Senin, 01 Maret 2021

Amar Maruf Nahi MunkarSyaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan mengatakan (yang artinya):"Termasuk ciri manhaj Ahlussunnah wal Jamaah adalah amar maruf nahi munkar. Mewujudkan perintah Allah:

Amar Maruf Nahi Munkar

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan mengatakan (yang artinya):

"Termasuk ciri manhaj Ahlussunnah wal Jamaah adalah amar ma
ruf nahi munkar. Mewujudkan perintah Allah:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (QS Ali Imran [3]: 110)

Juga firmanNya:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS Ali Imran [3]: 104)

Dan juga perintah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemahnya iman.“ (HR Muslim No. 49)

Maka wajib mencegah kemungkaran, setiap mukmin wajib mengingkari kemungkaran. Tetapi mengingkarinya sesuai kemampuannya."

Kemudian beliau melanjutkan:

"Jika tidak memiliki kekuasaan di tengah masyarakat atau keluarga maka cukup ia mengingkari dengan lisannya yaitu dengan nasihat, peringatan dan dakwah serta menyampaikan tentang adanya kemaksiatan dan kemungkaran kepada yang memiliki kekuasaan agar merubahnya. Seperti para pemimpin dan petugas yang ditunjuk. Maka tidak boleh diam dari kemungkaran sedangkan ia mampu mengingkarinya.

Dan jika tidak mampu dengan lisan, maka kewajiban mengingkari kemungkaran dengan hatinya, dengan meninggalkan kemungkaran dan pelakunya, serta tidak duduk bersama dan ikut serta mereka dalam kemungkaran. Kecuali jika untuk memberi nasihat dan mengingkari mereka."

(Disadur dari buku karya
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan "Mengnal Ahlussunnah dan Manhajnya", yang diterjemahkan oleh Ustadz Mohammad Alif, Lc., hal 92-95)

-----

Jazakumullahu khairan Ustadz Mohmmad Alif El-Qibty atas hadiah bukunya yang sangat bermanfaat. Semoga menjadi amal jariyah bagi antum.
Ust Mu'adz mukhadasin