Rabu, 28 September 2022

ANTARA AD-DARUQUTHNI, AL-BAQILANI, DAN ABU DZARR AL-HARAWI -rahimahumullaah-[1]- Syaikh Abul Hasan Al-Ma’ribi -hafizhahullaah- berkata:“Saya tidak berpendapat (bolehnya) memuji secara mutlak terhadap orang yang terkena bid’ah dengan tanpa menjelaskan keadaannya. Hal ini (tidak memuji secara mutlak-pent) untuk menghindari hal yang berbahaya. Dan di dalam kisah Ad-Daruquthni dan Abu Dzarr Al-Harawi bersama Al-Baqilani terdapat pelajaran dan nasehat. Lihat: (Siyar A’laam) An-Nubalaa’ (XVII/558)”

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=484113025262912&id=100009926563522

ANTARA AD-DARUQUTHNI, AL-BAQILANI, DAN ABU DZARR AL-HARAWI -rahimahumullaah-

[1]- Syaikh Abul Hasan Al-Ma’ribi -hafizhahullaah- berkata:

“Saya tidak berpendapat (bolehnya) memuji secara mutlak terhadap orang yang terkena bid’ah dengan tanpa menjelaskan keadaannya. Hal ini (tidak memuji secara mutlak-pent) untuk menghindari hal yang berbahaya. Dan di dalam kisah Ad-Daruquthni dan Abu Dzarr Al-Harawi bersama Al-Baqilani terdapat pelajaran dan nasehat. Lihat: (Siyar A’laam) An-Nubalaa’ (XVII/558)”

[“As-Siraajul Wahhaaj Bi Shahiil Minhaaj” (no. 155), karya Syaikh Abul Hasan Al-Ma’ribi, dan kitab ini telah dipuji oleh: Syaikh Al-‘Utsaimin, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh, dan Syaikh Muqbil]

[2]- Imam Adz-Dzhahabi -rahimahullaah- berkata:

“Abul Walid Al-Baji berkata dalam kitabnya “Ikhtishaar Firaqil Fuqahaa’” karya beliau, ketika menyebut Al-Qadhi Ibnu Al-Baqilani:

Syaikh Abu Dzarr (Al-Harawi) condong kepada madzhabnya (Al-Baqilani), maka saya bertanya: “Dari mana anda condong kepada madzhab ini?” Beliau berkata: “Dahulu saya berjalan di Baghdad bersama Al-Hafizh Ad-Daruquthni, kemudian kami bertemu Abu Bakr bin Thayyib (Al-Baqilani), maka Syaikh Abul Hasan (Ad-Daruquthni) memeluknya dan mencium (antara) wajah (kening) dan kedua matanya. Tatkala kami berpisah dengannya (Al-Baqilani); maka aku bertanya kepadanya (Ad-Daruquthni): “Siapa orang yang anda perlakukan demikian, sedangkan anda imam zaman ini?” Beliau (Ad-Daruquthni) berkata: “Dia (Al-Baqilani) adalah imam kaum muslimin dan pembela agama, dia adalah Al-Qadhi Abu Bakr Muhammad bin Thayyib (Al-Baqilani).”

Abu Dzarr (Al-Harawi) berkata: Sejak itu saya mondar-mandir menemuinya (Al-Baqilani) bersama bapakku.”

[“Siyar A’laam An-Nubalaa’” (XVII/558)]

Imam Adz-Dzahabi -rahimahullaah- juga berkata:

“Hasan bin Baqi Al-Maliqani berkata: Seorang Syaikh telah mengabarkan kepadaku, dia berkata: Abu Dzarr (Al-Harawi) ditanya: Engkau seorang Harawi; maka dari mana engkau bisa bermadzhab Maliki dan mengikuti pendapat Asy’ari? Beliau (Al-Harawi) menjawab: ‘Saya datang ke Baghdad…” kemudian beliau menyebutkan semisal dengan yang di atas.

[“Tadzkiratul Huffaazh” (III/1105)]

[3]- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullaah- berkata setelah menyebutkan bahwa Abul Hasan Al-Asy’ari dan Al-Baqilani termasuk pengikut Ibnu Kullab:

“Abu Dzarr Al-Harawi telah mengambil thariqah (Abu Bakr) Ibnu Al-Baqilani dan memasukannya ke (sekitar Masjid) Al-Haram (Makkah), dan dikatakan bahwa dia lah yang pertama memasukan (thariqah) tersebut ke Al-Haram, dan darinya lah orang-orang Maghrib kemudian mengambilnya.”

[“Dar’u Ta’aarudhil ‘Aql Wan Naql” (I/269-270)]

[4]- Kesimpulan:

Penghormatan Imam Ad-Daruquthni -dan beliau seorang Salafi- terhadap Al-Baqilani -dan beliau pembesar Asy'ari- telah menjadikan Abu Dzarr Al-Harawi terpengaruh madzhab Asy'ari yang kemudian dia sebarkan sehingga menjadi meluas.

Wallaahu A'lam.

[5]- Tambahan

Imam Abu Nashr As-Sijzi (wafat th. 444 H) -rahimahullaah- berkata:

"Menyembunyikan madzhab (Asy'ari) dari suatu kaum dan menampakkannya kepada yang lain; ini mirip dengan zindiq. Dengan cara inilah: banyak orang awam dan pemula masuk ke madzhab mereka (Asy'ariyyah), karena pada awalnya mereka menampakkan kesepakatan (dengan Ahlus Sunnah) dan mendustakan (madzhab Asy'ari) yang telah dinisbatkan kepada mereka, sampai mereka bisa menjaring (orang awam). Jika orang (awan) tersebut sudah terjatuh; maka mereka tarik sedikit demi sedikit sampai akhirnya terlepas dari Sunnah.

Dan ABU BAKR AL-BAQILANI termasuk orang yang paling banyak menggunakan cara ini. Dia hiasi kitab-kitabnya dengan memuji Ahli Hadits dan seolah-olah berdalil dengan hadits-hadits untuk menguatkan pendapatnya, serta banyak memuji Ahmad bin Hanbal -rahimahullaah-, dan (bahkan) mengisyaratkan dalam beberapa risalahnya bahwa beliau mengenal ilmu kalam dan bahwa tidak ada perselisihan antara Ahmad dengan Asy'ari. Maka hal semacam ini menunjukkan tipisnya agama dan sedikitnya rasa malu."

["Risaalah As-Sijzi Ilaa Ahli Zabiid" (hlm. 200-201)]

-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-