Sejak lama saya menyukai kalimat Ibnu Taimiyah yang beliau sampaikan pada saat dihadirkan untuk mempertanggungjawabkan isi Aqidah Wāsithiyyah yang disusunnya:
"Kemudian aku katakan pada mereka, 'Tidak semua orang yang menyelisihi dalam satu tema dari iktikad ini niscaya akan binasa. Sebab, yang tidak setuju boleh jadi seorang mujtahid yang melakukan kekeliruan di mana Allah akan menggugurkan kesalahannya. Boleh jadi pula belum sampai kepadanya ilmu yang dengannya hujah menjadi tegak atas dirinya. Pula, boleh jadi ia memiliki banyak kebaikan yang dengannya Allah menghapus semua keburukannya. Jika teks-teks ancaman yang melingkupi perbuatan semacam ini tidak meniscayakan keikutsertaan pentakwil, orang yang penuh ketundukan, pemilik kebaikan yang akan menghapus segala keburukan juga orang yang mendapat ampunan, maka orang (seperti yang dijelaskan ihwalnya) lebih berhak (untuk tidak diikutsertakan).
Jadi, konsekuensi dari ungkapanku adalah bahwa siapa saja yang meyakini apa yang diuraikan dalam akidah ini (al-Wāsithiyyah) akan selamat dalam meyakininya dan siapa saja yang meyakini sebaliknya bisa jadi selamat atau tidak selamat, sebagaimana dikatakan, 'Siapa saja yang diam maka niscaya ia selamat.'"
Munāzharah fī al-Aqīdah al-Wāsithiyyah, Majmū' al-Fatāwā, 3/179.
Maksud beliau (rahimahullah) yang berbicara belum tentu tidak selamat.
Ustadz alee masaid