Senin, 28 Juni 2021

Namanya adalah Raja Harun Ar-Rasyid.

Namanya adalah Raja Harun Ar-Rasyid.

Siapa sih sebenarnya Harun Ar-Rasyid?
Apa betul dia Raja yang awam dan gampang dibodohi, sebagaimana yang mungkin digambarkan di dongeng-dongeng fiksi?

Nama lengkap beliau adalah Abu Ja’far Harun bin al-Mahdi Muhammad bin al-Manshur Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas al-Qurasyi al-Hasyimi al-Abbasi.

Jadi, beliau adalah seorang Quraisy dan keturunan dari paman Nabi, Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu, semoga Allah meridhoi dan merahmati mereka semuanya.

Tahukah anda?
Khalifah Harun Ar-Rasyid adalah salah satu dari Khalifah-khalifah Ahlussunah terhebat dalam sejarah Islam. Di masa beliau, kaum Muslimin begitu ditakuti oleh Kekaisaran Romawi Bizantium dan berhasil mengalahkan mereka berkali-kali dalam berbagai peperangan.

Tentu saja, sebagaimana prolog di atas..
Khalifah Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin mulia yang banyak dikaburkan sejarahnya serta difitnah oleh orang-orang yang membenci Islam dan kaum muslimin.

Beliau sering digambarkan sebagai pemimpin yang jelek, bodoh, serta ahli maksiat. Bahkan mungkin anda pernah menemukan kisah-kisah fiksi yang melibatkan beliau sebagai pemimpin bodoh yang jadi bulan-bulanan orang gila dan dikerjai pelawak.

Padahal beliau adalah seorang Khalifah yang shalih, mujahid, cerdas, serta perhatian terhadap ilmu dan ulama. Disegani oleh lawan dan dicintai para Ulama.

Ibnu Khallikan berkata,
“Harun al-Rasyid termasuk khalifah yang paling mulia dan raya yang paling melayani. Ia berhaji, berjihad, berperang, pemberani, dan cerdas.” (Siyar A’lam Nubala, Juz: 7 al-Rasyid)

Al-Khatib al-Baghdadi, seorang Ulama besar madzhab Syafi'i, menyebutkan dalam Tarikh Baghdad,
“Sebagian sahabat Harun bercerita bahwa ia shalat setiap hari sebanyak 100 rakaat. Hal itu ia lakukan dengan istiqomah hingga wafat. Kecuali ada sebab yang menghalanginya. Ia bersedekah dengan mendermakan 1000 dirham setiap hari. Apabila ia menunaikan haji, turut serta bersamanya 100 ahli fikih (ulama) dan anak-anak mereka. Jika ia tidak berhaji, maka ia menghajikan 300 orang dengan bekal baju besi, kiswah, dan yang lainnya.” (Tarikh Baghdad Bab al-Ha-u)

Al-Manshur bin Ammar mengatakan,
“Aku tidak melihat orang yang lebih mudah menitikkan air mata saat berdzikir melebihi tiga orang: al-Fudhail bin Iyad, (Harun) al-Rasyid, dan yang lain.” (Mukhtashar Tarikh Dimasyq, Juz: 27, Hal: 19)

Demikianlah...
Al-Rasyid adalah seorang pemimpin yang cinta pada para ulama. Beliau mengagungkan dan memuliakan agama, membenci debat dan banyak bicara.

Al-Qadhi al-Fadhil dalam sebagian suratnya mengatakan,
“Aku tidak tahu ada seorang Raja yang tidak pernah beristirahat menuntut ilmu, kecuali al-Rasyid. Ia pergi bersama dua orang putranya, al-Amin dan al-Makmun, untuk mendengar al-Muwatha dibacakan oleh Imam Malik rahimahullah.” (Tarikh al-Khulafa, Juz: 1, Hal: 217)

Perhatikan baik-baik, ikhwah..
Apakah pemandangan seperti itu akrab di mata kita saat ini?

Seorang Raja datang ke majelis ilmu bersama anak-anaknya, atau rajin menuntut ilmu. Dan tidak hanya sekali saja, melainkan sampai dikenal dengan sifatnya?

Silahkan jawab sendiri di dalam hati ya..

Pernah pada tahun 187 H, Harun al-Rasyid menerima surat dari Kaisar Romawi Bizantium, Nikephoros I. Surat tersebut berisi pembatalan perjanjian damai antara Romawi dan Abbasiyah yang telah disepakati oleh Kaisar Romawi sebelumnya. 

Hari itu juga Harun al-Rasyid mengirim pasukannya menuju Romawi Bizantium sampai akhirnya al-Rasyid berhasil mengalahkan mereka. Nikephoros ketakutan. Ia kembali meminta perjanjian damai dan bersedia membayar upeti (baca juga: Tarikh ath-Thabari bab Sanah Sab’u wa Tsamanin wa Mi-ah).

Singkat kata...
Inilah gambaran kemuliaan dan kehebatan kaum muslimin di era Harun al-Rasyid rahimahullah. Mujahid, Raja, sekaligus orang shalih yang mulia.

Tidak ada kata lain yang layak diucapkan untuk beliau kecuali do'a kebaikan sebanyak-banyaknya.

Berkata Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah,
“Tidak seorang pun meninggal, lebih berat terasa kematiannya dibandingkan Amirul Mukminin Harun. Aku berandai-andai sekiranya Allah menambahkan umurnya dari umurku.” (at-Tafsir min Sunan Said bin Manshur, Hal: 25)

Yang terakhir...
Semoga Allah ampuni beliau dan menempatkan beliau tinggi bersama para Nabi, Shiddiqin, Syuhada dan Shalihin.

Dan semoga Allah menjaga kaum Muslimin, dan menganugerahkan pada kita pemimpin-pemimpin semisal beliau atau khalifah-khalifah shalih yang lainnya.

________________
Sumber:
https://kisahmuslim.com/5656-harun-al-rasyid-khalifah-terbaik-dinasti-abbasiyah.html
Disalin dan ditulis ulang dengan berbagai perubahan serta suntingan.