait pengamalannya dalam persoalan Fadilah Amal atau Targib dan Tarhib. Di antara mereka ada yang melarangnya secara mutlak, dan di antara mereka ada yang membolehkannya dengan syarat-syarat yang super ketat.

✍🏻 Tentunya pandangan yang menyatakan bahwa Hadis Dha'if tertolak dalam seluruh bidang agama termasuk Fadilah Amal adalah pandangan yang sangat hati-hati, karena Hadis Dha'if itu adalah prasangka yang kurang kuat (Dzhann Marjuuh), sehingga tidak bisa dinisbahkan kepada Nabi shallallahu'alaihi wasallam secara tegas, tapi disebutkan harus dengan isyarat bahwa hadis itu dha'if. Pandangan ini dinisbahkan kepada banyak imam ahli hadis seperti Ibnu Ma'in, Bukhari, Abu Hatim, Abu Zur'ah dan Muslim.

✍🏻 Adapun pendapat banyak para ulama bahwa Hadis Dha'if bisa diamalkan dalam persoalan Fadilah Amal, maka tidak bisa disalahkan juga sepenuhnya, bila syarat-syarat yang mereka tetapkan dipenuhi secara baik dan tepat. Pandangan ini dinisbahkan kepada beberapa ulama seperti Imam Ats-Tsauri, Ahmad, dan kebanyakan ulama mutakhirin.

✍🏻 Nah, syarat-syarat pengamalan Hadis Dha'if dalam Fadilah Amal yang disebutkan oleh para ulama yang berpandangan demikian adalah: 

⚡1- Hadis itu kadar daifnya tidak parah (bukan Dha'if Jiddan). Artinya kadar daifnya cuma ringan. Adapun kalau sudah "dha'if jiddan", atau "syadz/munkar", atau "matruk"; maka tidak bisa diterima. Dalam Al-Qaul Al-Badi' (255), As-Sakhawiy menukil dari Al-'Alaa`iy bahwa para ulama yang mengamalkan Hadis Dhaif dalam Fadilah Amal sepakat menetapkan syarat pertama ini.

⚡2- Tidak meyakini 100% akan kebenarannya. Tapi, cukup meyakini hal itu sebagai fadilah yang bisa benar dan bisa tidak benar, agar tidak menisbahkan pada Nabi shallallahu'alaihi wasallam suatu hadis yang sangat diragukan kebenarannya bersumber dari beliau. Hanya saja ia diambil sebagai ihtiyath atau sebagai harapan agar bisa mendapatkannya bila ia fadilah (Targib), dan terjauhkan darinya bila ia ancaman (Tarhib).

⚡3- Fadilah yang ada dalam hadis itu adalah sebuah fadilah untuk amalan yang sudah ditunjukkan dalil umum. Bukan untuk amalan yang tidak ada dalilnya. Ini ditegaskan oleh banyak ulama termasuk As-Sakhawiy dalam Al-Qaul Al-Badi' (255) dan As-Suyuthiy dalam At-Tadrib (1/351).

⚡4- Karena ia adalah Hadis Dha'if, maka ketika kita menyampaikannya kepada orang lain, kita harus menjelaskan bahwa ia Hadis Dha'if, serta dengan nukilan yang tidak secara tegas menisbahkannya pada Nabi shallallahu'alaihi wasallam. Tapi, cukup dikatakan "disebutkan dalam hadis begini dan begini" atau "diriwayatkan dari Nabi bahwa beliau bersabda begini dan begini." Ini tentunya bertujuan agar Hadis Dha'if ini tidak dianggap sebagai Hadis Shahih, apalagi kalau yang menyampaikannya ulama, ustaz atau kyai. (Dari Syuruh Al-Baiquniyyah dan berbagai sumber)

✍🏻 Dengan syarat-syarat ketat ini, hendaknya seseorang tidak sembarangan menyebarkan dan mengamalkan Hadis Dha'if  dalam Fadilah Amal kecuali setelah yakin syarat-syarat tersebut di atas telah dipenuhi. Juga, tidak boleh mentaklid para ulama yang bermudah-mudahan dalam menyebarkan Hadis Dha'if Jiddan, Munkar atau Palsu dalam Fadilah Amal ini, seperti yang banyak terdapat dalam Kitab Ihya' Ulumuddin dan Kitab Fadhail-A'mal. Tapi, sebelum menyebarkannya hendaknya memperhatikan syarat-syarat di atas.

✍🏻 Kehati-hatian untuk tidak menerima Hadis Dha'if dalam Fadilah Amal, atau menyebutkannya dengan menjelaskan kedaifannya adalah sebuah tuntutan dan kehati-hatian, karena betapa banyak sikap bermudah-mudahan mengamalkan Hadis Dha'if dalam Fadilah Amal ini membuka pintu lebar-lebar penyebaran hadis palsu atau Maudhu' dan Hadis Munkar.  Allaahu a'lam.

🌹Semoga bermanfaat!

🖌 Chanel "Fawaid Ilmu Hadis"

[ https://t.me/maulanaeda ]

Sabar tanpa batas

SABAR ITU TANPA BATAS

Banyak beranggapan kesabaran ada batasnya, sesungguhnya ucapan ini adalah ucapan yang tidak benar. Semakin sesorang bersabar maka pahalanya akan dibalas tanpa batas dan memperoleh keutamaan-keutamaan sabar lainnya.
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya.

وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. [Al-Baqarah : 177]

Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. [Ali Imran : 146]

Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.

وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. [An-Nahl : 96]

نَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. [Az-Zumar : 10]

Murjiah vs khawarij

[MURJIAH VS KHAWARIJ]

Banyak para Salaf menyatakan bahwa bid'ah murji'ah lebih berbahaya akibatnya daripada Bid'ah khawarij seperti Imam An Nakha'i dan yang lain-lain...
Beliau menyatakan:
الخوارج اعذر عندي من المرجئة
"Khawarij lebih ringan bagiku dari murji'ah."

Beliau juga menyatakan:
لفتنة المرحئة على هذه الأمة أخوف عندي من فتنة الأزارقة
"Sungguh fitnah murji'ah terhadap umat ini lebih aku khawatirkan dari pada fitnah Azariqoh (khawarij)."

Mereka adalah orang-orang yang beragamanya hanya mengikuti selera penguasa.

Al Ma'mun pernah bertanya kepada An Nadr bin Syumail:
ما الإرجاء؟ فقلت: دين يوافق الملوك يصيبون به من دنياهم وينقصون به من دينهم. قال: صدقت.

Tahukah Engkau Apa itu murji'ah? Maka aku (An Nadr bin Syumail) menjawab: agama yang hanya mencocoki selera penguasa yang tujuannya hanya untuk meraih dunia mereka dan mengesampingkan perkara agama mereka Maka Al Ma'mun berkata engkau benar.

Selanjutnya silahkan baca kitab Al Khurasaniyah👇

Ustadz abu ya'la Hizbul Madjid