Rabu, 07 Agustus 2019

Al-Baiquniyah (17) 📚 👉 "Jenis Hadis Kelima: Hadis Maqthu'"

📚  Al-Baiquniyah (17) 📚

👉 "Jenis Hadis Kelima: Hadis Maqthu'"

✍🏻 Setelah Syekh Al-Baiquniy rahimahullah memaparkan Hadis Marfu', beliau pun menyebutkan Hadis Maqthu' berserta definisinya:

وَمَا أُضيفَ لَلنَّبِي المَرْفُوعُ ... وَمَا لِتَابِعٍ هو المقطوع
[ Hadis yang dinisbahkan kepada Nabi adalah (Hadis) Marfu', dan yang dinisbahkan kepada tabiin adalah (Hadis) Maqthu' ]

✍🏻 Definisi lengkap Hadis Maqthu' ini adalah:

الحَدِيْثُ المَقْطُوْعُ؛ مَا أُضِيْفَ إِلَى التَّابِعِيِّ أَوْ مَنْ دُوْنَهُ مِنْ قَوْلِهِ أَوْ فِعْلِه
[ Hadis Maqthu': Hadis yang dinisbahkan kepada seorang tabiin atau orang-orang setelahnya, baik berupa ucapannya atau perbuatannya ]

✍🏻 Makna "tabiin" adalah orang-orang yang bertemu dengan para sahabat Nabi dalam keadaan beriman kepada Nabi shallallahu'alaihi wasallam dan mereka wafat dalam keadaan beriman.

✍🏻 Jadi, bila suatu ucapan atau perbuatan disandarkan kepada para tabiin, maka ia dinamakan sebagai Hadis Maqthu'. Sebenarnya, ia bukanlah hadis dalam istilah baku Mustalah Hadis, karena dalam istilah baku, ucapan dan amalan para sahabat dan tabiin disebut sebagai "Atsar." Hanya saja, penamaan ucapan/perbuatan tabiin sebagai Hadis Maqthu', tujuannya untuk membedakan antara hadis yang disandarkan pada mereka, dan hadis yang disandarkan kepada para sahabat (Hadis Mauquf), dan Rasul shallallahu'alaihi wasallam (Marfu').

✍🏻 Jadi, Hadis Maqthu' ini tidak boleh disandarkan kepada Nabi shallallahu'alaihi wasallam, tapi bukan berarti ia harus dinilai dha'if dari tabiin tersebut, karena kesahihannya juga perlu diteliti, tentunya dengan dikatakan bahwa Hadis Maqthu' ini shahih atau dha'if dari tabiin A atau tabiin B, dan haram disandarkan kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.

✍🏻 Juga harap diketahui, dalam banyak kesempatan, ada banyak ucapan para tabiin yang salah diriwayatkan oleh para perawi hadis yang dha'if hafalannya, sehingga ucapan tabiin tersebut mereka sandarkan kepada Nabi shallallahu'alaihi wasallam lengkap dengan sanadnya. Hal yang seperti ini biasanya disebut dengan istilah "Tarkib Al-Asaaniid" atau "Wadh'ul-Asaaniid" (membuat-buat sanad sendiri untuk ucapan tabiin dengan dijadikan sebagai ucapan Nabi).

✍🏻 Misalnya, atsar "Sebaik-baik perkara adalah pertengahan." Ini ucapan populer seorang tabiin, Imam Mutharrif bin Abdillah, yakni ia adalah Hadis Maqthu'. Namun, dalam beberapa buku hadis mutakhir, Anda mungkin mendapatkan bahwa ucapan ini dinisbahkan oleh beberapa rawi pemalsu hadis atau rawi yang sangat dha'if hafalannya kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam lengkap dengan sanadnya. Bila kita mendapati demikian, maka kita katakan bahwa sanad hadis ini adalah maudhu' atau dibuat-buat, sedangkan matannya/redaksinya maka merupakan ucapan tabiin, bukan ucapan Nabi shallallahu'alaihi wasallam.

✍🏻 Nah, Tujuan untuk mengetahui Hadis-hadis Maqthu' atau atsar atau ucapan/amalan para tabiin ini adalah agar kita bisa mengetahui pandangan mereka terhadap berbagai hukum agama, juga terkait perkara-perkara yang menjadi ranah ijmak/konsensus mereka, juga ranah perbedaan pandangan mereka. Ini yang masih kurang dipraktikkan dalam dunia ilmiyah, karena biasanya kita langsung menuju titik perbedaan empat mazhab, tanpa menoleh pada perbedaan yang lebih klasik dan lebih urgen, yaitu perbedaan pandangan para salaf dari kalangan tabiin dalam persoalan yang sama.

✍🏻 Untuk lebih mengetahui amalan/perbuatan para tabiin, maka silakan merujuk buku-buku yang memuat hal tersebut dalam kadar yang sangat banyak, di antaranya; Mushannaf Abdurrazzaq, Mushannaf Ibni Abi Syaibah, Sunan Kubra karya Al-Baihaqiy, Al-Awsath karya Ibnu Mundzir, Sunan Sa'id bin Manshur, buku-buku Ibnu Abid-Dunya, dll.

🌹Semoga bermanfaat..

📚 Chanel "Fawaid Ilmu Hadis" [ https://t.me/maulanalaeda ]