Rabu, 21 Desember 2022

ISTERI MUNAFIK

ISTERI MUNAFIK

Wanita di zaman salaf terdahulu begitu memuliakan dan menghormati suaminya. Kedudukan suami bagi mereka begitu agung dan sangat terhormat, tidak sebagaimana sebagian wanita di zaman kini yang banyak durhaka kepada suaminya. Banyak membantah, membentak, melawan, mencela, menghina dan ada juga yang berani memukul suaminya. Bahkan memboikot dan mengancam meminta cerai tanpa alasan yang dibenarkan syariat.

Wanita seperti ini digolongkan sebagai wanita munafik dan tidak diterima atau sedikit pahala shalatnya serta tidak akan mencium baunya surga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُنْتَزِعَاتُ وَالْمُخْتَلِعَاتُ هُنَّ الْمُنَافِقَاتُ

“Para wanita yang berusaha melepaskan dirinya dari suaminya, yang suka khulu’ (gugat cerai) dari suaminya, mereka itulah para wanita munafiq.” (HR. Nasa’i. Berkata Syeikh Al-Albani : Hadits Shahih).

Berkata Al-Munawi rahimahullah

نفاقاً عملياً والمراد الزجر والتهويل فيكره للمرأة طلب الطلاق بلا عذر شرعي

‘Munafiq amali (munafiq kecil). Maksudnya adalah sebagai larangan keras dan ancaman. Karena itu, sangat dibenci bagi wanita meminta cerai tanpa alasan yang dibenarkan secara syariat.’ (At-Taisiir bi Syarh al-Jaami’ as-Shogiir, 1:607).

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :

اثْنَانِ لا تُجَاوِز صَلاتُهُمَا رُءُوسَهُمَا عَبْدٌ آبِقٌ مِنْ مَوَالِيهِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْهِمْ وَامْرَأَةٌ عَصَتْ زَوْجَهَا حَتَّى تَرْجِعَ

“Ada dua orang yang shalatnya tidak melampaui kepalanya; seorang budak yang lari dari tuannya sampai ia kembali dan seorang wanita yang tidak taat kepada suaminya sampai ia bertaubat (kembali taat).” [HR. Ath-Thabrani. Berkata Syeikh Al Albani : Hadits Shahih).

Berkata Al-Munawi rahimahullah :

ولا يلزم من عدم القبول عدم الصحة فالصلاة صحيحة لا يجب قضاؤها لكن ثوابها قليل أو لا ثواب فيها أما لو أبق لعذر كخوف قتل أو فعل فاحشة أو تكليفه على الدوام ما لا يطيقه أو عصت المرأة بمعصية كوطئه في دبرها أو حيضها فثواب صلاتهما بحاله ولا طاعة لمخلوق في معصية الخالق

“Dan tidaklah mengharuskan amalan yang tidak diterima itu juga dihukumi sebagai amalan yang tidak sah. Shalatnya tetap sah, tidak ada kewajiban mengqodho, akan tetapi pahalanya sedikit atau tidak ada sama sekali. (Hal itu kalau tanpa alasan yang dibenarkan syari’at), adapun jika seorang budak lari karena satu alasan seperti karena takut dibunuh atau karena perbuatan keji atau karena dibebankan suatu pekerjaan terus menerus yang tidak mampu ia lakukan, atau seorang istri tidak taat ketika mau disetubuhi pada duburnya atau ketika haidnya, maka pahala sholat keduanya ketika itu tetap mereka dapatkan. Dan tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah Al-Khaliq.” [Faidhul Qodir, 1/195]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أيُّما امرأةٍ سألت زوجَها طلاقاً فِي غَير مَا بَأْسٍ؛ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الجَنَّةِ

“Wanita mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa kondisi mendesak maka haram baginya bau surga” (HR Abu Dawud no 2226, At-Turmudzi 1187 dan dihahihkan al-Albani)

Wahai para wanita, kedudukan suami begitu mulia dan begitu agung, sampai-sampai isteri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Aisyah radhiyallahu anha menasehati para wanita :

يا معشر النساء لو تعلمن بحق أزواجكن عليكن لجعلت المرأة منكن تمسح الغبار عن قدمي زوجها بخد وجهها. ابن أبي شيبة في المصنف (( 4/ 305

“Wahai para perempuan,sekiranya engkau tahu hak suami-suamimu niscaya seorang dari kamu akan rela mengusap debu yang ada di kedua kaki suaminya dengan pipinya “(HR. Ibnu Abi Syaibah di Mushonnif 4/305).

Bahkan seandainya ada seseorang dibolehkan menghormati orang dengan cara bersujud, maka yang paling berhak adalah seorang isteri bersujud kepada suaminya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْءَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

”Sekiranya aku diperintahkan agar seorang sujud kepada seseorang, niscaya aku perintahkan perempuan untuk sujud kepada suaminya”. (HR.Ahmad dan Tirmidzi. Berkata Syeikh Al Albani : Hadits Shahih).

Untuk itu wahai para wanita, jika ingin menjadi wanita terbaik dan dijamin masuk surga, janganlah kalian durhaka kepada suamimu, hormati dan taati pemimpin dirumahmu, jangan membangkang dan melawannya. 

Berkata Abu Hurairah radhiyallahu anhu :

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ ؟ قَالَ : الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ .

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya; siapakah wanita yang paling baik? Beliau menjawab: “Yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, taat jika diperintah suaminya dan tidak menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci suaminya.”(HR. An Nasa’i. Berkata Syeikh Al Albani : Hadist Shahih).

Dan berkata Abu Hurairah radhiyallahu anhu :

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّذِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya; “Wanita yang bagaimana yang paling baik?” Beliau menjawab: “Jika dipandang (suami) ia menyenangkan, jika diperintah ia taat, dan ia tidak menyelisihi suaminya dalam perkara-perkara yang dibencinya, baik dalam diri maupu harta” (HR. Ahmad dan An Nasai. Berkata Syeikh Al Albani : Hadits Shahih).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

المرأة إذا صلت خمسها وصامت شهرها وأحصنت فرجها وأطاعت زوجها فليدخل من أي أبواب الجنة شاءت

“Wanita itu, jika (menjaga) shalat yang  lima waktu, puasa pada bulannya (ramadhan) dan menjaga kemaluannya, serta ta’at kepada suaminya, maka hendaklah ia masuk dari pintu surga mana pun yang dikehendaki“. (HR. Ibnu Hibban, Al-Bazzar, Ahmad, Ath Thabrany.Berkata Syeikh a Al Alban : Hadits Shahih).

AFM

Copas dari berbagai sumber