Senin, 14 Juni 2021

Yang sudah aki-aki tapi masih ngaku papa muda atau pemuda yang merasa tua perlu baca ini;

Yang sudah aki-aki tapi masih ngaku papa muda atau pemuda yang merasa tua perlu baca ini;

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَىٰ حُبِّ اثْنَتَيْنِ : طُوْلُ الْـحَيَاةِ وَحُبُّ الْمَالِ

“Hati orang yang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara: hidup yang panjang dan cinta terhadap harta.”  (HR. Al-Bukhâri, 6420 dan  Muslim, 1046)

Dalam riwayat lain milik Muslim,

حب العيش و المال

“Mencintai kehidupan (dunia) dan harta. ”

Berapa banyak orang yang semakin memutih rambutnya justru semakin bertambah ketamakan dan kerakusannya terhadap dunia.

Saat-saat di mana selayaknya untuk berinabah dan memperbanyak bekal untuk akhirat seiring dengan semakin berkurangnya umur,  karena ujian melimpahnya harta semakin melambungkan angan-angan untuk menambah pundi-pundi harta. Semangatnya dalam menumpuk kekayaan terkadang malah melebihi para pemuda. Hingga berhalusinasi seandainya ia masih bisa menikmati hartanya hingga 1000 tahun lagi. 

Panjang angan-angan berdampak kepada lupa akan kehidupan akhirat yang abadi, membuat hati menjadi keras, dan susah ntuk menerima nasihat. 

Jiwa akan selalu merasa kurang, dalam urusan harta yang dihitung adalah yang keluar secara kasat mata, bukan yang tersisa dan tersimpan di timbangan amal kebajikan.

Dan tabiat manusia tidak akan merasa puas terhadap dunia, hingga tanah kuburan menyumpal mulut kita. 

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, 

لَوْ كان لِابْنِ آدَمَ وَادٍ مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنَّ لَهُ وَادِيًا آخَرَ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Sungguh, seandainya anak Adam memiliki satu lembah dari emas, niscaya ia sangat ingin mempunyai lembah (emas) lainnya. Dan tidak akan ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah. Kemudian Allâh mengampuni orang yang bertaubat. (HR. Al-Bukhâri, no. 6436,6437 dan Muslim, no. 1048,1049, 1050)
ustadz abu razin taufiq