Senin, 01 Agustus 2022

ADAB DENGAN HATIBanyak sekali yang bertanya kepada kami, "Buku apa yang digunakan untuk mengajarkan adab kepada santri?"

ADAB DENGAN HATI

Banyak sekali yang bertanya kepada kami, "Buku apa yang digunakan untuk mengajarkan adab kepada santri?" 

Biasanya kami menjawab, "Sangat bagus menurut kami adalah At-Tibyan Imam Nawawi رحمه الله, karena isinya menerangkan tataran praktek. Bukan banyak berteori. Namun alangkah baiknya jika pendidik membaca juga buku-buku yang lain, baik buku klasik maupun kontemporer." 

Namun setelah itu ada catatan penting, yaitu; Adab bukanlah teori, adab adalah praktek. Mau menggunakan kitab rujukan apapun, jika si pengajar tidak beradab, tidak akan memberikan perubahan.

Itupun mengajarkannya bukan masuk kelas, membacakan isi buku, tidak tahu murid faham atau tidak, setelah itu tuntas. Mengajarkan adab itu harus dengan hati, menjiwai setiap poin adab yang diajarkan para ulama kita. 

Intinya, yang harus kita lakukan sebagai pendidik adalah: BENAHI DIRI, AJARKAN DENGAN HATI.

Mari kita simak dan perhatikan ucapan Imam Ibnul Jauzi رحمه الله dalam Shaid Al-Khathir, hlm. 158, saat menceritakan kondisi guru-guru beliau, 
"Syaikh yang paling banyak memberi manfaat adalah yang mengamalkan ilmunya. Aku telah bertemu dengan banyak Syaikh, dan antara satu dengan yang lain berbeda-beda, tingkatan mereka sesuai dengan kadar ilmunya. Dan yang paling banyak memberi manfaat bagiku adalah Syaikh yang mengamalkan ilmunya, meskipun Syaikh yang lain lebih alim.

Aku juga sudah menemui sejumlah ulama ahli hadits, mereka hafal dan faham, hanya saja mereka bermudah-mudahan ghibah hingga keluar dari jalur Jarh wa Ta'dil. Mereka juga nengambil upah dengan membacakan hadits. Mereka biasa terburu-buru menjawab pertanyaan, supaya pamornya tidak turun, meskipun jatuh dalam kesalahan.

Hingga kemudian aku bertemu dengan Abdul Wahhab Al-Anmathi, beliau sesuai dengan rambu-rambu Salaf. Di majelisnya tidak terdengar ghibah, tidak meminta upah membacakan hadits. Dahulu jika aku membaca hadits-hadits Raqa-iq (pelembut hati), beliau pasti menangis dengan tangisan yang panjang. Meskipun saat itu aku masih kecil, tapi tangisan beliau begitu berkesan dalam hatiku, membangun pondasi, dan perangai beliau persis dengan akhlak para Syaikh hadits terdahulu yang sering kita dengar."

Adab dan akhlak kita akan terkesan jika terterjemahkan dalam amal perbuatan, bukan hanya teori di buku yang didiktekan di hadapan murid.

Catatan: 
Hidayat Magribi, M.A 
- Abu Afaf -

Semoga bermanfaat 🙏
Ustadz hidayat magribi