Imam Rabi`ah Ar-Ra`yi (wafat tahun 136 H)
Beliau adalah Rabi’ah bin Farukh At-Taimi, Abu Utsman Al-Madani. Beliau seorang ulama besar, hafalannya kuat, fakih, mujtahid (ahli ijtihad), cerdas, orang yang memiliki pemikiran yang tajam, dan pemberi fatwa kepada masyarakat Madinah. Beliau termasuk penduduk Madinah yang banyak menggunakan kias dan logika dalam pemecahan masalah, ketika beliau tidak mendapatkan hadis yang sahih atau riwayat dari sahabat. Karena itulah, beliau mendapat gelar Rabi’ah Ar-Ra’yi, dan kata “Ar-Ra’yi” artinya akal dan logika.
Guru dan Murid Imam Rabi`ah
Beliau mendapat hadis dari Anas bin Malik, As-Saib bin Yazid, Hanzhalah bin Qais, Sa’id bin Musayib, dan Al-Qasim bin Muhammad. Adapun para murid beliau, di antaranya, adalah Sufyan Ats-Tsauri, Imam Malik, Al-Auza’i, Sulaiman bin Bilal, Ismail bin Ja’far, Anas bin Iyadh, dan beberapa ulama lainnya. Imam Malik termasuk orang yang paling banyak belajar dari beliau.
Pujian untuk Imam Rabi`ah
Beliau memiliki banyak keutamaan dan dihormati para ulama. Ibnu Zaid mengatakan, “Rabi’ah hidup dalam usia yang panjang. Beliau habiskan waktunya untuk beribadah, salat siang dan malam. Apabila para muridnya telah berkumpul, beliau pun kemudian mulai membahas ilmu dengan logika dan akalnya.” Yahya bin Sa’id mengatakan, “Saya belum pernah melihat ada orang yang lebih cerdas daripada Rabi’ah.” Dari Abdullah bin Wahab, dikabarkan bahwa Rabi’ah adalah orang yang sangat dermawan. Beliau pernah menginfakkan 40.000 dinar. Imam Malik mengatakan, “Ketika Salim dan Al-Qasim meninggal, permasalahan agama banyak dikembalikan kepada Rabi’ah. Ketika Khalifah Abul Abbas As-Saffah datang ke Madinah, beliau ditawari dengan harta yang banyak, namun beliau menolaknya.”
Akidah Imam Rabi`ah
Rabi’ah berakidah ahlus sunnah wal jama’ah, tidak menafsirkan ayat Alquran tentang sifat Allah di luar makna zahirnya. Sufyan bin Uyainah mengatakan, “Rabi’ah ditanya, ‘Bagaimanakah cara Allah ber-istiwa’ (berada di atas Arsy)?’ Beliau menjawab, ‘Istilah beristiwa (berada di atas Arsy) bukanlah istilah asing, namun bagaimana tata cara Allah beristiwa, tidak bisa digambarkan dengan logika. Risalah itu dari Allah, Rasulullah hanya menyampaikan, dan kewajiban kita adalah membenarkan.”
Wafatnya Imam Rabi`ah
Rabi’ah meninggal pada tahun 136 H, di daerah Al-Hasyimiyah, negara bagian Al-Anbar di Irak. Ketika Rabi’ah meninggal, Imam Malik mengatakan, “Kelezatan fikih telah hilang sejak kematian Rabi’ah.” (Adz-Dzahabi, Tadzkirah Al-Huffazh, Al-Maktabah Asy-Syamilah, no. urut 153)
Artikel www.Yufidia.com
Share this: