Di dalam kitab I’anatuth-Tholibin karya Syaikh Al-Bakr ad Dhimyati disimpulkan bahwa : Berkumpul di tempat keluarga mayit untuk membuat makanan adalah Bid’ah yang Munkar, pendapat Mufti Makkah Al-Mukarramah Ahmad Zaini Dahlan dinukilkan dikitab tersebut,
Mengenai penghidangan makanan hukumnya HARAM,
ولا شك أن منع الناس من هذه البدعة المنكرة فيه إحياء للسنة، وإماته للبدعة، وفتح لكثير من أبواب الخير، وغلق لكثير من أبواب الشر، فإن الناس يتكلفون تكلفا كثيرا، يؤدي إلى أن يكون ذلك الصنع محرما.
“Tidak ada keraguan bahwa MELARANG orang-orang dari BID'AH YANG MUNGKAR ini terdapat di dalamnya usaha MENGHIDUPKAN SUNNAH dan MEMATIKAN BID'AH, dan membuka pintu-pintu kebaikan yang banyak, dan menutup pintu-pintu keburukan yang banyak, karena sebenarnya orang-orang menjadi memberatkan diri (dalam melaksanakannya) dengan pemberatan yang banyak yang dapat mengakibatkan kepada menjadikan membuat makanan itu HARAM” ( I’anatut Thalibin Juz 2 hal. 165)
Mengenai waktunya 1,3,7,40 hari dst..
ويكره اتخاذ الطعام في اليوم الاول والثالث وبعد الاسبوع،
"Dan dibenci menyelenggarakan makanan pada hari pertama, ketiga, dan sesudah seminggu".( I’anatut Thalibin Juz 2 hal. 166)
Mengenai Keluarga Mayit mengundang orang untuk datang dan menghidangkan makanan adalah Bid'ah yg Dibenci.
وما اعتيد من جعل أهل الميت طعاما ليدعوا الناس إليه، بدعة مكروهة
"Dan apa yang telah menjadi kebiasaan, ahli mayit membuat makanan untuk orang-orang yang diundang datang padanya, adalah Bid’ah yang dibenci".
( I’anatut Thalibin Juz 2 hal. 166)
Mengenai Para tamu datang dan memakan makanan Keluarga Mayit
.ويكره لاهل الميت الجلوس للتعزية، وصنع طعام يجمعون الناس عليه، لما روى أحمد عن جرير بن عبد الله البجلي، قال: كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة،
"Dan dibenci bagi para tamu/pentakziyah memakan makanan keluarga mayit, karena telah disyari’atkan tentang keburukannya. Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad yang Shahih, dari Jarir ibnu Abdullah, berkata : “Kami (Para sahabat) menganggap berkumpulnya manusia di rumah keluarga mayit dan dihidangkan makanan , adalah termasuk Niyahah/Meratap”( I’anatut Thalibin Juz 2 hal. 165)
Itulah Nash Fatwa Ulama mereka sendiri yang mengharamkan membuat makanan dan berkumpul di rumah si mayit.
Lantas,ulama mana lagi yg mereka ikuti ???
Ustadz Rusli