Rabu, 05 Oktober 2022

SERIBU DALIL TIDAK CUKUP

SERIBU DALIL TIDAK CUKUP

Makhluk yang paling susah menerima kebenaran adalah AHLUL HAWA atau AHLUL BID'AH, dikarenakan mereka merasa dan menganggap bahwa amalannya selama ini sudah benar.

Seabrek dalil yang disampaikan tetap mereka ngeyel dan bertahan dengan bantahan-bantahannya. Mereka paksakan dalil, mereka cocok-cocokkan ayat atau hadits untuk pembenaran pemahaman dan amalannya.

Benarlah apa yang dikatakan oleh Syekh Al Albani rahimahullah, bahwa ahlul bid'ah itu bukan mencari kebenaran, biar seribu dalil yang disampaikan, tetap mereka tidak menerimanya.

Berkata Syekh Al Albani rahimahullah : 

طالب الحق يكفيه دليل , وطالب الهوى لا يكفيه ألف دليل الجاهل يُعَلَّمُ , وصاحب الهوى ليس لنا عليه سبيل 
Orang yang mencari kebenaran, cukup baginya satu dalil, sedangkan pengikut hawa nafsu, tidak akan cukup baginya seribu dalil. Orang yang tidak tahu, maka dia diajari. Sedangkan pengikut hawa nafsu, maka kita tak dapat menunjukkan kepadanya jalan kebenaran.  Sumber:www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?p=2203696

Ahlul bid'ah itu lebih baik mengikuti hawa nafsunya daripada dalil. Apalagi ada hasad, bertambah lagi menolak dalilnya. 

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu : 

فــإِنَّ الإِنـسَـان قَـدْ يــَعرِفُ أَنَّ الحـَقَّ مَـعَ غَيــْرِهِ، وَمـَعَ هَـذَا يَجــْحَد ذَلِـكَ: لِحَـسَدِهِ إِيَّـاه، أَوْ لِـطَلَبِ عـُلُوِّهِ عَلَيْـهِ، أَوْ لِــهَوَى النَّـفـس.

"Maka sesungguhnya manusia kadang mengetahui bahwa kebenaran ada pada orang lain, namun bersamaan dengan itu ia menolaknya, dikarenakan:  Sifat HASADNYA terhadap orang yang membawa kebenaran tersebut. Atau karena MERASA LEBIH TINGGI dari orang yang membawa kebenaran. Atau karena lebih mengikuti HAWA NAFSUNYA. 

وَيُحَمـلُهُ ذَلِكَ الهـَوَى عَلَى: أَنْ يَعـْتَدِي عَلَـيْهِ. وَيـرد مَا يـَقُولُ بِكُلِّ طَرِيــق وَهُوَ فِي قَلْـبِهِ يَعـْلَمُ أنَّ الحـَقَّ مَعَـهُ. 

Maka hawa nafsu tersebut akan menyeret dia pada tindakan melampaui batas, menolak segala sesuatu yang diucapkan oleh orang (yang membawa kebenaran) dengan berbagai cara, sementara dalam hatinya, ia mengetahui bahwa kebenaran bersama orang tersebut.” (Majmu' Fatawa, 7/191). 

AFM

Copas dari berbagai sumber