Diantara ulama asy syafi’iyah yang dikategorikan mencapai derajat ijtihad adalah Sirājuddin al Bulqīni, beliau diantara ulama yang memiliki kecerdasan dan kekuatan hafalan yang menakjubkan serta lisan yang sangat fasih. Keunggulannya dalam fiqh asy syafi’i mendapat apresiasi dari banyak kalangan ulama dizamannya, sehingga tidak heran jika as suyuthi pernah berdoa agar bisa mencapai derajat beliau dalam ilmu fiqh. Namun, sayangnya beliau tidak banyak meninggalkan karya. Hal ini bisa kita ketahui melalui pengakuan murid beliau sendiri diantaranya al hafidz Ibn Hajar al asqalāni, yang pernah mengatakan :
لا يشبه قلمه لسانه ، ولم يرزق ملكة في التأليف
“ penanya tidak seperti lisannya, dan beliau termasuk orang yang tidak dianugerahi malakah (kepandaian) dalam menulis “.
Ibn hajar mengatakan bahwa pena gurunya tidak seperti lisannya, maksudnya adalah -wallahu a’lam- kepiawaian beliau dalam menyampaikan ilmu dengan lisannya lebih unggul dibandingkan kemampuan beliau menulis.
Dari kisah diatas, bisa kita simpulkan bahwa, sebagian ulama terkadang lemah dalam tulisan, namun unggul dalam penyampaian, materinya mengalir begitu deras, seolah lautan tak bertepi , dan sebagian lain ada yang begitu piawai dalam melahirkan karya tulis, namun tampak lemah jika menyampaikan melalui lisan, Dan sebagaian lain mampu menyatukan antara lisan dan tulisan, seperti halnya Imam Asy syafi’i rah.
Ust Abu fadhlullah