Jumat, 05 Maret 2021

40 HARI KEMATIAN

40 HARI KEMATIAN

Dengan adanya komentar dari Muhammad R. Ridho pada status saya kemarin, apalagi komentar Yudha Muhammad Aga “Masih ada di mesir kayak gitu itu hanya saja kebetulan istrinya dia (Ustaz Hafez Mohamed) mungkin kena pengaruh wahaboys” katanya, maka saya akhirnya iseng² untuk mencari tahu lebih mendalam bagaimana bisa acara selamatan kematian di Mesir bisa dihapuskan, yang mana selamatan kematian ini di Indonesia disebut dengan istilah Tahlilan.

Sedangkal bacaan saya, upaya menghapus tradisi tahlilan di mesir ini mulai massif dilakukan pada zaman Mufti Agung Syekh Ḥasanayn Muḥammad Makhlūf (1307–1410 H) rahmatullah ‘alayh, yang mana beliau pernah mendapat pertanyaan tentang peringatan malam 40 hari kematian. “inna iqāmah ma’tam laylah al-arba‘īn: bid‘ah sayyi’ah mażmūmah syar‘an (sesungguhnya mengadakan ma‘tam malam 40 hari kematian adalah bidah yang jelek lagi tercela secara syariat)” jawabnya tegas, lalu sang Mufti memaparkan hujahnya.

Dibagian akhir pemaparan hujahnya, salahsatu Ulama Kibar Al-Azhar ini mengatakan sebuah pernyataan yang sangat bagus untuk kita perhatikan bersama², yakni:

أهبنا بالمسلمين أن يقلعوا عن هذه العادة الأربعينية الذميمة، التي لا ينال الميت منها رحمة ولا مثوبة، بل لا ينال الحى منها غالبا سوى المضرة، وخاصة إذا كان القصد بإقماتها مجرد التفاخر والسمعة، أو دفع الملامة والمعرة، وأن يعلموا أنه لا أصل لها في الدين، وأنها بدعة سيئة.
و في الحديث:
{كل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار}
“Telah kami berikan kesadaran kepada kaum muslimin agar membuang adat/tradisi memperingati 40 hari (kematian) yang tercela tersebut, yang mana si mayit tidak memperolehi rahmat maupun pahala dari tradisi tsb, bahkan galibnya orang yang hidup sendiri tidak memperoleh selain mudarat dari perbuatan tersebut. Lebih-lebih lagi jika tujuan melakukannya semata-mata karena ingin bermegah² dan berbangga², atau juga untuk mengelakkan celaan (masyarakat) dan perasaan malu (jika tidak melakukannya), dan telah kami berikan kesadaran agar umat Islam (Mesir) tahu bahwa perbuatan tersebut tidak ada asalnya dalam agama Islam dan termasuk bidah yang jelek/buruk...dst” [Ḥukm Asy-Syarīʻah Al-Islāmīyah fī Maʼtam Laylah Al-Arbaʻīn, hal. 9]

Demikian sekelumit sedangkal pencarian saya yang iseng², ma‘tam disitu tentu bukan sekedar kumpul² dan makan² dirumah duka, tentu juga disertai dengan doa (bersama) untuk si mayit. Dan ma‘tam yang jelek dan tercela tsb tidak sebatas pada malam 40 hari kematian, bisa 1-7hari, 100 hari, setahun, dll. 

Saya memang tidak tahu secara pasti realita umat Islam Mesir saat ini, apakah tradisi selamatan kematian benar² sudah tidak ada atau masih ada. Yang jelas fatwa resmi itu ada, dan upaya penyadaran kepada umat juga dilakukan. Tapi masih saja ada orang yang mengatakan “...mungkin kena pengaruh wahaboys”, saya tak habis thinking pada orang² yang dikit² wahabi ini. Bagaimana dengan Anda? Wallahualam

Sekian dulu, semoga berfaedah. Amin...

Salam Persahabatan,
Alfan Edogawa
https://www.facebook.com/100007268449111/posts/2792211777697743/