::- Akhlak Ulama Kibar, Syeikh Abdul Azis bin Abdillah bin Baz -::-
Ada orang Syiah diajak temannya untuk menghadiri pengajian Syaikh Bin Baz. Dia mengatakan : Syeik Bin Baz itu milik kalian orang Wahabi, kami orang Syi'ah tidak cocok dengan Syeikh Bin Baz.
Namun endingnya orang ini berfikir dan berkata : "Syeikh Bin Baz tokoh kerajaan Saudi yang sangat terkenal ini, dia telah membuat aku penasaran, apa sebenarnya yang ia miliki kok sampai setinggi ini kedudukannya."
Setelah menyimak pengajian, orang Syi'ah ini menangkap dua hal yang sangat mengherankan.
1). Bagaimana seorang lelaki buta mampu menghadirkan dalil dalil syariat dari ayat dan hadits dalam setiap permasalahan dengan sangat mudah.
2). Saat sesi tanya jawab Syeikh Bin Baz ditanya : Kami memiliki murid murid di kelas. Dari sekian banyak murid tersebut ada orang Syi'ah yang sangat cerdas. Nilainya selalu bagus, dan menjadi juara kelas.
Bolehkah kami sebagai guru menurunkan nilai anak Syi'ah ini, dan mengangkat nilai anak anak ahlus Sunnah.
Karena jika tidak, dikhawatirkan jika anak Syi'ah ini mendapatkan nilai yang bagus kelak ia akan mendapatkan jabatan strategis di kerajaan. Sehingga akan membahayakan eksistensi ahlussunnah.
Jawaban beliau sungguh di luar perkiraan, beliau menjawab :
"Tidak boleh karena Allah ta'ala berfirman ;
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS Al Ma'idah : .
Namun suruhlah siswa siswa ahlussunnah di kelas itu untuk bersungguh sungguh belajar dengan rajin dan tekun. Sehingga bisa mengungguli prestasi siswa Syi'ah tersebut. Dan jangan berbuat curang."
Orang Syi'ah yang mendengar jawaban ini sepulang dari pengajian senantiasa menceritakan kisah Syeikh Bin Baz yang ia alami sendiri. Namun ia belum juga mendapatkan hidayah kecuali setelah tiga tahun setelah kisah itu berlalu.
Pada akhirnya iapun menjadi seorang Ahlissunnah sekaligus penghafal Al Qur'an. Dan kelak mati syahid di Afghanistan.
- Secara makna dari kisah yang diuraikan oleh Syeikh DR Utsman Muhammad Al Khamis -
ustadz abul aswad al bayati