*MENDULANG FAWAID DARI DAURAH SYAR’IYYAH JOGJA 1443 H*
Bersama Syaikh Prof. Dr. A’shim bin Abdillah bin Ibrahim al-Qoryuti hafizhahullah
BAGIAN KEEMPAT (selesai)
Pembahasan TSULATSIYAT AL-BUKHORI
HADITS KETIGA BELAS
3546 - حَدَّثَنَا عِصَامُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا حَرِيزُ بْنُ عُثْمَانَ أَنَّهُ «سَأَلَ عَبْدَ اللهِ بْنَ بُسْرٍ صَاحِبَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَرَأَيْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ شَيْخًا قَالَ كَانَ فِي عَنْفَقَتِهِ شَعَرَاتٌ بِيضٌ.»
Imam Al-Bukhori rahimahullah telah berkata, “Telah bercerita kepada kami 'Isham binKhalid, telah bercerita kepada kami Jarir bin 'Utsman bahwa dia bertanya kepada 'Abdullah bin Busr, sahabat Nabi ﷺ katanya, "Apakah kamu pernah melihat Nabi ﷺ pada usia lanjut?.' Dia menjawab, "Ya, rambut yang sudah memutih pada dagu beliau". (HR. Al-Bukhori no. 3546)
• PERAWI HADITS:
عِصَامُ بْنُ خَالِدٍ
• ‘Ishom bin Kholid rahimahullah, beliau hanya meriwayatkan hadits ini di dalam Shohih al-Bukhori. Beliau mempunyai nama kunyah Abu Ishaq, termasuk thobaqat ke-9, wafat tahun 211 H, seorang perawi yang shoduq (benar dalam periwayatannya).
(tambahan faidah)
حريز بن عثمان بن جبر بن أبي أحمر بن أسعد
• Hariiz, nama lengkapnya adalah Hariiz bin ‘Utsman bin Jabr bin Abi Ahmar bin As’ad, mempunyai nama kunyah Abu ‘Utsman atau dikatakan juga Abu ‘Aun, wafat 163 H, di Baghdad, beliau adalah seorang perawi yang tsiqah (terpercaya) tsabtun (kokoh) namun rumiya binnashob dituduh punya kecenderungan pemikiran tidak menyukai ahli bait dan membenci Ali radhiallahu’anhu dan keluarganya serta menghinanya.
عبد الله بن بسر بن أبى بسر المازنى
• Abdullah bin Busr
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Busr bin Abi Busr Al-Maazini, seorang sahabat, yang wafat tahun 88 H.
كان الصحابة الكرام رضي الله عنهم يحبون النبي صلى الله عليه وسلم حبا جما، حتى أنهم يحكون وينقلون لمن بعدهم شمائله وأوصافه الجسدية والمعنوية.
• Para sahabat yang mulia, semoga Allah meridhoi mereka, senantiasa mencintai Nabi ﷺ, shalawat dan salam, dengan kecintaan yang sangat tulus, mereka akan menceritakan dan mewariskan berbagai kesan mendalam dan karakteristik fisik serta kebaikan moralnya kepada orang-orang yang datang. setelah mereka.
HADITS KEEMPAT BELAS
4206 - حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ قَالَ: «رَأَيْتُ أَثَرَ ضَرْبَةٍ فِي سَاقِ سَلَمَةَ، فَقُلْتُ: يَا أَبَا مُسْلِمٍ، مَا هَذِهِ الضَّرْبَةُ؟ فَقَالَ: هَذِهِ ضَرْبَةٌ أَصَابَتْنِي يَوْمَ خَيْبَرَ، فَقَالَ النَّاسُ: أُصِيبَ سَلَمَةُ، فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَفَثَ فِيهِ ثَلَاثَ نَفَثَاتٍ، فَمَا اشْتَكَيْتُهَا حَتَّى السَّاعَةِ.»
Imam Al-Bukhori rahimahullah telah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Al Makki bin Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Abu 'Ubaid ia berkata, "Aku pernah melihat bekas luka pukulan pedang pada kaki (bagian lutut) Salamah. Aku lalu berkata kepadanya, "Wahai Abu Muslim, luka bekas pukulan apakah ini?" Dia menjawab, "Ini luka bekas pukulan yang aku alami pada perang Khaibar. Saat itu orang-orang berkata, "Salamah terluka" Maka aku mendatangi Nabi ﷺ, lalu beliau meludahi lukaku sebanyak tiga kali. Setelah itu aku tidak merasakan sakit hingga sekarang." (HR. Al-Bukhori no. 4206)
• Kejadian hadits tersebut ada di perang Khoibar
• Termasuk keutamaan Salamah radhilallahu’anhu.
• Mukjizat Nabi ﷺ yang bisa menyembuhkan rasa sakit/luka dengan izin Allah Azza wa Jalla.
HADITS KELIMA BELAS
4272 - حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ الضَّحَّاكُ بْنُ مَخْلَدٍ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: «غَزَوْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْعَ غَزَوَاتٍ، وَغَزَوْتُ مَعَ ابْنِ حَارِثَةَ، اسْتَعْمَلَهُ عَلَيْنَا.»
Imam Al-Bukhori rahimahullah telah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Abu "Ashim Adh Dhahak bin Makhlad, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Abu Ubaid dari Salamah bin Al Akwa' katanya, aku pernah berperang bersama Nabi ﷺ sebanyak tujuh kali dan beliau pernah mengangkat Ibnu Haritsah sebagai komandan kami." (HR. Al-Bukhori no. 4272)
(tambahan faidah)
قيل: هذه السبع هي: يوم الحديبية، وخيبر، ويوم حنين، ويوم القرد، وغزوة الفتح، وغزوة الطائف، وغزوة تبوك.
• Dikatakan tujuh kali itu adalah yaum Al-Hudaibiyyah, perang khoibar, perang Hunain, perang al-Qord, perang al-Fath, perang at-Thoif, dan perang Tabuuk.
HADITS KEENAM BELAS
4499 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ: أَنَّ أَنَسًا حَدَّثَهُمْ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «كِتَابُ اللهِ الْقِصَاصُ»
Imam Al-Bukhori rahimahullah telah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah Al Anshari, telah menceritakan kepada kami Humaid bahwa Anas menceritakan kepada mereka dari Nabi ﷺ beliau bersabda, "Kitabullah adalah al Qishas." (HR. Al-Bukhori no. 4499)
PERAWI HADITS:
• Muhammad bin Abdullah al-Anshory
محمد بن عبد الله بن المثنى بن عبد الله بن أنس بن مالك الأنصاري
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdullah bin Al-Mutsanna bin Abdillah bin Anas bin Malik al-Anshori, wafat tahun 215 H, termasuk thobaqah ke-9, beliau adalah seorang perawi yang tsiqah.
• Humaid
Nama lengkapnya adalah:
حميد بن أبي حميد
Humaid bin Abi Humaid, nama kunyanya adalah Abu ‘Ubaidah, wafat 140 H, tsiqah (terpercaya) mudallis (orang yang melakukan tadlis - perbuatan menyembunyikan ‘Aib (cacat) pada suatu sanad hadits) ada tambahan kritik karena beliau masuk ke perkara kekuasaan pemerintahan.
• Ini kisah yang terjadi pada Rubayyi’ saudari Anas radhiallahu’anhu.
• Dianjurkannya untuk memaafkan dan berkenan untuk menerima ganti rugi.
• Hadits ini disebutkan oleh Imam al-Bukhori sebagai bentuk ringkasan dan diulang di tempat lainnya dalam kitab shohihnya sebagai bagian dari tambahan pendalilan beliau rahimahullah terhadap suatu permasalahan.
HADITS KETUJUH BELAS
5497 - حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ: حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ قَالَ: «لَمَّا أَمْسَوْا يَوْمَ فَتَحُوا خَيْبَرَ أَوْقَدُوا النِّيرَانَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلَى مَا أَوْقَدْتُمْ هَذِهِ النِّيرَانَ؟ قَالُوا: لُحُومِ الْحُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ، قَالَ: أَهْرِيقُوا مَا فِيهَا وَاكْسِرُوا قُدُورَهَا. فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ فَقَالَ: نُهرِيقُ مَا فِيهَا وَنَغْسِلُهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْ ذَاكَ.»
Imam Al-Bukhori rahimahullah telah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Al Makki bin Ibrahim ia berkata, telah menceritakan kepadaku Yazid bin Abu Ubaid dari Salamah Ibnul Akwa' ia berkata, "Di sore hari setelah para sahabat menaklukkan Khaibar, mereka menyalakan api (tungku), maka Nabi ﷺ pun bersabda, "Kalian menyalakan tungku api itu untuk apa?" mereka menjawab, "Memasak daging keledai kampung." Beliau ﷺ pun bersabda, "Buanglah apa yang ada di dalam tungku dan pecahkanlah periuknya!" seorang laki-laki dari mereka lalu berdiri dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kami harus membuang dan mencucinya?" Beliau ﷺ menjawab, "Seperti itulah." (HR. Al-Bukhori no. 5497).
(tambahan faidah)
• Larangan untuk memakan daging keledai kampung. (karena memakan makanan apa saja yang jelek dan baik juga dimakan).
• Sudah dibahas pada hadits-hadits sebelumnya
HADITS KEDELAPAN BELAS
5569 - حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ ضَحَّى مِنْكُمْ فَلَا يُصْبِحَنَّ بَعْدَ ثَالِثَةٍ وَفِي بَيْتِهِ مِنْهُ شَيْءٌ، فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، نَفْعَلُ كَمَا فَعَلْنَا عَامَ الْمَاضِي؟ قَالَ: كُلُوا وَأَطْعِمُوا وَادَّخِرُوا فَإِنَّ ذَلِكَ الْعَامَ كَانَ بِالنَّاسِ جَهْدٌ فَأَرَدْتُ أَنْ تُعِينُوا فِيهَا.»
Imam Al-Bukhori rahimahullah telah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim dari Yazid bin Abu 'Ubaid dari Salamah bin Al Akwa' dia berkata, Nabi ﷺ bersabda, "Siapa saja di antara kalian yang berkurban, janganlah menyisakan daging kurban di rumahnya melebihi tiga hari." Pada tahun berikutnya orang-orang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kami harus melakukan sebagaimana yang kami lakukan pada tahun lalu?" beliau bersabda, "Makanlah daging kurban tersebut dan bagilah sebagiannya kepada orang lain serta simpanlah sebagian yang lain, sebab tahun lalu orang-orang dalam keadaan kesusahan, oleh karena itu saya bermaksud supaya kalian dapat membantu mereka." (HR. Al-Bukhori no. 5569)
• Ini berkaitan dengan daging udhiyah – sembelihan.
• Setelah hari-hari tasyriq – apakah disimpan boleh ? boleh sebagaimana hadits secara jelas. Nabi ﷺ bahwa menyimpan untuk keluarganya, untuk waktu tertentu. – setahun.
• Terdapat penjelasan dalam hadits lainnya:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ إِمْسَاكِ الْأُضْحِيَّةِ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ثُمَّ قَالَ كُلُوا وَأَطْعِمُوا
الألباني (ت ١٤٢٠)، صحيح النسائي ٤٤٤٦ • صحيح •
Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata, Rasulullah ﷺ melarang dari menyimpan daging kurban lebih dari tiga hari kemudian beliau bersabda, "Makan dan berilah makan." (HR. An-Nasa-i no. 4434, lihat Shohih An-Nasai no. 4446)
• Hal ini berkaitan dengan hadits:
كانَ النَّبيُّ ﷺ لا يدَّخرُ شيئًا لغدٍ
أنس بن مالك • الألباني (ت ١٤٢٠)، صحيح الترمذي ٢٣٦٢ • صحيح • أخرجه الترمذي (٢٣٦٢)، وابن حبان (٦٣٧٨)، وابن عدي في «الكامل في الضعفاء» (٢/١٤٩)
Dari Anas dia berkata bahwa Nabi ﷺ tidak pernah menyimpan sesuatu apapun untuk esok hari." (HR. At-Tirmidzi no. 2362, Ibnu Hibban no. 6378 dan Ibnu ‘Addy dalam al-Kamil fid Dzu’afaa 2/149, SHOHIH)
Ini berlaku umum tidak hanya daging, tapi sifatnya umum.
• Beliau ﷺ tidak menyimpan untuk dirinya sendiri, tapi disimpan untuk orang lain, ketika ada kebutuhan maka tidak disimpan.
واحتج ابن قدامة المقدسي بما ورد عن ابن عباس – رضي الله عنه – في صفة أضحية النبي – صلى الله عليه وسلم – قال : ويطعم أهل بيته الثلث ويطعم فقراء جيرانه الثلث ويتصدق على السؤال بالثلث
• Ibnu Qudamah mengatakan di kitabnya al-Mughni daging sembelihan itu untuk tiga pembagian, dengan mendasarkan kepada atsar Ibnu Abbas radhiallahu’anhu tentang sifat sembelihan Nabi ﷺ, sepertiga untuk memberi makan kepada anggota keluarga, sepertiga untuk memberikan makan kepada fuqoro dan tetangga, seperti lagi untuk shodaqah kepada orang yang meminta-minta.
• Sembelihan dalam beberapa madzhab adalah dibagi menjadi tiga bagian seperti yang disebutkan Ibnu Qudamah rahimahullah, tapi ini dikembalikan kepada penjelasan tiga bagian tersebut disebutkan dalam dalil yang shohih atau tidak. Dan hal ini perlu pembahasan lebih mendalam lagi tentang pembagian sembelihan menjadi tiga bagian.
• Dalam hadits ini juga menunjukkan Islam sangat menganjurkan kepada solidaritas sosial, karena Islam memerintahkan orang yang kaya untuk membantu orang yang miskin yang membutuhkan sehingga akan dapat membentuk kesejahteraan sosial.
HADITS KESEMBILAN BELAS:
6891 - حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ، عَنْ سَلَمَةَ قَالَ: «خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى خَيْبَرَ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ: أَسْمِعْنَا يَا عَامِرُ مِنْ هُنَيْهَاتِكَ، فَحَدَا بِهِمْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنِ السَّائِقُ؟، قَالُوا: عَامِرٌ، فَقَالَ: رَحِمَهُ اللهُ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلَّا أَمْتَعْتَنَا بِهِ، فَأُصِيبَ صَبِيحَةَ لَيْلَتِهِ، فَقَالَ الْقَوْمُ: حَبِطَ عَمَلُهُ، قَتَلَ نَفْسَهُ، فَلَمَّا رَجَعْتُ وَهُمْ يَتَحَدَّثُونَ أَنَّ عَامِرًا حَبِطَ عَمَلُهُ، فَجِئْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ، فِدَاكَ أَبِي وَأُمِّي، زَعَمُوا أَنَّ عَامِرًا حَبِطَ عَمَلُهُ، فَقَالَ: كَذَبَ مَنْ قَالَهَا، إِنَّ لَهُ لَأَجْرَيْنِ اثْنَيْنِ، إِنَّهُ لَجَاهِدٌ مُجَاهِدٌ، وَأَيُّ قَتْلٍ يَزِيدُهُ عَلَيْهِ.»
Imam Al-Bukhori rahimahullah telah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Makki bin Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Abi 'Ubaid dari Salamah bin Al Akwa' mengatakan, Dahulu kami berangkat bersama Nabi ﷺ ke Khaibar. Salah seorang pasukan berujar, 'Wahai Amir, perdengarkan syair-syairmu kepada kami!' Lantas Amir Ibn Al Akwa' memperdengarkan bait-bait syairnya sehingga terdengar oleh mereka. Selanjutnya Nabi ﷺ bertanya, "Siapa yang menggiring unta-unta kita?" 'Sahabat kita, Amir bin Al akwa' Jawab para sahabat. Nabi Terus memanjatkan doa, "Semoga Allah merahmati dia!" Para sahabat berujar, 'Ya Rasulullah, apakah engkau memberi kami kenyamanan lewat perantaraannya' pagi harinya ia meninggal, selanjutnya para sahabat berkomentar (mengenai peristiwa 'Amir), 'Sungguh amir sia-sia amalnya, ia telah membunuh dirinya.' Ketika aku pulang, para sahabat berbincang-bincang dengan mengatakan bahwa Amir bin Al Akwa' sia-sia amalnya karena telah membunuh dirinya sendiri. Maka kudatangi Nabi ﷺ dan aku berkata, 'ya Nabiyullah, demi ayahku dan ibuku menjadi tebusanmu, orang-orang beranggapan bahwa saudaraku, Amir, sia-sia amalnya!' maka beliau bersabda, "Bohong semua yang mengatakan seperti itu, bahkan ia memperoleh dua pahala, sungguh ia orang yang bersungguh-sungguh sekaligus menjadi mujahid, mana ada pembunuhan yang lebih sadis dari seperti yang dialaminya?" (HR. Al-Bukhori no. 6891)
• Ini adalah qishoh Amir bin Al-Akwa’ saudara dari Salamah bin al-Akwa’. Dan yang terkenal kisah tersebut menjelaskan seolah-olah Amir adalah meninggal karena bunuh diri, namun ini tidak benar dan dijelaskan dalam hadits lainnya.
• Dalam kitabul Adab shohih Al-Bukhori – pedang amir itu pendek dan yahudi – mengenai lututnya
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ قَالَ: « خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى خَيْبَرَ، فَتَسَيَّرْنَا لَيْلًا، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ لِعَامِرِ بْنِ الْأَكْوَعِ: أَلَا تُسْمِعُنَا مِنْ هُنَيْهَاتِكَ؟ وَكَانَ عَامِرٌ رَجُلًا شَاعِرًا، فَنَزَلَ يَحْدُو بِالْقَوْمِ يَقُولُ:
اللَّهُمَّ لَوْلَا أَنْتَ مَا اهْتَدَيْنَا … وَلَا تَصَدَّقْنَا وَلَا صَلَّيْنَا
فَاغْفِرْ فِدَاءً لَكَ مَا اقْتَفَيْنَا … وَثَبِّتِ الْأَقْدَامَ إِنْ لَاقَيْنَا
وَأَلْقِيَنْ سَكِينَةً عَلَيْنَا … إِنَّا إِذَا صِيحَ بِنَا أَتَيْنَا وَبِالصِّيَاحِ عَوَّلُوا عَلَيْنَا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ هَذَا السَّائِقُ؟ قَالُوا: عَامِرٌ، قَالَ: يَرْحَمُهُ اللهُ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: وَجَبَتْ يَا رَسُولَ اللهِ، لَوْلَا أَمْتَعْتَنَا بِهِ. قَالَ: فَأَتَيْنَا خَيْبَرَ فَحَاصَرْنَاهُمْ حَتَّى أَصَابَتْنَا مَخْمَصَةٌ شَدِيدَةٌ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّ اللهَ فَتَحَهَا عَلَيْكُمْ. قَالَ: فَلَمَّا أَمْسَى النَّاسُ مَسَاءَ الْيَوْمِ الَّذِي فُتِحَتْ عَلَيْهِمْ، أَوْقَدُوا نِيرَانًا كَثِيرَةً، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا هَذِهِ النِّيرَانُ؟ عَلَى أَيِّ شَيْءٍ تُوقِدُونَ؟ فَقَالُوا: عَلَى لَحْمٍ، قَالَ: أَيُّ لَحْمٍ؟ قَالُوا: لَحْمِ حُمُرِ الْإِنْسِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَهْرِيقُوهَا وَاكْسِرُوهَا. فَقَالَ رَجُلٌ: أَوْ يُهَرِيقُوهَا وَيَغْسِلُوهَا، فَقَالَ: أَوْ ذَاكَ. قَالَ: فَلَمَّا تَصَافَّ الْقَوْمُ، كَانَ سَيْفُ عَامِرٍ فِيهِ قِصَرٌ، فَتَنَاوَلَ بِهِ سَاقَ يَهُودِيٍّ لِيَضْرِبَهُ وَيَرْجِعُ ذُبَابُ سَيْفِهِ، فَأَصَابَ رُكْبَةَ عَامِرٍ فَمَاتَ مِنْهُ، قَالَ: فَلَمَّا قَفَلُوا قَالَ سَلَمَةُ وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِي: قَالَ: فَلَمَّا رَآنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاكِتًا قَالَ: مَا لَكَ؟ قُلْتُ لَهُ: فِدَاكَ أَبِي وَأُمِّي، زَعَمُوا أَنَّ عَامِرًا حَبِطَ عَمَلُهُ، قَالَ: مَنْ قَالَهُ؟ قُلْتُ: فُلَانٌ وَفُلَانٌ، وَأُسَيْدُ بْنُ حُضَيْرٍ الْأَنْصَارِيُّ، فَقَالَ: كَذَبَ مَنْ قَالَهُ، إِنَّ لَهُ لَأَجْرَيْنِ (وَجَمَعَ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ) إِنَّهُ لَجَاهِدٌ مُجَاهِدٌ، قَلَّ عَرَبِيٌّ مَشَى بِهَا مِثْلَهُ». وَخَالَفَ قُتَيْبَةُ مُحَمَّدًا فِي الْحَدِيثِ فِي حَرْفَيْنِ. وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ عَبَّادٍ:وَأَلْقِ سَكِينَةً عَلَيْنَا
شعيب الأرنؤوط (ت ١٤٣٨)، تخريج المسند ١٦٥١١ • إسناده صحيح على شرط الشيخين • أخرجه البخاري (٤١٩٦)، ومسلم (١٨٠٢)، والنسائي (٣١٥٠) بنحوه، وأحمد (١٦٥١١) واللفظ له
• Salamah bin Al Akwa' dia berkata, "Kami pergi berperang ke Khaibar bersama-sama dengan Rasulullah ﷺ, maka kami mengadakan perjalanan di malam hari. Seorang anggota pasukan lalu berkata kepada 'Amir bin Al Akwa', "Bacakanlah kepada kami sajak-sajakmu!" -'Amir memang seorang penyair- kemudian dia turun sambil menghalau unta dan berkata, "Ya Allah, kalau bukan karena (Hidayah-Mu) maka tidaklah kami akan mendapat petunjuk, kami tidak akan bersedekah, dan kami tidak akan mendirikan shalat. Oleh karena itu, ampunilah kami sebagai, selaku tebusan Engkau atas kesalahan kami. Dan teguhkanlah pendirian kami jika bertemu denga musuh. Tanamkanlah ketenangan di hati kami, apabila di teriaki kami kan datang. Dan dengan teriakan, mereka kan menangis kepada kami." Maka Rasulullah ﷺ bertanya, "Siapakah orang yang menghalau unta sambil bersyair itu?" mereka menjawab, "Amir." Beliau bersabda, "Semoga Allah memberinya rahmat." Lalu seorang anggota pasukan bertanya, "Betulkah begitu ya Rasulullah? alangkah baiknya sekiranya Anda menyuruhnya supaya menghibur kami terus." Kiranya saat itu kami telah sampa di Khaibar, kemudian kami mengepung penduduknya, sehingga perut kami terasa sangat lapar, lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya Allah menaklukkan negeri itu kepada kalian." Salamah berkata, "Setelah hari mulai petang di hari penaklukan Khaibar, mereka mulai menyalakan api, maka Rasulullah ﷺ bertanya, "Nyala api apakah itu? Dan untuk apakah mereka menyalakan api tersebut?" mereka menjawab, "Untuk membakar daging." Beliau bertanya, "Daging apa?" mereka menjawab, "Daging keledai jinak." Maka Rasulullah ﷺ bersabda, "Tumpahkan dan pecahkanlah (periuknya)." Lantas ada seorang laki-laki berkata, "Tumpahkan lalu di cuci." Beliau menjawab, "Atau seperti itu." Tatkala dua pasukan saling berhadapan,
===
ternyata 'Amir hanya mempunyai pedang pendek. Dengan pedang itu maka ia menikamkannya di betis orang Yahudi, tetapi malang baginya, ujung pedang itu terus meluncur hingga berbalik mengenai lutut 'Amir, dan 'Amir pun gugur karenanya."
===
Salamah berkata, "Tatkala mereka telah kembali pulang, Rasulullah ﷺ memegang tanganku, ketika beliau melihat aku diam." Beliau bertanya, "Ada apa denganmu?" Aku menjawab, "Ayah dan ibuku menjadi tebusan Anda, mereka mengatakan, 'Pahala 'Amir telah terhapus.'" Beliau bertanya, "Siapa yang mengatakannya?" Aku menjawab, "Fulan, fulan dan Usaid bin Hudlair Al Anshari." Beliau bersabda, "Orang yang telah mengatakannya telah berdusta, sesungguhnya dia memperoleh pahala ganda -sambil beliau memberi isyarat dengan jemarinya- dialah pejuang sesungguhnya, dan sedikit sekali orang Arab yang pergi berperang seperti dia." (HR. Al-Bukhori no. 4196 dan Muslim no. 1802)
• Pedang itu pendek dan ketika mengayun pedangnya tidak mengenai Yahudi dan ternyata pedangnya mengenai dirinya sendiri. Ini yang terjadi pada Amir bukan bunuh diri.
• Menjamak beberapa Riwayat itu sangat bermanfaat untuk mengetahu fikih hadits, secara komplit akan diketahui hadits tersebut dari A-Z nya.
• Nabi ﷺ menjelaskan sesungguhnya apa yang terjadi pada Amir dan membantah bahwa Amir bunuh diri, namun itu adalah jihad yang sesungguhnya.
HADITS KEDUA PULUH
6894 - حَدَّثَنَا الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: «أَنَّ ابْنَةَ النَّضْرِ لَطَمَتْ جَارِيَةً فَكَسَرَتْ ثَنِيَّتَهَا، فَأَتَوُا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَ بِالْقِصَاصِ.»
Imam Al-Bukhori rahimahullah telah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Al Anshari, telah menceritakan kepada kami Humaid dari Anas radhiallahu'anhu, anak perempuan Nadhr menempeleng seorang hamba sahaya sehigga gigi serinya tanggal, maka mereka mengadukan perkaranya kepada Nabi ﷺ, dan Nabi memerintahkan qisas berlaku. (HR. Al-Bukhori no. 6894)
(Syaikh hafizhahullah tidak menjelaskan karena telah berlalu pada penjelasan sebelumnya)
HADITS KEDUA PULUH SATU
7208 - حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ، عَنْ سَلَمَةَ قَالَ:
«بَايَعْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ، فَقَالَ لِي: يَا سَلَمَةُ أَلَا تُبَايِعُ. قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، قَدْ بَايَعْتُ فِي الْأَوَّلِ، قَالَ: وَفِي الثَّانِي.»
Imam Al-Bukhori rahimahullah telah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim dari Yazid bin Abu 'Ubaid dari Salamah mengatakan, Kami berbaiat kepada Nabi ﷺ di bawah pohon, lantas Nabi mengatakan, "Hai Salamah, tidakkah engkau berbaiat?" 'Saya sudah pada baiat yang pertama ya Rasulullah' Jawabku. Maka Rasulullah menjawab, "Lakukanlah juga pada baiat yang kedua!" (HR. Al-Bukhori no. 7208)
(Syaikh hafizhahullah tidak menjelaskan karena telah berlalu pada penjelasan sebelumnya)
HADITS KEDUA PULUH DUA
7421 - حَدَّثَنَا خَلَّادُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ طَهْمَانَ قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُولُ: «نَزَلَتْ آيَةُ الْحِجَابِ فِي زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ، وَأَطْعَمَ عَلَيْهَا يَوْمَئِذٍ خُبْزًا وَلَحْمًا، وَكَانَتْ تَفْخَرُ عَلَى نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ تَقُولُ: إِنَّ اللهَ أَنْكَحَنِي فِي السَّمَاءِ.»
Imam Al-Bukhori rahimahullah telah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Khallad bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Isa bin Tahman berkata, aku mendengar Anas bin Malik radhiallahu'anhu mengatakan, "Ayat hijab diturunkan tentang Zainab binti Jahsyin, yang ketika itu beliau ﷺ memberinya makan berupa roti dan daging, dan Zainab membanggakan diri kepada istri-istri Nabi ﷺ lainnya dengan berkata, 'Allah lah yang menikahkanku di langit.' (HR. Al-Bukhori no. 7421).
PERAWI HADITS:
• Khollaad bin Yahya
Nama lengkapnya adalah خلاد بن يحيى بن صفوان
Kholad bin Yahya bin Shofwan, nama kunyahny a Abu Muhammad, wafat 211, seorang perawi hadits dan guru Imam al-Bukhori, dinilai sebagai shoduuq (benar periwayatannya) namun ditengarai punya pemikiran murjiah.
• ‘Isa bin Thohman
Nama lengkapnya adalah عيسى بن طهمان بن رامة
Isa bin Thohman bin Raamah, nama kunyahnya Abu Bakar, wafat 160 H, beliau dinilai sebagai perawi yang shoduuq (benar periwayatannya).
• Ini ada manaqib dari Zaenab binti Jahsy – Turunnya ayat dengan sebab pernikahan Zaenab binti Jahsy radhiallahu’anha.
Diriwayatkan dari Anas radiyallahhu’anhu, ia berkata, “Saat ayat ini turun berkenaan dengan Zainab radhiyallahu’anha :
..فلما قضى زيد منها وطرا زوجنكها
“Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan (Zainab)” (QS. Al-Ahzab: 37)
Allah memuliakan Zainab radhiallahu’anha dengan turunnya ayat tersebut.
• Walimah itu bisa cukup dengan satu kambing – berdasarkan hadits
أولم ولو بشاة
Adakanlah walimahan walaupun hanya dengan satu kambing (HR. Al-Bukhori no 2048).
Dan ini menunjukkan kesederhanaan dalam walimahan.
Boleh juga walimah bukan / tidak dengan daging.
• Ini adalah hadits akhir dari Tsulatsiyat al-Bukhori
• Al-Hafizh – Fathul baari – terjatuh dalam kesalahan asma wa shifaat tapi juga ada perkataan beliau rahimahullah untuk menetapi salafus sholih. Beliau adalah mujtahid yang semoga Allah mengampuni kesalahannya namun yang kita ikuti adalah kebenaran dari dalil bukan taqlid buta kepada ulama.
• Ini bukan hanya sekedar baca namun hendaknya harus difahami direnungi
• Imam Adz-Dzahabi menyebutkan orang yang sibuk mencari sanad dan ijazah seperti firman Allah Azza wa Jalla.
اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (QS. At-Takatsur: 1)
• Orang mencari sanad dan ijazah hanya untuk mencari kebersambungan sanad bukan untuk dibanggakan. Sebagaimana yang dialami oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah yang mendapatkan ijazah hadits dari Syaikh Raghib at-Thobaq, dan Syaikh Qoryuthi hafizhahullah pernah meminta ijazh kepada Syaikh Al-Albani rahimahullah namun beliau rahimahullah mengatakan, “Kalau aku membuka pintu ini akan menjadi masalah besar.” Oleh karena itu beliau rahimahullah tetap beliau tetap sibuk denga napa yang lebih mulia dari sekedar mengejar ijazah sanad yaitu menjaga hadits dan meneliti hadits.
• Syaikh Qoryuthi – memberikan ijazah kepada para asatidzh yang hadir dalam hadits Irhamu dan Tsulatsiyah al-Bukhori. Ini adalah dalam rangka ta’awun ‘alal birri wattaqwa.
الحمد لله بنعمته تتم الصالحات
Selesai ringkasan fawaid Daurah.
Zaki Rakhmawan Abu Usaid
(Jazahumullah khoiran kepada Syaikh hafizhahullah kemudian Lajnah Panitia Daurah dan Semua yang membantu daurah tersebut).
Alhamdulillah diselesaikan di RST --- sambil nungguin Bapak terapi -- Allah Yashfihi