Suatu hari, di sebuah warung kopi, Guru Ushul Fiqh-ku pernah menyiratkan semakna pesan,
“Kepahaman itu sebuah karunia yang diberikan Allah al Mannaan.
Ia merupakan sebuah rezeki pemberian yang Allah anugerahkan kepada hamba yang dipilih-Nya.
Maka, Jangan bosan berusaha. Jangan lelah berdoa. Mintalah kepada Allah semata.
Ketika waktu di jami’ah dulu, ada thalib yang nilai kuliahnya *"mumtaz terbalik"*, alias maqbul. Hanya dapat nilai 6. Tidak terlalu tinggi apatah lagi istimewa.
Tapi ia tak berhenti berharap. Tetap semangat belajar ketika kuliah, bahkan menambah waktu majelis ilmu di Masjid Nabawi. Di halaqoh syaikh AbdulMuhsin Al-Abbad,
Nilainya memang sekedarnya saja. Tapi ia terus berusaha, lagi terus meminta diberikan kefahaman dan keberkahan.
Walhasil, sepulang ke kampung halaman, thalib tersebut ilmunya begitu berkah. Ia berdakwah dan masyarakat menerima dakwahnya.
Jika kamu sedang lemah dan tak kunjung paham terhadap suatu ilmu, maka jangan menyerah...!
Kepahaman itu rezeki pemberian. Teruslah mengharap dan meminta. Allah tak akan pernah sekalipun mengecewakan hamba-Nya.
Oleh karenanya, Bersemangatlah!”
—
Kak Erlan,
Rejodani Sleman DIY
29 Dzulqaidah 1440 H