PEMIMPIN YANG ZALIM, LEBIH BAIK DARIPADA TIDAK ADA PEMIMPIN SAMA SEKALI
Fitnah, ujian, malapetaka dan musibah yang sangat besar jika suatu negeri tidak ada pemimpinnya. Sudah dipastikan diantara mereka akan saling menzalimi, saling menguasai, saling menindas dan kerusakan-kerusakan lainnya. Maka sungguh sangat melampaui batas jika ada sebagian orang yang terus menggoyang jatuhnya pemimpin.
Berkata Al Imam Ahmad rahimahullah:
اَلْفِتْنَةُ إذَا لَمْ يَكُنْ إمَامٌ يَقُوْمُ بِأَمْرِ النَّاسِ
Fitnah itu jika tidak ada seorang pemimpin yang menegakkan urusan manusia. (As Sunnah 11).
Jangankan tidak ada pemimpin, kepemimpinan yang lemah saja berdampak parah kepada masyarakat. Contoh kasus misalkan, sekitar dua puluh dua tahun yang lalu di tahun 1999-2000 ketika kepemimpinan dipusat lumpuh dan tidak berfungsi dengan baik, akhirnya terjadi kerusuhan dibeberapa daerah di negeri kita ini.
Papua dan Ambon misalkan, dikedua daerah tersebut rusuh dan kacau dimana-mana. Masyarakat pun diliputi was-was dan ketakutan. Ketegangan dan ketidaknyamanan, hidup tidak aman dan tidak tenang. Eksodus besar-besaran para perantau pulang ke kampungnya menyelamatkan diri. Sungguh kondisi yang sangat mencekam dan mengerikan. Saya salah satu saksi hidup, apa yang terjadi di Papua tahun itu.
Untuk itu wajib adanya kepemimpinan dan wajib menjaganya agar fitnah tidak semakin besar dan semakin menggelora. Karena kepemimpinan adalah kewajiban terbesar dalam agama.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
يَجِبُ أَنْ يُعْرَفَ أَنَّ وِلاَيَةَ أَمْرِ النَّاسِ مِنْ أَعْظَمِ وَاجِبَاتِ الدِّيْنِ، بَلْ لاَ قِيَامَ لِلدِّيْنِ إِلاَّ بِهَا. فَإِنَّ بَنِيْ آدَمَ لاَ تَتِمُّ مَصْلَحَتُهُمْ إِلاَّ بِالْاِجْتِمَاعِ لِحَاجَةِ بَعْضِهِمْ إِلىَ بَعْضٍ، وَلاَ بُدَّ لَهُمْ عِنْدَ اْلاِجْتِمَاعِ مِنْ رَأْسٍ حَتىَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “إِذَا خَرَجَ ثَلاَثَةٌ فِيْ سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوْا أَحَدَهُمْ” رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ مِنْ حَدِيْثِ أَبِيْ سَعِيْدٍ وَأَبِيْ هُرَيْرَةَ … وَلِأَنَّ اللهَ تَعَالَى أَوْجَبَ اْلأَمْرَ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَلاَ يَتِمُّ ذَلِكَ إِلاَّ بِقُوَّةٍ وَإِمَارَةٍ
Wajib diketahui bahwa kekuasaan atas manusia termasuk KEWAJIBAN AGAMA TERBESAR. Bahkan agama tak akan tegak tanpa kekuasaan. Pasalnya, manusia tak akan sempurna kepentingan mereka kecuali dengan berinteraksi karena adanya hajat dari sebagian mereka dengan sebagian lainnya. Tak boleh tidak pada saat berinteraksi harus ada seorang pemimpin hingga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Jika keluar tiga orang dalam satu perjalanan maka hendaklah mereka mengangkat satu orang dari mereka untuk menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud, dari Abu Said dan Abu Hurairah). Dikarenakan Allah telah mewajibkan amar makruf nahi mungkar, sementara kewajiban ini tak akan berjalan sempurna kecuali dengan adanya kekuatan dan kepemimpinan.” ( Majmu’ al-Fatawa, XXVIII/390).
Oleh karena itu, dipimpin oleh pemimpin zalim puluhan tahun, itu lebih baik dari pada tidak ada pemimpin sama sekali.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah-berkata:
ومن المعلوم أن الناس لا يصلحون إلا بولاة
Dan diantara perkara yang sudah diketahui, bahwasannya manusia tidak akan menjadi baik kecuali dengan adanya para penguasa.
وأنه لو تولى من هو دون هؤلاء من الملوك الظلمة لكان ذلك خيراً من عدمهم
Dan sesungguhnya, seandainya ternyata yang memimpin adalah selain mereka (orang-orang baik), yaitu diantara raja yang zalim, sungguh hal itu lebih baik daripada tanpa mereka.
كما يُقال : ستون سنة مع إمام جائر خير من ليلة واحدة بلا إمام. منهاج السنة النبوية ( ١ / ٥٤٧ – ٥٤٨ ) .
Sebagaimana dikatakan : “60 tahun bersama seorang PEMIMPIN YANG ZALIM LEBIH BAIK daripada satu malam tanpa seorang pemimpin.” Minhaj As Sunnah An Nabawiyah (1/547-548).
AFM
Copas dari berbagai sumber