IMAM ABU HANIFAH
(Sisi Negatif Yang Patut Diketahui)
Kemarin ada teman saya yang termasuk dalam salahsatu asatizah barisan Faksi Golbing digelari dengan Irja'/Murjiah oleh seorang netizen, menurut saya ini suatu kesalahan. Uniknya, mengetahui hal ini, saya jadi teringat dengan Imam Abu Hanifah yang pernah digelari Murjiah juga.
Dalam Maqalat Al-Islamiyyin, Imam Al-Asy‘ari mengklasifikasi sekte Murjiah menjadi 12 kelas. Dari kelas² tersebut, yang menarik untuk diperhatikan adalah kelas ke-9 yang bertepatan pada hal. 219, Imam Al-Asy‘ari menerangkan:
الحنفية:
والفرقة التاسعة من المرجئة (أبو حنيفة وأصحابه)...
Dari keterangan diatas sangat jelas bahwa Imam Abu Hanifah dan para pengikutnya termasuk dalam barisan sekte Murjiah, penilaian ini benar karena terdapat beberapa ulama lain yang turut menilai seperti itu berdasarkan i‘tiqad yang pernah dipegang oleh Imam Abu Hanifah.
Lebih menarik lagi, yang juga penting kita ketahui adalah, (disamping digelari Murjiah) Imam Abu Hanifah juga pernah digelari Jahmiyyah. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Ma‘rifah wat-Tarikh, Tarikh Bagdad, dll bahwa Imam Abu Yusuf pernah ditanya:
أكان أبو حنيفة جهمياً ؟ قال: نعم. قلت: أكان مرجئاً ؟ قال: نعم.
Dalam kitab As-Sunnah karya ‘Abdullah bin Ahmad diriwayatkan:
حدثني محمود بن غيلان ، حدثنا محمد بن سعيد بن سلم ، عن أبيه ، قال : سألت أبا يوسف وهو بجرجان عن أبي حنيفة ؟ فقال : وما تصنع به مات جهمياً.
حدثني إسماعيل بن إسحاق الأزدي القاضي ، حدثني نصر بن علي ، حدثنا الأصمعي ، عن سعيد بن سلم ، قال : قلت لأبي يوسف : أكان أبو حنيفة يقول بقول جهم ؟ فقال : نعم.
Riwayat² senada masih banyak yang bisa kita jumpai dalam kitab² para ulama, silakan searching sendiri. Yang penting adalah hendaknya Anda berhati-hati dalam menukil qawl Imam Abu Hanifah untuk menguatkan pendapat akidah yang anda pegang, bisa jadi data yang anda nukil itu benar tapi itu salah. Kenapa salah? Karena yang anda nukil adalah qawl Imam Abu Hanifah ketika tergelincir.
Begitu juga berhujah dengan kitab² yang dinisbatkan kepada Abu Hanifah, harus hati² dan waspada juga, teliti dulu kesahihan penisbatan tersebut. Dan bandingkan kandungannya dengan Ushul Akidah Ahlussunnah, bisa jadi kitab itu disusun atau dihimpun dari qawl Abu Hanifah ketika tergelincir.
Contohnya, tempo hari ada yang berhujah dengan Qawl Abu Hanifah bahwa Kalam Allah tanpa huruf (aw kama qaal), untuk menguatkan pandangan mazhab akidahnya yanh dianut. Hujah seperti ini kan aneh bin lucu, nampak tidak paham sejarah firaq.
Yang jelas, berdasarkan tahkikan para Ulama, keadaan akhir Abu Hanifah disimpulkan merupakan salahsatu Imam Besar Ahlussunnah sebagaimana yang kita kenal sekarang, meski Sang Imam pernah tergelincir. Oleh karena itu, berhati² dan waspadalah dalam menukil. Semoga berfaedah.
Salam Hati² & Waspada,
Alfan Edogawa