Minggu, 07 Maret 2021

TEMATIK & KITAB

TEMATIK & KITAB

Pengajian yang semakin semarak dalam beberapa dekade terakhir memiliki beberapa pembagian.

Tematik
Sesuai tema tertentu. Hanya dengan sebuah judul tanpa kitab tertentu. Pemateri mengumpulkan dan menyusun materi dari berbagai sumber. Kadang kajian semacam ini diremehkan, padahal pengalaman justru persiapannya tak kalah berat. Biasanya kajian ini tidak bersifat rutin, sering dipakai untuk tabligh akbar, momen tertentu, rehat di sela kajian kitab, kajian pengganti, atau sekadar kultum singkat. Setiap ulama pernah menggunakan metode ini dalam pengajiannya. 

Matan (Semi Tematik) 
Pemateri hanya fokus kepada matan suatu kitab, dengan syarh versi sendiri yang dikumpulkan dari beberapa syuruh, meskipun ada satu syarh pegangan yang tidak dibaca semua penjelasan syarh tsb. Kajian seperti ini yang umum dipakai untuk pengajian rutin kitab. Dalam metode ini pemateri bisa menyesuaikan kondisi mad'u dalam menyerap penyampaian dll agar lebih mudah dipahami. Ulama banyak menggunakan metode ini, kemudian syarh mereka terkadang dicetak dan dibukukan. 

Syarh (Kitab) 
Pemateri membaca kitab syarh dari suatu matan (atau satu kitab tertentu yang umum tak memuat matan tertentu) dengan metode Membaca tiap kata per kata. Hal ini jamak dilakukan dalam pesantren atau mulazamah. Metode ini sangat baik untuk kelas intensif khusus yang ingin lebih mendalami terutama bahasa Arab dan praktik baca kitab. Ulama juga menggunakan metode ini dalam kelas-kelas khusus mereka, baik akademik maupun tidak.

Ketiga metode tsb saling berkaitan dan bahu membahu. Karena jarang sekali orang langsung aktif di kajian kitab. Banyak dari mereka kenal dakwah dari kajian tematik, kemudian lanjut rutin kajian matan, untuk baru mencoba aktif di kajian kitab.

Ketiga metode tsb pun pernah setidaknya digunakan oleh semua juru dakwah. Ustaz yang kajian tematik mereka juga mengajar di pondok dengan metode kitab. Ustaz yang kajian kitab juga sesekali kajian tematik.

Jadi daripada ribut saling menyalahkan metode dakwah yang lain, saling membenturkan, lebih baik arahkan jamaah untuk tidak hanya hadir di kajian tematik, tapi juga kajian rutin. Sama halnya sebagian orang membenturkan kajian tauhid dengan selainnya, seolah-olah tidak bisa dijamak. Lebih baik arahkan jamaah untuk juga (perhatikan kata juga) hadir kajian tauhid.

Mari fokus mendidik umat yang beraneka ragam dengan metode beraneka ragam pun. Karena di antara bentuk hikmah dakwah adalah menggunakan metode sesuai dengan kapasitas dan keadaan jamaah.
Ust Roni nuryusmansyah 
https://www.facebook.com/100000665377486/posts/4001042399927900/