Jumat, 02 Agustus 2019

Berlomba lomba memperbanyak puasa sunnah

Lentera Da'wah:
"Berlomba Memperbanyak Puasa Sunnah
9 Hari Awal Dzulhijjah"

Abu Ubaidah As Sidawi

Sesungguhnya mendapati sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah nikmat yang besar dari nikmat-nikmat Allah.
Maka sudah semestinya bagi seorang muslim untuk menyingsingkan baju dan bersemangat dalam menjalankan ketaatan pada waktu istimewa ini.

Abu Utsman an-Nahdi  mengatakan: "Adalah para salaf mengagungkan tiga waktu dari sepuluh hari yang utama; sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan sepuluh hari pertama bulan Muharram.” (Latha’iful Ma’arif hal.80)
Adalah Said bin Jubair apabila telah masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah beliau sangat bersungguh-sungguh dalam beramal, sampai tidak ada yang dapat menandinginya. (Irwa’ul Ghalil 3/398)

Dan diantara amalan sunnah adalah puasa.  Disunnahkan bagi setiap muslim untuk berpuasa sembilan hari pertama dari bulan Dzulhijjah, berdasarkam dalil-dalil yang kuat sebagai berikut:

1. Puasa Termasuk Amal Shalih
10 Awal Dzulhijjah adalah hari yg istimewa,  dianjurkan untuk berlomba2 memperbanyak amal shalih.  Dan tidak ragu lagi bahwa puasa termasuk amalan shalih yang dianjurkan. Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ أَياَّمٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهِنَّ أَحَبُّ إِلىَ اللهِ مِنْ هَذِهِ اْلأَيَّامِ العَشْرِ فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: وَلاَ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

“Tiada hari-hari yang amalan shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.” Para sahabat bertanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Rasulullah menjawab, “Tidak juga jihad di jalan Allah. Kecuali seorang yang keluar dengan membawa jiwa dan hartanya dan dia tidak kembali setelah itu. (mati syahid).” (HR. Bukhori: 969)
          Puasa termasuk dalam keumuman hadits ini. Oleh karena itu Imam Ahmad mensunnahkan puasa pada 10 awal dzulhijjah yakni selain hari idhul adha karena tidak boleh puasa pada hari raya idhul adha. Maka pendapat yang benar puasa 9 hari ini hukumnya adalah sunnah.  (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin 20/44)

2. Nabi mengerjakannya
Ummul Mukminin Hafshah menuturkan:

أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَصُوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَتِسْعًا مِنْ ذِيْ الْحِجَّةِ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ

“Adalah Nabi  berpuasa hari ‘Asyura (10 Muharram), sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah, dan tiga hari pada setiap bulan.”
(HR. Nasai 2372, Ahmad 5/271, Baihaqi 4/284. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Abu Dawud  no. 2106)

3. Praktek Salaf
Al Hafidz Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah menuturkan bahwa di antara sahabat yang mempraktikkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar, juga ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah, mereka menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Dan ini pendapat mayoritas ulama". (Lihat Lathoif al-Ma’arif hal. 459)

Dan yang paling ditekankan dari sembilan hari itu adalah puasa pada hari Arafah yaitu tanggal 9 Dzulhijjah, sebagaimana dalam hadits Abu Qatadah, bahwa Rasulullah ditanya tentang puasa Arafah, beliau menjawab:

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

“Puasa Arafah menghapus dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.”(HR. Muslim: 1662).

Walhasil,  puasa pada 9 awal dzulhijjah hukumnya adalah sunnah,  bahkan kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim 8/320 "Mustahab istihbaban Syadidan (Sunnah yg sangat ditekankan sekali). Adapun anggapan sebagian kalangan bahwa puasa hari2 tersebut bid'ah maka ini adalah kejahilan.

Hanya saja,  tidak dibenarkan mengkhususjan hari tertentu untuk puasa,  seperti yang masyhur di sebagian masyarakat awam dan disebutkan dalam sebagian kitab kuning pengkhususan hari ke 8 dengan istilah "Puasa Tarwiyah" maka pengkhususan ini tidak ada dalilnya sama sekali.  (Lihat Majalis Asyri Dzilhijjah hlm.  19 Syeikh Abdullah Al Fauzan)

Yuk semangat puasa sunnah,  ajak keluarga dan temanmu juga agar kita bersama2 meraih surga.

Ustadz abu Ubaidah as sidawi