Selasa, 19 Juli 2022

Hati-Hati Wahai Peruqyah

Hati-Hati Wahai Peruqyah 

Wajib bagi peruqyah yang meruqyah manusia untuk sangat berhati-hati dalam meruqyah, agar menjaga agama dan akidahnya.
Sebagian peruqyah -semoga Allah beri petunjuk kepada mereka- oper akting dengan memberikan kesan pada orang sakit dengan mengatakan bahwa ia terkena sihir, 'ain atau terkena gangguan jin, lebih parahnya lagi menuduhkan hal itu kepada orang lain, kepada si fulan atau si 'alan yang telah melakukan sihir, padahal belum tentu benar, perlu diketahui bahwa hal ini adalah perbuatan yang haram, tidak boleh dilakukan, karena hal ini akan menimbulkan beberapa kerusakan, diantaranya:

1. Menerka-nerka hal ghaib 

Menerka-nerka hal yang ghaib merupakan dosa besar, bahkan sangat dikhawatirkan bagi pelakunya jatuh pada sesuatu yang lebih besar dari pada itu, karena tidak ada yang mengetahui hal ghaib melainkan Allah semata.

Allah Ta'ala berfirman :

{ قُل لَّا یَعۡلَمُ مَن فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضِ ٱلۡغَیۡبَ إِلَّا ٱللَّهُۚ وَمَا یَشۡعُرُونَ أَیَّانَ یُبۡعَثُونَ }

Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.”
[ Qs. An Naml: 65 ]

Dan Allah Ta'ala berfirman tentang para pembantu Nabi Sulaiman dari kalangan jin :

{ فَلَمَّا قَضَیۡنَا عَلَیۡهِ ٱلۡمَوۡتَ مَا دَلَّهُمۡ عَلَىٰ مَوۡتِهِۦۤ إِلَّا دَاۤبَّةُ ٱلۡأَرۡضِ تَأۡكُلُ مِنسَأَتَهُۥۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَیَّنَتِ ٱلۡجِنُّ أَن لَّوۡ كَانُوا۟ یَعۡلَمُونَ ٱلۡغَیۡبَ مَا لَبِثُوا۟ فِی ٱلۡعَذَابِ ٱلۡمُهِینِ }

Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.
[ QS. Saba :14 ]

2. Hal tersebut merupakan tindakan kedhzaliman terhadap orang yang dituduh melakukan perbuatan ini dengan tanpa bukti dan dalil yang shahih, hanya bersandar pada dugaan-dugaan semata, sedangkan kedhzaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat.

3. Ini menimbulkan kerusakan hubungan sosial antara kerabat, tetangga, saudara, kawan dan orang-orang yang dikenal, menumbuhkan kebencian di hati sebagian mereka atas yang lainnya, apabila terjadi hal ini maka sulit untuk disatukan kembali.

إن القلوب إذا تنافر ودها ... مثل الزجاجة كسرها لا يجبر

"Sungguh hati itu jika telah ditinggal oleh rasa cinta...bagaikan kaca pecah sulit untuk disatukan"

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

لا تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا ولا تؤمنوا حتى تحابوا

"Kalian tidak akan masuk Surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga saling mencinta".
HR. Muslim: 54.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda :

لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه

"Salah satu dari kalian tidak dikatakan beriman sehingga ia mencintai bagi saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri"
HR. Bukhari: 13, Muslim: 45

4. Peruqyah semacam ini juga menjadi penyebab orang sakit masuk dalam was-was, khayalan dan halusinasi, ragu dengan orang-orang sekitarnya, yang si penderita kadang tidak bisa keluar dari hal-hal tersebut sepanjang hayatnya.

( lihat: Maraqi al-Izzah wa muqawwimat as-sa'adah, karya : Prof.Dr. Sulaiman bin Ibrahim Al-Lahim, hal: 350-351).

Semoga Allah menjauhkan kaum muslimin dari para peruqyah model begini, aamiin.

Akhukum: Abu Ya'la Kurnaedi