Senin, 25 Januari 2021

Tidak selamanya yg paling pintar debat, mampu mengalahkan lawan diskusinya maka ia adalah pemilik kebenaran.

Tidak selamanya yg paling pintar debat, mampu mengalahkan lawan diskusinya maka ia adalah pemilik kebenaran.

Pada suatu hari datang seseorang kepada imam Malik bin Anas, ia mengatakan, "aku hendak berdebat denganmu."

Imam Malik bertanya, "jika aku mengalahkanmu."
Orang itu mengatakan, "aku akan mengikutimu."

Imam Malik bertanya lagi, "jika engkau mengalahkanku."
Orang itu mengatakan, "engkau harus mengikutiku."

Imam Malik betanya, "jika ada orang ketiga datang (mendebat kita) lalu mengalahkan kita."
Orang itu mengatakan, "kita akan  mengikutinya."

ليس الدين لمن غلب
Agama islam itu bukan milik siapa yg lebih unggul, siapa yg menang

Bukan seperti anggapan sebagian orang, siapa yg mampu mendatangkan pandangan2nya terhadapa suatu permasalahan, dapat menjatuhkan argumen selainya maka dismpulkan ialah pemilik kebenaran.

Agama itu bukan masalah siapa yg lebih unggul, agama itu adalah 
قال الله وقال الرسول  

Agama islam itu adalah menetapi kebenaran dan berpegang teguh dengannya.

Oleh maka itu imam Malik pun berkata

أو كلما جاءنا رجل أجدل من رجل تركنا ما نزل به جبريل عليه السلام على محمد صلى الله عليه وسلم لجدله . 

Apakah setiap datang seseorang yg lebih unggul dalam perdebatan dari selainnya maka kita harus tinggalkan apa yg Allah wahyukan kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam (melalui malaikat jibril) hanya untuk mengikuti pendapat orang yg menang debat tersebut?

Maka jawabanya tentus saja tidak

#faidah syaikh Abdurrazaq Al Badr
Ust kukuh abu yumna