Termasuk bentuk faqihnya Ibnu Hajar Al Asqolany, tampak dari penyusunan kitab bulughul maram, yg mana beliau tdk hanya menyebutkan hadits2 yg shahih saja. Bahkan hadits2 dhoif pun beliau sebutkan juga.
Sebagai contoh hadits berikut
وَعَنْ عَائِشَةَ ل أَنَّ رَسُولَ الله ﷺ قَالَ: ((مَنْ أَصَابَهُ قَيْءٌ أَوْ رُعَافٌ, أَوْ قَلَسٌ, أَوْ مَذْيٌ فَلْيَنْصَرِفْ فَلْيَتَوَضَّأْ, ثُمَّ لِيَبْنِ عَلَى صَلَاتِهِ, وَهُوَ فِي ذَلِكَ لَا يَتَكَلَّمُ)) أَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَه، وَضَعَّفَهُ أَحْمَدُ وَغَيْرُهُ .
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang muntah (qai’), mimisan, muntah yg masih bs ditahan (qolas), atau keluar madzi, hendaklah ia berpaling dr shalatnya, lalu berwudhu, lalu meneruskan sisa shalatnya. Namun selama itu ia tidak berbicara.”
(Dikeluarkan oleh Ibnu Majah. Imam Ahmad dan selainnya mendhaifkannya).
Perhatikan. Ketika ibnu hajar memasukkan hadits ini di bab pembatal wudhu, beliau juga menukil pendapat Imam Ahmad yg mendhoifkan hadits ini.
Di dalam kitab beliau yg lain, yaitu at Talkhish, ibnu Hajar juga menyebutkan status hadits ini.
وقال الحافظ ابن حجر في "التلخيص الحبير" : (1/495): " وأعله غير واحد بأنه من رواية إسماعيل بن عياش , عن ابن جريج , ورواية إسماعيل عن الحجازيين ضعيفة
Kesimpulanya, haditsnya dhoif.
Lalu muncul pertanyaan. Ibnu Hajar kan seorang ahli hadits, kenapa beliau memasukkan beberapa hadits yg menurut beliau dhoif di dalam kitab Bulughul Maram.
Berkata syaik Muhammad Shalih Al Utsaimin
لماذا أتى المؤلف بهذا الحديث مع أنه ضعيف مخالف للأصول؟ نقول: أتى به رحمه الله ليبين حاله - حال هذا الحديث- وأنه ضعيف؛ ولأن بعض العلماء أخذ به، فأتى به ليبين مرتبة هذا الحديث وحاله، وأن من أخذ به فهو قد بنى على حديث ضعيف.
"Mengapa penulis (Ibnu Hajar), memasukan hadits ini, padahal statusnya dhoif, menyelisihi ushul.
Beliau membawakan hadits ini, di kitab beliau, untuk menunjukkan bahwa hadits ini dhoif. Karena sebagian ulama berdalil dengannya. Beliau sebutkan untuk menunjukkan lemahnya hadits ini. Dan menunjukkan bahwa yang berdalil dengan hadits ini maka ia telah membangung pendapatnya di atas hadits (dalil) yg lemah.
Sebagai informasi
1. Ulama hanafi dan sebagian hanbaly berpendapat, muntah dan juga mimisan, dapat membatalkan wudhu
2. Ketika batal di dalam shalat maka boleh langsung wudhu, dan kembali menyempurnakan bilangan shalatnya, tanpa harus mengulang dari awal. Selama ketika itu dia tidak berbicara.
Ustadz kukuh abu yumna