10 AQIDAH MUSLIM TENTANG REZEKI [1]
Banyak orang yang salah persepsi tentang rezeki, hingga mereka pun terkadang berburuk sangka kepada Allah ta'ala. Oleh karena itu, seorang muslim yang bijak hendaknya dalam memandang segala sesuatu memakai kacamata Islam, berlandaskan Al-Qur’an dan hadits yang shahih serta sesuai dengan pemahaman salafush shaleh (sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in).
Pada kesempatan yang berbahagia ini marilah kita renungkan bersama 10 aqidah muslim tentang rezeki berdasarkan Al-Qur’an dan hadits yang shahih. Semoga dapat menyinari langkah kita dalam menggapai rezeki.
>> 10 Aqidah Muslim Tentang Rezeki
1. Rezeki bukan terbatas pada harta saja namun lebih luas dari itu. Rezeki adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan baik berupa harta, kedudukan, kekuasaan, kesehatan, pakaian, tempat tinggal, anak keturunan, dan ilmu. Rezeki mencakup pemberian dunia maupun akhirat.
Dari sinilah rezeki dibagi menjadi dua:
a. Rezeki yang dzahir seperti makanan.
b. Rezeki yang batin seperti ilmu pengetahuan. [2]
Atau dengan ungkapan yang lain rezeki ada dua:
a. Rezeki yang umum, mencakup orang yang baik dan yang jelek, yang mukmin maupun yang kafir
b. Rezeki yang khusus yaitu rezeki hati dan makanan hati yang berupa ilmu, iman dan rezeki yang halal yang dapat membantu untuk menjalankan agama. [3]
2. Sesungguhnya Allah ta'ala adalah satu-satunya Dzat yang memberi rezeki.
Allah berfirman:
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمۡ ثُمَّ رَزَقَكُمۡ ثُمَّ يُمِيتُڪُمۡ ثُمَّ يُحۡيِيكُمۡۖ هَلۡ مِن شُرَكَآٮِٕكُم مَّن يَفۡعَلُ مِن ذَٲلِكُم مِّن شَىۡءٍ۬ۚ سُبۡحَـٰنَهُ ۥ وَتَعَـٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
"Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan."
(QS.Ar-Ruum : 40)
قُلۡ مَن يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ أَمَّن يَمۡلِكُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَـٰرَ وَمَن يُخۡرِجُ ٱلۡحَىَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَيُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُۚ فَقُلۡ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"
(QS.Yunus : 31)
وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَجَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَزۡوَٲجِڪُم بَنِينَ وَحَفَدَةً۬ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَـٰتِۚ أَفَبِٱلۡبَـٰطِلِ يُؤۡمِنُونَ وَبِنِعۡمَتِ ٱللَّهِ هُمۡ يَكۡفُرُونَ (٧٢) وَيَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَمۡلِكُ لَهُمۡ رِزۡقً۬ا مِّنَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ شَيۡـًٔ۬ا وَلَا يَسۡتَطِيعُونَ (٧٣)
"Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"
Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun)."
(QS.An-Nahl : 72-73)
3. Pemberian rezeki kepada makhluk di dunia ini termasuk sifat Allah yang menunjukkan akan rububiyah-Nya dan qayyumiyah-Nya. Perhatikan ciptaan Allah di alam semesta ini, maka anda akan mendapati semuanya diberi rezeki dan berjalan dengan rezeki-Nya.
Allah berfirman:
وَڪَأَيِّن مِّن دَآبَّةٍ۬ لَّا تَحۡمِلُ رِزۡقَهَا ٱللَّهُ يَرۡزُقُهَا وَإِيَّاكُمۡۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ
"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu."
(QS.Al-Ankabut : 60)
4- Diantara kelaziman iman terhadap takdir dalam aqidah seorang muslim tentang rezeki bahwa segala kebaikan dan semua rezeki itu telah ditakdirkan bagi hamba-Nya. Tidak mungkin hal itu akan meleset darinya dan menimpa selainnya.
Allah berfirman:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلٌّ۬ فِى ڪِتَـٰبٍ۬ مُّبِينٍ۬
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."
(QS.Hud : 6)
Sungguh Allah telah menjamin rezeki bagi makhluk-makhluk-Nya sejak Dia menciptakan mereka. Allah tidak meninggalkan mereka begitu saja dalam keadaan lapar dan dahaga. Bahkan Dia mentakdirkan dan mencatat bagi mereka rezekinya. Wahai hamba Allah, tidaklah engkau meninggal dunia melainkan telah disempurnakan rezekimu yang telah Allah takdirkan bagimu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya tidaklah suatu jiwa meninggal dunia sampai disempurnakan rezekinya. Maka bertakwalah kepada Allah dan baik-baiklah dalam mencari (rezeki)”. [4]
Wahai hamba Allah, sesungguhnya rezekimu telah tertulis dengan terperinci seperti asupan makanan yang diberikan kepadamu ketika engkau masih dalam rahim ibumu. Pahamilah hadits ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari berupa air mani, kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu yang sama (40 hari) kemudian menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama. Kemudian Allah mengutus malaikat kepadanya untuk meniupkan ruhnya dan diperintahkan untuk mencatat empat hal: amal perbuatannya, rezekinya, ajalnya dan dia bahagia ataukah sengsara”. (HR.Bukhari dan Muslim)
5. Pembagian rezeki diantara manusia tidak ada kaitannya dengan nasab keturunan, kecerdasan, kedudukan, atau dengan ketaatan dan kemaksiatan. Allah membagi rezeki kepada hamba-hamba-Nya karena suatu hikmah yang Dia ketahui. Terkadang Dia memberi rezeki kepada orang gila dan tidak memberikannya kepada orang yang berakal, atau terkadang Dia memberi rezeki kepada yang rendah nasab keturunannya dan tidak memberikannya kepada yang mulia nasab keturunannya. Allah berfirman:
إِنَّ رَبَّكَ يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقۡدِرُۚ إِنَّهُ ۥ كَانَ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرَۢا بَصِيرً۬ا (٣٠) وَلَا تَقۡتُلُوٓاْ أَوۡلَـٰدَكُمۡ خَشۡيَةَ إِمۡلَـٰقٍ۬ۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُهُمۡ وَإِيَّاكُمۡۚ إِنَّ قَتۡلَهُمۡ ڪَانَ خِطۡـًٔ۬ا كَبِيرً۬ا (٣١)
"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar."
(QS.Al-Isra’ : 30-31)
6. Rezeki diberikan kepada hamba untuk digunakan dalam ketaatan kepada Allah ta'ala.
Allah berfirman:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ڪُلُواْ مِن طَيِّبَـٰتِ مَا رَزَقۡنَـٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن ڪُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah."
(QS.Al-Baqarah : 172)
7. Di dalam Al-Qur’an penyebutan rezeki yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya kebanyakan diikuti dengan anjuran untuk berinfak fi sabilillah.
Allah berfirman:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٲلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَـٰدُڪُمۡ عَن ذِڪۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٲلِكَ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ (٩) وَأَنفِقُواْ مِن مَّا رَزَقۡنَـٰكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلۡمَوۡتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوۡلَآ أَخَّرۡتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ۬ قَرِيبٍ۬ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ (١٠) وَلَن يُؤَخِّرَ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَاۚ وَٱللَّهُ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ (١١)
"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?" Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." (QS.Al-Munafiqun : 9-11)
8. Allah mengutamakan sebagian manusia di atas sebagian yang lain dalam masalah rezeki. Sebagian orang diberikan banyak rezeki, yang lain lebih sedikit dan yang lain lagi tidak sama sekali. Allah berfirman:
وَٱللَّهُ فَضَّلَ بَعۡضَكُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٍ۬ فِى ٱلرِّزۡقِۚ
"Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki"
(QS.An-Nahl : 71)
Namun yakinilah bahwa rezeki yang hakiki adalah rezeki hati berupa iman dan qana’ah.
9. Tidak boleh meminta rezeki melainkan hanya kepada Allah semata.
Allah berfirman:
وَيَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَمۡلِكُ لَهُمۡ رِزۡقً۬ا مِّنَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ شَيۡـًٔ۬ا وَلَا يَسۡتَطِيعُونَ
"Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun)."
(QS.An-Nahl : 73)
إِنَّمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوۡثَـٰنً۬ا وَتَخۡلُقُونَ إِفۡكًاۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ لَكُمۡ رِزۡقً۬ا فَٱبۡتَغُواْ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزۡقَ وَٱعۡبُدُوهُ وَٱشۡكُرُواْ لَهُ ۥۤۖ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ
"Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; Maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan."
(QS.Al-Ankabut : 17)
10- Sesungguhnya pemberian Allah berupa rezeki kepada hamba-hamba-Nya tidak selalu menunjukkan akan kecintaan dan keridhoan Allah kepada orang tersebut.
Allah berfirman:
فَأَمَّا ٱلۡإِنسَـٰنُ إِذَا مَا ٱبۡتَلَٮٰهُ رَبُّهُ ۥ فَأَكۡرَمَهُ ۥ وَنَعَّمَهُ ۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَكۡرَمَنِ (١٥) وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبۡتَلَٮٰهُ فَقَدَرَ عَلَيۡهِ رِزۡقَهُ ۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَـٰنَنِ (١٦)
"Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: "Tuhanku menghinakanku”.
(QS.Al-Fajr : 15-16)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba urusan dunia apa yang dia inginkan sedang dia di atas kemaksiatan maka itu adalah istidraj”. Kemudian beliau membaca ayat:
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُڪِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٲبَ ڪُلِّ شَىۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَـٰهُم بَغۡتَةً۬ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ
'Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS.Al-An’aam : 44)”.
(HSR.Ahmad)
-------------------------------
[1] Penulis menukil dan meringkas dengan sedikit tambahan dan perubahan dari makalah khutbah Jum’at yang berjudul Mafaatihu Ar-Rizki oleh Nashir Muhammad Al-Ahmad.
[2] Lisanul Arab 3/1636 oleh Ibnu Mandzur cet.Darul Ma’arif Kairo.
[3] Fiqih Al-Asma’ Al-Husna 105-106 oleh Syaikh DR.Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad.
[4] Lihat Silsilah Al-Ahaadits Ash-Shahihah no. 2866 oleh Syaikh Al-Albani.
—---------------
Ingin dapat faidah terbaru baik berupa rekaman kajian, video, tulisan, dan info kajian?
Ayo Gabung ke Channel Telegram: https://telegram.me/abdurrahmanthoyyib
Ayo Gabung juga ke Fanspage: https://www.facebook.com/Ustadz-Abdurrahman-Thoyyib-Lc-605…/