[ ورتل القرآن ترتيلا ]
Dan Bacalah Al Quran dengan tartil.
Makna tartil dalam suroh al muzammil ayat 4 adalah sebagaimana yg dikatakan oleh Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه yaitu :
تجويد الحروف ومعرفة الوقوف
"Membaguskan huruf dan mengetahui tempat berhenti"
Jadi Ilmu tajwid menurut para ulama ada dua :
- Ilmu tajwid memperbaiki bacaan / Tahsin
- Ilmu tajwid berkenaan dengan kaidah waqof dan ibtida' dan ini erat kaitannya dengan pemahaman seseorang terhadap ayat yg ia baca.
Oleh karenanya seorang pembelajar tajwid tidak akan bisa membaca al quran dengan tartil kecuali setelah ia talaqqi huruf perhuruf ayat demi ayat kepada seorang guru yg mutqin.
Dan juga setelah ia memiliki modal pemahaman bahasa arab yg cukup agar ia bisa mudah memahami ayat yg ia baca, agar tidak salah berhenti dan memulai ketika membaca al quran.
Dan diantara cara waqof ibtida yg terbaik adalah ketika kita mengikuti arahan guru yg mutqin.
Salah satu contoh ketika ane membaca firman Allah suroh Ali Imron ayat 7
هُوَ ٱلَّذِیۤ أَنزَلَ عَلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ مِنۡهُ ءَایَـٰتࣱ مُّحۡكَمَـٰتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأُخَرُ مُتَشَـٰبِهَـٰتࣱۖ
Awalnya karena mengikuti tanda waqof di mushaf maka ane berhenti pada kata متشبهت
Namun ketika talaqqi kepada syekh, beliau berkata bagus kamu waqof pada kata منه dan ibtida dari kata ءايت
Beliau katakan ini lebih baik dari sisi makna.
Karena ketika kita waqof pada منه maknanya adalah kita menjadikan dhomir pada منه kinayah dari Allah.
Jadi maknanya :
هُوَ ٱلَّذِیۤ أَنزَلَ عَلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ مِنۡهُ
Dialah Allah yg telah menurunkan kepadamu kitab (al quran) dari sisiNya.
Berbeda ketika kita waqof pada kata متشبهت maka maknanya adalah :
هُوَ ٱلَّذِیۤ أَنزَلَ عَلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ مِنۡهُ ءَایَـٰتࣱ مُّحۡكَمَـٰتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأُخَرُ مُتَشَـٰبِهَـٰتࣱۖ
Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat.
Dhomir pada kata منه kembali kepada الكتاب
Dan setelah talaqqi ana buka kita منار الهدى karya Imam Asymuni, maka ane temui dalam kitab tersebut penjelasan yg dijelaskan oleh syekh ketika sesi talaqqi.
Walaupun kedua cara waqof tersebut benar dan boleh namun ada perbedaan makna jika kita berhenti pada salah satunya.
Maka salah besar jika ada orang yang memandang bahwa para pelajar tajwid dan qiroaat hanya bisa membaguskan huruf dan menghafal saja tanpa paham makna yg ia baca..
'Tolong jangan ukur baju orang lain dengan badan sendiri'
Karena pembelajar tajwid yg sesungguhnya itu sangat dituntut memahami setiap ayat yg ia baca agar tidak terjatuh dalam kesalahan waqof dan ibtida'
Coba targetkan minimal sekali seumur hidup pernah talaqqi 30 juz kepada seorang guru yg mutqin dan bersanad,
Agar bacaan kita menjadi bacaan yg tartil.
Bacaan al quran itu semakin diulang semakin nikmat dan semakin indah, sebagaimana kata Imam Syathibi :
وَخَيْرُ جَلِيسٍ لاَ يُمَلُّ حَدِيثُهُ
وَتَرْدَادُهُ يَزْدَادُ فِيهِ تَجَمُّلاً
"Dan sebaik-baik teman duduk yang tidak akan bosan membacanya.
Semakin engkau mengulang membacanya akan bertambah di dalamnya keindahan. "
Ayahnya mualim