Kamis, 15 Desember 2022

Metode Pengajaran Nabi kepada Sahabatnya

Metode Pengajaran Nabi kepada Sahabatnya

1. Qudwah Hasanah (Teladan yang baik)

Para ulama mengatakan : Ini adalah metode terbaik dalam pendidikan beliau kepada para sahabat. 

Tidaklah Nabi memerintahkan sesuatu, kecuali beliau terlebih dahulu mengerjakannya. Begitu juga dalam larangan, tidaklah beliau melarang dari sesuatu kecuali beliau orang yang paling pertama menjauhi hal tersebut.

Ibunda Aisyah mensifati akhlak Nabi sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an dari berbagai macam akhlak terpuji.

إِنَّ خلقَ نبي الله كان القرآن
"Sesungguhnya Akhlak Nabi Allah adalah Al-Qur'an" HR.Muslim

Oleh karenanya Allah Ta'ala menjadikan beliau teladan bagi hamba-hamba Nya dari kalangan orang-orang beriman.

Allah Ta'ala berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS. Al-Ahzab : 21)

Oleh karenanya, hendaknya seorang pendidik memberikan teladan terbaik kepada anak didiknya, karena itu adalah metode pendidikan terbaik yang sangat membekas dalam diri anak didik.

Kalau seandainya seorang pendidik hanya transfer ilmu tanpa keteladanan, maka google lebih pinter.

Setidaknya seorang pendidik berusaha semaksimal mungkin dalam keteladanan, walaupun belum sempurna.

2. Tadaruj (Bertahap dalam Memberikan Materi)

Nabi Muhammad salallahu alaihissalam dalam mengajari para sahabat mendahulukan yang terpenting dari hal-hal penting. Perkara besar sebelum perkara kecil, perkara pokok (ushul) sebelum perkara cabang (furu'), perkara wajib sebelum perkara sunnah.

Hal ini sebagaimana hadist Muadz bin Jabal, ketika Nabi mengutus beliau untuk berdakwah ke Negeri Yaman.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّكَ سَتَأْتِيْ قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَىْهِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ– وَفِيْ رِوَايَةٍ – : إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ – فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَـمْسَ صَلَوَاتٍ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْـمَظْلُوْمِ ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ.

"Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa anna Muhammadar Rasûlullâh -dalam riwayat lain disebutkan, ‘Sampai mereka mentauhidkan Allâh.’- Jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh Azza wa Jalla mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mentaati hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mentaati hal itu, maka jauhkanlah dirimu (jangan mengambil) dari harta terbaik mereka, dan lindungilah dirimu dari do’a orang yang teraniaya karena sesungguhnya tidak satu penghalang pun antara do’anya dan Allah " (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah metode pengajaran yang benar, hal-hal terpenting didahulukan lalu hal yang penting. 

Tauhid dahulu, lalu shalat, kemudian zakat. Ini adalah contoh nyata. Tentu butuh sabar, karena membutuhkan waktu yang lama dalam membentuk karakter murid-murid.

Ketika sesoorang tidak sabar dalam mengajar/berdakwah, instan tanpa metode tadarruj (bertahap) maka akan menghasilkan murid-murid yang gagal dan cara berfikirnya juga kacau.

Seperti contoh : anak SMP belum faham tauhid yang benar, tata cara wudhu yang bener, sholat yang benar, lalu diajarkan tahdzir fulan dan alan. Maka ini adalah kobodohan yang nyata dalam metode pengajaran.

Berbicara tentang tahdzir fulan dan alan itu bab yang besar, butuh kopetensi, ketaqwaan dan kehati-hatian di dalamnya. Harus ada dhowabit (rambu-rambu) yang dipelajari, jika tidak makan akan banyak kerusakan yang timbul daripada perbaikan.

Dalam Shahih Bukhari di Kitab Ilmi disebutkan ketika mengomentari firman Allah Ta'ala :
كُونُوا رَبَّانِيِّينَ
"Jadilah ulama rabbani" 
Makna Rabbani adalah mendidik manusia dari ilmu-ilmu kecil, bertahap hingga ilmu-ilmu yang besar

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari mengatakan : Ilmu-ilmu kecil itu adalah hal-hal yang jelas dari berbagai macam permasalahan, adapun ilmu-ilmu yang besar adalah hal-hal yang mendetail yang butuh banyak sekali perincian.

Jika dua hal ini bisa dilakukan dalam proses belajar mengajar, akan menimbulkan perubahan yang besar biiznillah Ta'ala. 

Tentu hal ini butuh orang-orang berjiwa besar yang tulus ikhlas, senantiasa sabar berharap surga Allah Ta'ala.

Masih banyak metode pengajaran Nabi kepada Sahabatnya, di antaranya :

- Memilih waktu-waktu yang tepat dalam memberikan pelajaran
- Mengetahui kondisi masing-masing anak didik 
- Metode Tanya Jawab dan Percakapan dalam memberikan pelajaran
- Metode pengajaran dengan memberikan contoh ,semisal hadist tentang teman yang baik itu seperti penjual minyak wangi dll
- Metode pengajaran dengan menggambar di papan tulis, kalau zaman Nabi dahulu menggambar di tanah 

Dll

Materi ini pernah diajarkan oleh guru kami di kuliah hadist semester 1 mata kuliah Tarikh Sunnah, dengan panduan kitab Tarikh Sunnah karya Syaikh Prof. Dr. Hani Ahmad Faqih Hafidzahullah Ta'ala.

Murojaah Pelajaran yang telah berlalu, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Kota Madinah, 22/05/1444 H
✍Abu Yusuf Akhmad Ja'far, Lc

📷 Kursi yang akan selalu dikenang penuntut ilmu, kursi Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Hafidzahullah Ta'ala yang beberapa waktu lalu berpamitan undur diri dari mengajar di Masjid Nabawi karena faktor kesehatan dan usia yang sudah sangat sepuh, beliau berpamitan setelah hampir setengah Abad mengajar dengan begitu sabar mensyarah hadist hadist Rasulullah salallahu alaihissalam.