Kamis, 08 September 2022

Pendapat Imam Al Bakri mengenai Tahlilan Dalam Kitab Ianatuthalibin

Pendapat Imam Al Bakri mengenai Tahlilan Dalam Kitab Ianatuthalibin
___
Imam Bakri adalah Seorang Tokoh Madzhab Syafii yang Fatwanya Banyak diikuti masyarakat Indonesia. Beliau menyebut Tahlilan sebagai BID'AH MUNGKAR  :

ما قول المفاتي الكرام بالبلد الحرام دام نفعهم للأنام مدى الأيام، في العرف الخاص في بلدة لمن بها من الأشخاص أن الشخص إذا انتقل إلى دار الجزاء، وحضر معارفه وجيرانه العزاء، جرى العرف بأنهم ينتظرون الطعام، ومن غلبة الحياء على أهل الميت يتكلفون التكلف التام، ويهيئون لهم أطعمة عديدة، ويحضرونها لهم بالمشقة الشديدة. فهل لو أراد رئيس الحكام – بما له من الرفق بالرعية، والشفقة على الأهالي – بمنع هذه القضية بالكلية ليعودوا إلى التمسك بالسنة السنية، المأثورة عن خير البرية وإلى عليه ربه صلاة وسلاما، حيث قال: اصنعوا لآل جعفر طعاما يثاب على هذا المنع المذكور؟ أفيدوا بالجواب بما هو منقول ومسطور. (الحمد لله وحده) وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه والسالكين نهجهم بعده. اللهم أسألك الهداية للصواب. نعم، ما يفعله الناس من الاجتماع عند أهل الميت وصنع الطعام، من البدع المنكرة التي يثاب على منعها والي الأمر (إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين (2/ 165)

Apa pendapat para Mufti yang mulia di tanah suci -semoga Allah senantiasa memberikan manfaat terus-menerus kepada para makhluk melalui mereka sepanjang masa – terkait dengan tradisi khusus di sebuah negeri yang ditinggali oleh sejumlah orang bahwasanya jika ada orang yang meninggal dunia, lalu kenalan-kenalan dan tetangga-tetangganya hadir untuk melakukan takziah, maka terjadi sebuah tradisi yang mana para tamu tersebut menunggu makanan.

Oleh karena dominannya rasa malu pada keluarga mayit, maka mereka memaksa-maksa diri dengan cara yang berlebihan, menyiapkan makanan beraneka rupa untuk para tamu itu, menghidangkannya dengan kesulitan yang berat.

Apakah seandainya penguasa ingin mencegah kebiasaan ini secara total -dengan motivasi kasih sayangnya terhadap rakyat dan rasa kasihannya terhadap para keluarga korban tradisi itu- agar mereka kembali untuk memegang teguh sunnah yang luhur yang diperoleh dari makhluk paling mulia yakni Nabi Muhammad ﷺ karena beliau bersabda, ‘Buatlah makanan untuk keluarga Ja’far’, apakah penguasa yang seperti ini akan diganjar karena perbuatannya itu? Berilah kami jawaban yang bisa di nukil dan dituliskan :

(Maka beliau menjawab) Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan semua orang yang meniti jalan beliau. Ya Allah aku meminta kepadaMu petunjuk terhadap kebenaran.

Betul, apa yang dilakukan oleh orang-orang berkumpul di tempat keluarga mayit dan dibuatkan makanan untuk mereka adalah termasuk BID'AH MUNGKAR yang mana penguasa akan diganjar jika mencegahnya”

(I’anatu Ath-Tholibin, juz 2 hlm 165)

وما اعتيد من جعل أهل الميت طعاما ليدعوا الناس إليه، بدعة مكروهة – كإجابتهم لذلك (إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين
(2/ 165)

“Apa yang sudah menjadi tradisi, yakni keluarga mayit membuatkan makanan dan mengundang orang-orang untuk datang adalah bid’ah yang dimakruhkan. Demikian pula memenuhi undangan mereka”

(I’anatu Ath-Tholibin, juz 2 hlm 165)

Tradisi yang membebani masyarakat sampai level takalluf, kata beliau menyeret hukum tersebut bisa menjadi haram,

ولا شك أن منع الناس من هذه البدعة المنكرة فيه إحياء للسنة، وإماته للبدعة، وفتح لكثير من أبواب الخير، وغلق لكثير من أبواب الشر، فإن الناس يتكلفون تكلفا كثيرا، يؤدي إلى أن يكون ذلك الصنع محرما. (إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين (2/ 166)

“Tidak ada keraguan bahwasanya mencegah masyarakat untuk melakukan bid’ah mungkar seperti ini adalah menghidupkan sunnah dan mematikan Bid’ah. (Tindakan tersebut juga akan) membuka banyak pintu-pintu kebaikan dan menutup banyak pintu-pintu keburukan, karena masyarakat (dalam menjalankan tradisi itu) memaksa-maksa diri dengan cara yang berlebihan sehingga membuat perbuatan seperti itu menjadi haram”

(I’anatu Ath-Tholibin, juz 2 hlm 166)

Wallahua’lam
Mahad griya sunnah cileungsi
Pendapat di atas juga di sebutkan ustadz zainal abidin dalam bahasan mudzakaroh tahlilan