Kamis, 08 Juni 2023

Aqidah Madzhab Hanbali dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah

Aqidah Madzhab Hanbali dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah

Oleh : Muhammad Atim

Semua ulama Hanbali bangga kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah. Baik pada zaman beliau, murid-murid beliau yang menjadi tokoh-tokoh besar madzhab Hanbali, hingga ulama muta'akhirinnya.

Tidak ada satu pun dari mereka yang menyatakan bahwa aqidah Ibnu Taimiyyah menyimpang, menilai beliau sebagai mujassim, dan mencela beliau.

Murid-murid beliau menyetujui taqrir aqidah beliau yang mentahrir aqidah salaf. Bahkan tidak ada yang membantah hujjah-hujjah beliau dalam mentaqrir aqidah. Justru sebaliknya, tidak sedikit hujjah-hujjah dan kaidah-kaidah yang beliau nyatakan, digunakan oleh mereka hingga ulama muta'akhirinnya.

Secara asal, aqidah para ulama Hanbali mengikuti aqidah Salaf, sama seperti ulama lain dari atsariyyah dan ahli hadits. Namun dalam metode pentaqrirannya, terjadi keragaman. Ada yang murni seperti halnya ulama atsariyyah yang lain, semisal Al-Khallal, Ibnu Battah, Ibnu Qudamah, Abdul Ghani Al-Maqdisi, dll, ada yang berlebihan dalam itsbat seperti Ibnu Hamid, ada yang terpengaruh dengan metode kalam Asy'ariyyah seperti Al-Qadhi Abu Ya'la dan madrasahnya, yaitu Ibnu Aqil dan Ibnu Zaghuni, sehingga terjadi idhtirab (goncang/kontradiktif) dalam perkataan mereka, dalam hal sifat ikhtiyariyyah (yang diistilahkan hulul hawadits), penerapan tafwidh dan ta'wil pada sebagian sifat. Madrasah Qadhi Abu Ya'la ini cukup berpengaruh kepada ulama muta'akhirinnya seperti Ibnu Hamdan dalam kitabnya Nihayatul Mubtadi'in, yang jelas dengan metodenya Abu Ya'la, dan juga Ibnu Balban dalam mukhtashornya, dan juga memberi pengaruh idhtirab tersebut pada ulama lainnya. Adapula yang memiliki kecondongan kepada Asy'ariyyah baik karena kedekatan psikologis seperti Tamimiyyun (Abul Hasan, Abul Fadhl dan Rizkullah), ataupun karena kurang mentahqiq permasalahan seperti Ibnul Jauzi. Kemudian datang Ibnu Taimiyyah yang berperan besar dalam mentahrir aqidah Salaf, mengokohkan dengan hujjah-hujjah, dan banyak sekali membantah yang menyelisihinya. Murid-murid beliau yang menjadi tokoh-tokoh besar madzhab Hanbali, sejalan dengan aqidah beliau. Bahkan mayoritas ulama Hanbali lebih menguatkan apa yang ditaqrir beliau, hingga ulama muta'akhirinnya seperti As-Safarini dan Mar'i Al-Karmi. Tidak ada yang membantah taqrir aqidahnya Ibnu Taimiyyah dalam madzhab Hanbali, karena memang kekokohan hujjah dan diterimanya. Berbeda dengan Al-Qadhi Abu Ya'la, yang taqriran aqidahnya banyak dibantah oleh ulama Hanbali lainnya, seperti At-Tamimi, Ibnul Jauzi, Ibnu Qadhi Al-Jabal, Ibnu Mibrod, Ibnu Muflih dan As-Safarini.

Meski begitu, tidak ada di antara mereka yang sampai terjatuh kepada ta'thil, tajsim dan tasybih. Mereka sepakat dalam permasalah-permasalahan besarnya seperti itsbat dan menolak ta'wil secara umum, menetapkan huruf dan suara pada kalamullah, menetapkan uluw dzat, mendahulukan naql daripada akal, dan sebagainya, yang tentu saja berbeda dengan Asy'ariyyah. Perbedaan di antara ulama Hanbali hanya dalam masalah-masalah mendalam (daqiq), seperti kewajiban awal bagi mukallaf, hulul hawadits, tahsin-taqbih, hikmah-ta'lil, dan yang semacamnya.

Makanya syekh Mar'i Al-Karmi (w. 1033 H) rahimahullah berkata :

فإن طعن على الشيخ ابن تيمية - رحمه الله - من حيث العقيدة، فعقيدته عقيدة السلف، كما وقع الاتفاق على ذلك وقت المناظرة، فليطعن على السلف من طعن فيه.

"Jika dicela syekh Ibnu Taimiyyah rahimahullah dari segi aqidah, maka aqidahnya adalah aqidah Salaf. Sebagaimana telah terjadi kesepakatan pada waktu perdebatan. Maka celalah Salaf, orang yang mencela beliau." (Al-Kawakib Ad-Durriyyah fi Manaqib Al-Mujtahid Ibnu Taimiyyah, hal. 236).

Wallahu A'lam

t.me/butirpencerahan
t.me/maisy_institute