Diriwayatkan dari salah satu ulama salaf, bahwa beliau berkata,
دَخَلَ رَجُلٌ الْجَنَّةَ بِمَعْصِيَةٍ وَدَخَلَ رَجُلٌ النَّارَ بِحَسَنَةٍ
“Ada seseorang yang masuk surga karena sebab kemaksiatannya, dan ada orang yang masuk ke neraka karena sebab kebaikannya.”
Mendengar pernyataan ini, orang-orang yang ada di sekitarnya bertanya,
كَيْفَ ذَلِكَ؟
“Bagaimana hal tersebut terjadi?”
Maka beliau menjawab,
عَمِلَ رَجُلٌ مَعْصِيَةً فَمَا زَالَ خَائِفًا مِنْ عِقَابِ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ تِلْكَ الْخَطِيْئَةِ فَلَقِيَ اللَّهَ فَغَفَرَ اللَّهُ مِنْ خَوْفِهِ مِنْهُ تَعَالَى، وَعَمِلَ رَجُلٌ حَسَنَةً فَمَا زَالَ مُعْجِبًا بِهَا وَلَقِيَ اللَّهَ بِهَا فَأَدْخَلَ النَّارَ
“Orang pertama, ketika melakukan kemaksiatan, dia terus merasa takut dengan hukuman Allah. Akhirnya dia bertemu dengan Allah dan Allah pun mengampuninya karena rasa takutnya tersebut.
Sedangkan orang kedua, ketika melakukan ketaatan, dia selalu ujub dan bangga diri, sehingga ia bertemu dengan Allah, dan Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”
Ujub, bangga diri, merasa lebih tinggi dari orang lain, dan kesombongan yang menimpa seseorang saat melakukan amal kebaikan merupakan sebuah kebinasaan.
Terkait hal ini Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan sebuah kalimat yang sangat bagus sekali.
عَلَامَةُ السَّعَادَةِ أَنْ تَكُوْنَ حَسَنَاتُ الْعَبْدِ خَلْفَ ظَهْرِهِ وَسَيِّئَاتُهُ نَصْبَ عَيْنَيْهِ وَعَلَامَةُ الشَّقَاوَةِ أَنْ يَجْعَلَ حَسَنَاتِهِ نَصْبَ عَيْنَيْهِ وَسَيِّئَاتِهِ خَلْفَ ظَهْرِهِ
“Tanda seorang hamba yang bahagia adalah selalu menjadikan kebaikannya di belakang punggungnya, dan keburukannya di depan matanya. Sedangkan tanda seorang hamba yang tidak bahagia adalah selalu menjadikan kebaikannya terlihat di depan matanya, sedangkan keburukannya selalu di belakangnya.”
Jadi jalan orang yang sengsara dan celaka itu adalah menjadikan kebaikan yang pernah dilakukan selalu berada di depan matanya. Selalu terlihat dan tidak pernah terlupa.
Dia akan sering berkata,
“Yang membuat organisasi ini maju adalah aku!”
“Yang mencetuskan ide ini adalah aku!”
“Keberhasilan ini dapat diraih karena aku!”
Kita berlindung kepada Allah dari sifat yang seperti ini.
(Buku: Inilah Rahasia Kebahagian - Proses Finishing)
Ustadz ratno abu muhammad