Sabtu, 31 Agustus 2019

Penatnya dunia ini

_Quote Radio Muslim_

*Penatnya Dunia Ini*

"Bahwa kehidupan ini penuh dengan masalah dan problematika salah satu hikmahnya adalah agar kita selalu rindu akan surga, karena di surga kita akan terbebas dari masalah untuk selamanya."​​
(Faidah Kajian Konsultasi hukum seputar keluarga di Radio Muslim 1467 AM)

Ustadz Aris Munandar

Download Poster:
http://bit.ly/posternasihat
-----
Download Wallpaper
http://bit.ly/wallpapernasihat

silahkan di download secara gratis,
----------
Raih Pahala Jariyyah, dibawah ini!
http://bit.ly/donasiradiomuslim

ikuti dan simak sosial media Radio Muslim
Website: www.radiomuslim.com
Fanpage: Radio Muslim Jogja
Twitter: @radio_muslim
Youtube: Radio Muslim Jogja

#islam #muslim #muslimah #dakwah #dunia #poster #radiomuslimjogja #radiomuslim

SETIAP HEWAN YANG DILARANG UNTUK MEMBUNUHNYA, MAKA DIHARAMKAN UNTUK MEMAKANNYA

SETIAP HEWAN YANG DILARANG UNTUK MEMBUNUHNYA, MAKA DIHARAMKAN UNTUK MEMAKANNYA

Ini adalah kaedah kedelapan yang disebutkan oleh asy-Syaikh Ibrahim al-Mazruu'iy dalam artikelnya yang berjudul "Hukum-Hukum Hewan yang Boleh Dimakan dan yang Tidak Boleh Dimakan". Alasannya sangat logis, yakni seandainya dihalalkan, tentu syariat tidak akan melarang untuk membunuhnya.

Beliau hafizhahullah menukil perkataan Imam al-Khathabi rahimahullah :
فكل منهي عن قتله من الحيوان فإنما لأحد أمرين: إما لحرمته في نفسه كالآدمي، وإما لتحريم لحمه كالصُّرَد والهدهد ونحوهما
"Semua binatang yang dilarang untuk dibunuh, maka tidak terlepas dari dua kondisi : diharamkan pada zatnya itu sendiri, seperti manusia dan diharamkan dagingnya seperti burung shurad dan burung Hudhud serta semisalnya".

Asy-Syaikh membawakan dua hadits sebagai contoh hewan-hewan yang dilarang dibunuh. Hadits pertama adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhumaa, beliau berkata :
إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنْ قَتْلِ أَرْبَعٍ مِنَ الدَّوَابِّ النَّمْلَةُ وَالنَّحْلَةُ وَالْهُدْهُدُ وَالصُّرَدُ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuh empat hewan: semut, lebah, burung Hudhud dan burung Shurad.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh al-Albani).

Yang kedua adalah hadits Abdur Rahman bin Utsman radhiyallahu anhu, beliau berkata :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ قَتْلِ الضِّفْدِعِ
"Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang untuk membunuh Katak". (HR. Abu Dawud, Nasa`i dan selainnya, dishahihkan al-Albani).

Imam al-Khathabi rahimahullah menjelaskan fiqih haditsnya, kata beliau :
في هذا دليلٌ على أن الضفدع محرَّم الأكل، فكل منهي عن قتله لتحريم لحمه
"Dalam hadits ini ada dalil bahwa Katak itu haram dimakan, maka setiap binatang yang terlarang dibunuh, adalah untuk pengharaman dagingnya".

Termasuk juga diharamkan memakan anakan/larva lebah, karena tercakup didalam larangan membunuh lebah. Al-'Alamah DR. Shalih al-Fauzan pernah ditanya :
حكم أكل يرقات الدبابير
"(Bagaimana) Hukum makan larva ad-Dabaabiir?".

Beliau hafizhahullah menjawab :
الدبور من النحل ، والنحل نهى الرسول صلى الله عليه وسلم عن قتله ، فيكون حراما
"Ad-Dabuur adalah sejenis lebah dan lebah itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang untuk membunuhnya, maka (memakannya) diharamkan".
(https://islamqa.info/ar/answers/271273/).
Wallahu a'lam.

Abu Sa'id Neno Triyono

Para mantan budak yg menjadi pemimpin agama

PARA MANTAN BUDAK YANG MENJADI PEMIMPIN AGAMA !

(Hanya dengan ILMU & KESHALIHAN, Allah azza wa jalla mengangkat derajat mereka di dunia)

Walid bin Muhammad Al-Muwaqqary meriwayatkan dari Az-Zuhri bahwa dia bertutur:

Ketika aku menemui (Khalifah) Abdul Malik bin Marwan, dia berkata: "Dari mana engkau gerangan wahai Zuhri ?"
Aku menjawab: "Mekkah."

Dia berkata: "Siapa yang menjadi pemuka di sana?"
Aku menjawab: "Atha' bin Abi Rabah."

Dia berkata: "Dia itu orang arab atau dari kalangan mantan budak?"
Aku menjawab: "Dari kalangan mantan budak."

Dia berkata: "Kenapa dia bisa menjadi terdepan?"
Aku menjawab: "Dia memiliki keshalihan dan ilmu riwayat."
Dia berkata: "Sesungguhnya orang yang shalih dan 'alim benar-benar pantas untuk memimpin di sana."

Dia berkata: "Lalu siapa yg menjadi pemuka di Yaman?"
Aku menjawab: "Thawus bin Kaisan."

Dia berkata: "Dia itu orang arab atau dari kalangan mantan budak?"
Aku menjawab: "Dari kalangan mantan budak."

Dia berkata: "Kenapa dia bisa menjadi terdepan?"
Aku menjawab: "Sama seperti Atha'."
Dia berkata: "Kalau begitu benar-benar pantas."

Dia berkata: "Lalu siapakah yg menjadi pemuka di Mesir?"
Aku menjawab: "Yazid bin Abi Habib."

Dia berkata: "Dia itu orang arab atau dari kalangan mantan budak?"
Aku menjawab: "Dari kalangan mantan budak."

Dia berkata: "Kalau di Syam?"
Aku menjawab: "Makhul."

Dia berkata: "Dia itu orang arab atau dari kalangan mantan budak?"
Aku menjawab: "Dari kalangan mantan budak. Dia dimerdekakan oleh seorang wanita dari Hudzail."

Dia berkata: "Kalau di Al-Jazirah?"
Aku menjawab: "Maimun bin Mihran."

Dia berkata: "Dia itu orang arab atau dari kalangan mantan budak?"
Aku menjawab: "Dari kalangan mantan budak."

Dia berkata: "Kalau di Khurasan?"
Aku menjawab: "Adh-Dhahhak bin Muzahim."

Dia berkata: "Dia itu orang arab atau dari kalangan mantan budak?"
Aku menjawab: "Dari kalangan mantan budak."

Dia berkata: "Kalau di Bashrah?"
Aku menjawab: "Hasan Al-Bashri."

Dia berkata: "Dia itu orang arab atau dari kalangan mantan budak?"
Aku menjawab: "Dari kalangan mantan budak."

Dia berkata: "Wah. Kalau di Kufah?"
Aku menjawab: "Ibrahim An-Nakha'i."

Dia berkata: "Dia itu orang arab atau dari kalangan mantan budak?"
Aku menjawab: "Dari kalangan mantan budak."

Dia berkata: "Wahai Zuhri, demi Allah kalangan mantan budak akan memimpin orang-orang arab di negeri ini. Sehingga mereka berpidato di atas mimbar-mimbar sementara orang-orang arab di bawah."

Aku berkata: "Wahai Amirul Mukminin, ini adalah agama. Barangsiapa yg menjaganya akan memimpin dan barang siapa yang melalaikannya akan jatuh."

Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Al-Mani' _rahimahullah_ berkata mengomentari kisah ini:

"Perhatikanlah kisah menakjubkan ini. Perhatikanlah bagaimana menghafal agama dan memahaminya mengangkat para pemuka tersebut menjulang tinggi hingga melampaui orang yang lebih tinggi nasabnya dari mereka!
Semoga Anda bisa bersungguh-sungguh dan berusaha keras menghafal ilmu agama yang menjadi sebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi yang mengamalkannya."

[Dari kitab: Irsyadut Thullab Ila Fadhilatil Ilmi Wal Amal Wal Adab]

Semoga Bermanfaat ! Baarakallahufiykum..

PANTANG MENYERAH MENUNTUT ILMU AGAMA !

(Al-Akh Abu Umar Andri Maadsa)

Sekilas tentang asal usul gelar ustadz

SEKILAT TENTANG ASAL-USUL GELAR USTADZ

Kata "الأستاذ "(al-Ustadz), bukan asli bahasa arab, tidak didapati dalam syair-syair jahiliyyah kosakata "al-Ustadz". Ia merupakan kata serapan dari bahasa persia yang artinya orang yang mahir terhadap suatu bidang[1].

Salah seorang ikhwan menginformasikan bahwa asy-Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini - salah satu murid senior Imam al-Albani - hafizhahullah pernah mengatakan :
أن لقب " أستاذ " لا يطلق إلا على من جمع ثمانية عشر علما
"Gelar "Ustadz" itu tidak dimutlakkan, kecuali kepada orang yang menguasai (minimal) 18 cabang ilmu".[2].

Gelar Ustadznya Ustadz pernah disematkan oleh al-Imam Muslim kepada gurunya al-Imam Bukhari rahimahumaallah, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam kitabnya "al-Madkhol ilaa 'Ilmi as-Sunan" (I/268) dengan sanadnya sampai kepada Abu Hamid Ahmad bin Hamduun, ia berkata :
سمعت مسلم بن الحجاج وجاء إلى محمد بن إسماعيل البخاري رضي الله عنه فقبل بين عينيه، وقال: دعني حتى أقبل رجليك يا أستاذ الأستاذين، وسيد المحدثين، ويا طبيب الحديث في علله
"aku mendengar Imam Muslim bin al-Hajaaj mendatangi Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari radhiyallahu anhu, lalu beliau mencium diantara kedua mata Imam Bukhari, sambil berkata : "biarkanlah aku, hingga aku mencium kedua kakimu, wahai Ustadznya para Ustadz, pemimpinnya para ahli hadits, dan wahai dokternya hadits dalam mendeteksi sakit (illalnya hadits)". [3].

Dulu Syaikh al-Azhar digelari juga dengan al-Ustadz al-Akbar [4].

Di dunia akademis, gelar ustadz diberikan kepada mereka yang mendapatkan gelar guru besar atau biasa disebut dengan "Profesor". Umum di universitas-universitas timur tengah, setelah mencapai gelar Doktor (S3), seorang dosen kemudian akan naik gelarnya setelah mengabdi beberapa tahun menjadi al-Ustadz Musaa'id, lalu naik lagi al-Ustadz musyaarik, baru al-Ustadz secata penuh, yang biasanya gelarnya diberi inisial (أ.د ), yang biasanya kita sebut disini dengan Profesor Doktor (Prof.DR).

Pointnya adalah bahwa gelar al-Ustadz dalam dunia keilmuan islam diberikan kepada mereka-mereka yang benar-benar pakar dalam berbagai bidang Islam atau secara formal diberikan kepada mereka yang telah menempuh belajar di perguruan tinggi dengan jenjang yang paling tinggi.

Adapun gelar "al-Ustadz" yang sekarang umum diberikan oleh kaum muslimin kepada orang-orang yang dianggap punya pengetahuan ilmu agama dan menjadi pengajar ilmu-ilmu islam adalah sekedar penghormatan semata.
Wallahu a'lam.
=========

1. https://www.almrsal.com/post/703907.
2. https://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=107877.
3. https://majles.alukah.net/t169987/.
4. http://www.wata.cc/forums/showthread.php?54809-.

Abu Sa'id Neno Triyono

Bentengilah dengan keadilan

📜 BENTENGILAH DENGAN KEADILAN !!

Oleh Ustadz Dr. Sufyan Baswedan, M.A / Solo, 14 Dzulhijjah 1440 H / 15 Agustus 2019 M

Sejumlah literatur sejarah meriwayatkan bahwa salah seorang gubernur yang diangkat oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz menulis sepucuk surat kepada beliau. Tertulis dalam surat tersebut, ‘Amma ba’du… Sesungguhnya kota kami telah rusak. Apabila Amirul Mukminin berkenan, alangkah baiknya jika mengirimkan sejumlah uang kepada kami untuk merenovasinya.’ Maka Umar membalas surat tersebut dengan mengatakan, ‘Amma ba’du… Aku telah memahami suratmu dimana kau katakan bahwa kotamu telah rusak. Jika surat balasanku ini sampai kepadamu, maka bentengilah ia dengan keadilan dan bersihkan lorong-lorongnya dari kezhaliman. Demikianlah cara merenovasinya. Wassalaam. 1

Demi Allah, alangkah tepatnya perkataan Umar! Betapa banyak kita saksikan kota-kota dengan benteng kokoh yang mengelilinginya, akan tetapi itu semua tak mengelakkannya dari kehancuran. Sebab kota-kota tersebut tak dibentengi dari dalam dengan keadilan dan tak dibersihkan lorong-lorongnya dari kezhaliman.

Kezhaliman dan kesewenang-wenangan adalah faktor yang senantiasa melapukkan tiang-tiang dan mengeroposkan sendi-sendinya, sehingga bagaimana mungkin tembok yang mengelilinginya akan memberi manfaat dalam kondisi seperti ini. Padahal tembok tersebut tidaklah dibangun diatas ketakwaan dan keadilan… Allah berfirman,

أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunan (masjid) atas dasar takwa kepada Allah dan keridaan-Nya itu lebih baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunan itu roboh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (At Taubah: 109)

Allah menyuruh kaum mukminin agar mengambil pelajaran dan ibrah dari peristiwa, musibah, maupun bencana yang terjadi di sekitar mereka. Allah berfirman yang artinya, ‘Maka ambillah pelajaran wahai ulil absar’ (Al Hasyr: 2) setelah mengatakan,

وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ

Mereka mengira bahwa benteng-benteng mereka akan melindungi mereka dari ketetapan Allah. Maka Allah mendatangi mereka dari arah yang tidak mereka sangka dan Allah campakkan rasa ketakutan dalam hati mereka sehingga mereka merusak rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan dengan tangan kaum mukminin… (Al Hasyr: 2).

Dengan mukaddimah singkat ini, kita jadi sadar akan pentingnya keadilan dalam menjaga eksistensi individu, masyarakat, bangsa, maupun negara. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Kezhaliman itu akibatnya mengerikan, sedangkan keadilan itu akibatnya menyenangkan.”

📜 Baca Lanjutan Selengkapnya : https://www.sufyanbaswedan.com/bentengilah-dengan-keadilan/

Ilmu dan adab

Ilmu  tidak akan terlihat Indah tanpa Adab, sebagai mana adab tidak akan bermakna kecuali Dengan Ilmu. Maka jangan pisahkan keduanya dalam Perilaku dan Keseharian kita.

قال يوسف بن حسين -رحمه الله-: " بالأدب تفهم العلم "
Berkata Yusuf Bin Husain: " Dengan Adab anda akan memahami Hakekat Ilmu ". ( Iqtidha' Al Ilmi Al Amal, Al Khatib Al Baghdadi Hal:31).
Ustadz abu Zaid nurohman lc

Kenaikan harga

KENAIKAN HARGA

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Bagi sebagian orang, kenaikan harga menjadi sesuatu yang membebani kehidupannya. Padahal kenaikan harga tidak mempengaruhi jatah rizki yang Allah telah tetapkan baginya.

Tidak usah resah gelisah, tingkatkan saja ibadah, ketaatan, keimanan, ketaqwaan dan tawakkal, Allah pasti jamin rizkinya dan Allah cukupkan kebutuhannya. Sekalipun kenaikan harga sampai seratus kali lipat.

Berkata salah seorang orang sholeh :

والله لا أبالي ولو أصبحت حبة الشعير بدينار! عليَّ أن أعبده كما أمرني، وعليه أن يرزقني كما وعدني

“Demi Allah, saya tidak peduli dengan kenaikan harga ini, sekalipun 1 biji gandum seharga 1 dinar! Kewajibanku adalah beribadah kepada Allah, sebagaimana yang Dia perintahkan kepadaku, dan Dia akan menanggung rizkiku, sebagaimana yang telah Dia janjikan kepadaku.” Sumber : https://mobile.twitter.com/heekma/status/681560381165334528

Allah Ta'ala berfirman :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (Ath-Thalaq: 2-3).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :

Maksudnya, barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam semua apa yang diperintahkan kepadanya dan meninggalkan semua apa yang dilarang baginya, maka Allah akan menjadikan baginyajalan keluar dari urusannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Yakni dari arah yang tidak terbetik dalam hatinya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepadaku Kahmas ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Abus Salil, dari Abu Zar yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (Ath-Thalaq: 2-3), hingga akhir ayat. (Tafsir Ibnu Katsir).

Dan Allah Ta'ala berfirman :

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (Ath-Thalaq: 3).

Berkata Imam Ahmad rahimahullah :

حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا بَشِيرُ بْنُ سَلْمَانَ، عَنْ سَيَّارٍ أَبِي الْحَكَمِ، عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ -هُوَ ابْنُ مَسْعُودٍ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ نَزَلَ بِهِ حَاجَةٌ فَأَنْزَلَهَا بِالنَّاسِ كَانَ قَمِنًا أَنْ لَا تُسَهَّل حَاجَتُهُ، وَمَنْ أَنْزَلَهَا بِاللَّهِ أَتَاهُ اللَّهُ بِرِزْقٍ عَاجِلٍ، أَوْ بِمَوْتٍ آجِلٍ".

Telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Basyir ibnu Sulaiman, dari Sayyar Abul Hakam, dari Tariq ibnu Syihab, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:

Barang siapa yang mempunyai suatu keperluan, lalu ia menyerahkannya kepada manusia, maka dapat dipastikan bahwa keperluannya itu tidak dimudahkan baginya. Dan barang siapa yang menyerahkan keperluannya kepada Allah Ta'ala, maka Allah akan mendatangkan kepadanya rezeki yang segera atau memberinya kematian yang ditangguhkan (usia yang diperpanjang). (Tafsir Ibnu Katsir).

Kenaikan harga sudah ketentuan Allah, jadi jangan dirisaukan, hadapi saja dengan hati yang lapang dan keyakinan akan rizki Allah.

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّاسُ يَا رَسُولَ اللَّهِ غَلاَ السِّعْرُ فَسَعِّرْ لَنَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمُسَعِّرُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الرَّازِقُ وَإِنِّى لأَرْجُو أَنْ أَلْقَى اللَّهَ وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يُطَالِبُنِى بِمَظْلَمَةٍ فِى دَمٍ وَلاَ مَالٍ ». رواه أبو داود وصححه الألباني

Dari sahabat Anas, ia menuturkan, “Para sahabat mengeluh kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya harga barang kebutuhan sekarang ini begitu mahal. Alangkah baiknya bila Anda membuat menentukan harga.’ Menanggapai permintaan sahabatnya ini, Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya Allah-lah yang menentukan harga, serta mengencangkan, melapangkan, dan memberi rezeki. Dan sesungguhnya, aku berharap untuk menghadap Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku karena suatu kezaliman, baik dalam urusan darah (jiwa) atau pun harta.’” (HR. Abu Daud; oleh Al-Albani dinyatakan sebagai hadits sahih).

https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2018/09/kenaikan-harga.html?m=1

Jumat, 30 Agustus 2019

Kebahagian sebenarnya carilah pada ilmu dan amal

#KEBAHAGIAAN_SEBENARNYA
#CARILAH_PADA_ILMU_dan_AMAL

📝As Syaikh Al 'Allamah DR. Shalih Al Fauzan hafidzahullah berkata :

إِذَا كُنْتَ تُرِيدُ السَّعَادَةَ فَاطلُبِ الِعلْمَ، وَاعمَلْ بِهِ، تَصِلُ إِلَى السَّعَادَةِ بِإذْنِ اللَّهِ

"Jika engkau ingin bahagia maka carilah ilmu dan amalkan, niscaya engkau akan sampai kepada kebahagiaan dengan ijin Allah".

📓Syarhu Mandzumah Al Ahsaaiy, hal. 13.

Ustadz Muhammad Alif lc

Mutiara akhlak pendahulu kita

Ada saja hal yang mengagumkan dari mutiara akhlak pendahulu kita yang shaleh dan begitu sulit ditemukan di zaman ini.

Thalhah ibn 'Abdurrahman ibn 'Auf namanya. Lelaki ini adalah sosok paling dermawan diantara tokoh Quraisy kala itu.

Tetapi, suatu ketika, istrinya mencoba mengutarakan uneg-uneg yang sempat terpendam dalam hatinya.

ﻣﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﻗﻮﻣﺎ ﺃﺷﺪّ ﻟﺆْﻣﺎ ﻣﻦْ ﺇﺧﻮﺍﻧﻚ .
ﻗﺎﻝ : ﻭﻟﻢ ﺫﻟﻚ؟
ﻗﺎﻟﺖ : ﺃﺭﺍﻫﻢْ ﺇﺫﺍ ﺍﻏﺘﻨﻴﺖ ﻟﺰِﻣُﻮﻙ، ﻭﺇِﺫﺍ ﺍﻓﺘﻘﺮﺕ ﺗﺮﻛﻮﻙ !
ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ : ﻫﺬﺍ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻛﺮﻡِ ﺃﺧﻼﻗِﻬﻢ !
ﻳﺄﺗﻮﻧﻨﺎ ﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﻗُﺪﺭﺗﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﺇﻛﺮﺍﻣﻬﻢ،
ﻭﻳﺘﺮﻛﻮﻧﻨﺎ ﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﻋﺠﺰﻧﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺑِﺤﻘﻬﻢ

"Aku tak pernah melihat sosok-sosok yang lebih tak beradab dibanding saudara-saudaramu."

Demikian tutur istrinya. Mendengar ini, beliau balik bertanya:

"Ada apa?"

"Aku perhatikan mereka kerapkali mendatangimu saat engkau berezki banyak saja. Sementara mereka meninggalkan engkau kala engkau tak berpunya."

Dengarlah jawaban mulia sang Thalhah kepada istrinya:

"Demi Allah, ini mereka lakukan justru karena kemuliaan mereka. Mereka mendatangi kita justru pada saat kita mampu untuk memuliakan mereka dgn apa yang kita miliki berupa rizki. Mereka pun tak mendatangi kita saat kita tak mampu menunaikan hak mereka."

Yaa Salaam. Thalhah tidak mengikuti alur bisikan syaithan yang terhembuskan kepada istrinya. Thalhah telah mengajarkan betapa berkualitasnya persangkaan baik. Ia mampu memilih kalimat yang pas untuk mengajarkan istrinya tanpa harus menikam saudara-saudaranya. Betapa bersih hatinya hingga mampu menepis buruk sangka.

Terhadap kisah ini, imam al Mawardi mengomentari:

ﺍﻧﻈﺮ ﻛﻴﻒ ﺗﺄﻭّﻝ ﺑﻜﺮﻣﻪ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺘﺄﻭﻳﻞ ﺣﺘﻰ ﺟﻌﻞ ﻗﺒﻴﺢ ﻓِﻌﻠﻬﻢ ﺣﺴﻨﺎ،
ﻭﻇﺎﻫﺮ ﻏﺪﺭِﻫﻢ ﻭﻓﺎﺀ . ﻭﻫﺬﺍ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺳﻼﻣﺔ ﺍﻟﺼﺪﺭ ﺭﺍﺣﺔ ﻓﻲ
ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﻏﻨﻴﻤﺔ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ، ﻭﻫﻲ ﻣﻦ ﺃﺳﺒﺎﺏ ﺩﺧﻮﻝ ﺍﻟﺠﻨﺔ، ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ:
ﻭﻧﺰﻋﻨﺎ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺻﺪﻭﺭﻫﻢ ﻣﻦ ﻏﻞ ﺇﺧﻮﺍﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﺳﺮﺭ ﻣﺘﻘﺎﺑﻠﻴﻦ

"Lihatlah, dengan kemuliaan akhlak Thalhah, ia mampu memformat sikap buruk saudara-saudaranya menjadi sebuah kebaikan (dalam pandangan orang lain). Demi Allah, ini menjukkan bahwa selamatnya dada (dari penyakit hati) adalah ketenangan di dunia dan ghanimah di akhirat. Inilah sarana menuju surga. Allah berfirman:

"Dan Kami lenyapkan apa yang ada di dalam mereka berupa dendam. Mereka merasa bersaudara dan duduk saling berhadapan di atas dipan-dipan (dalam Surga)." (QS al Hijr: 47)

_____
(10 April 2014)

Yani fahriansyah

Apakah adanya kekurangan yg ada pada diri seseorang dalam salah satu diantara karakter golongan yg selamat lantas mengeluarkan orang tersebut dari firqotun najiyah?

1259. DAN APAKAH ADANYA KEKURANGAN (YANG ADA PADA DIRI SESEORANG) DALAM SALAH SATU DI ANTARA KARAKTER GOLONGAN YANG SELAMAT LANTAS MENGELUARKAN ORANG TERSEBUT DARI AL-FIRQATUN NAJIYAH?

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-`Utsaimin -rahimahullah- pernah ditanya: “Apakah karakteristik paling menonjol dari Golongan Yang Selamat (Al-Firqah An-Najiyah)? Dan apakah adanya kekurangan (yang ada pada diri seseorang) dalam salah satu di antara karakter ini lantas mengeluarkan orang tersebut dari Al-Firqatun An-Najiyah?”.

Maka beliau menjawab: “Karakter paling menonjol yang dimiliki oleh Golongan Yang Selamat adalah berpegang teguh dengan ajaran Nabi -shallallahu `alaihi wa sallam- dalam hal aqidah, ibadah, akhlak, dan mu`amalah. Dalam keempat perkara inilah engkau dapati GOLONGAN YANG SELAMAT nampak ciri mereka ini begitu sangat menonjol.

Adapun dalam hal aqidah, engkau akan mendapati mereka senantiasa berpegang teguh dengan keterangan dalil Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya -shallallahu `alaihi wa sallam- yaitu meyakini tauhid yang murni dalam hal Uluhiyah Allah, Rububiyah-Nya serta Nama-Nama dan Sifat-Sifat-Nya.

Adapun dalam hal ibadah, engkau akan mdapati golongan ini tampak istimewa karena sikap mereka yang begitu berpegang teguh dan berusaha keras menerapkan ajaran-ajaran Nabi -shallallahu `alaihi wa sallam- dalam menunaikan ibadah, yang meliputi jenis-jenisnya, cara-caranya, ukuran-ukurannya, waktu-waktunya dan sebab-sebabnya. Sehingga engkau tidak akan menjumpai adanya perbuatan menciptakan kebid`ahan dalam agama Allah di antara mereka. Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat beradab dengan adab yang paling tinggi terhadap Allah dan Rasul-Nya, mereka tidak mendahului Allah dan Rasul-Nya dengan menyusupkan suatu bentuk ibadah yang tidak diizinkan oleh Allah.

Sedangkan dalam hal akhlak, Anda pun bisa menjumpai ciri mereka juga seperti itu. MEREKA TAMPIL ISTIMEWA DIBANDINGKAN SELAIN MEREKA DENGAN AKHLAK YANG MULIA, seperti contohnya: mencintai kebaikan untuk kaum muslimin, sikap lapang dada, bermuka ramah, berbicara baik dan pemurah, pemberani dan sifat-sifat lain yang termasuk bagian dari kemuliaan akhlak dan keluhurannya.

Dan dalam hal mu’amalah, Anda bisa jumpai mereka menjalin hubungan dengan sesama manusia dengan sifat jujur dan suka menerangkan kebenaran. Dua sifat inilah yang diisyaratkan oleh Nabi -shallallahu `alaihi wa sallam- di dalam sabdanya:

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

Artinya: “Penjual dan pembeli mempunyai hak pilih selama keduanya belum berpisah. Apabila mereka berdua bersikap jujur dan menerangkan apa adanya niscaya akan diberkahi jual beli mereka. Dan apabila mereka berdusta dan menyembunyikan (cacat barangnya) maka akan dicabut barakah jual beli mereka berdua”. (Riwayat Al-Bukhari no. 2079, dan Muslim no. 1532 dari Hakim bin Hizam radhiyallahu`anhu).

ADANYA KEKURANGAN PADA SEBAGIAN KARAKTER INI TIDAK LANTAS MENGELUARKAN INDIVIDU TERSEBUT DARI KEBERADAANNYA SEBAGAI BAGIAN DARI GOLONGAN YANG SELAMAT, NAMUN SETIAP TINGKATAN ORANG AKAN MENDAPATKAN BALASAN SESUAI AMAL YANG MEREKA PERBUAT. Sedangkan kekurangan dalam sisi tauhid terkadang bisa mengeluarkan dirinya dari Golongan Yang Selamat, seperti contohnya hilangnya keikhlasan. Demikian pula dalam masalah bid`ah, terkadang dengan sebab bid`ah-bid`ah yang diperbuatnya membuatnya keluar dari keberadaannya sebagai bagian dari Golongan Yang Selamat.

ADAPUN DALAM MASALAH AKHLAK DAN MU’AMALAH MAKA TIDAKLAH SESEORANG DIKELUARKAN DARI GOLONGAN YANG SELAMAT INI SEMATA-MATA KARENA KEKURANGAN DIRINYA DALAM DUA MASALAH INI, MESKIPUN HAL ITU MENYEBABKAN KEDUDUKANNYA MENJADI TURUN.

Kita perlu untuk memperinci permasalahan akhlak karena salah satu faidah dari akhlak ialah terwujudnya kesatuan kata dan bersatu padu di atas kebenaran yang diperintahkan Allah Ta`ala kepada kita di dalam firman-Nya:

شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ

Artinya: “Allah mensyari’atkan kepada kalian ajaran agama yang juga diwasiatkan kepada Nuh dan yang Kami wasiatkan kepadamu dan Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu agar kalian tegakkan agama dan janganlah berpecah belah di dalamnya”. (Surat Asy-SyUura: 13).

Dan Allah memberitakan bahwasanya Nabi Muhammad -shallallahu `alaihi wa sallam- lepas tanggung jawab dari perbuatan orang-orang yang memecah belah agama mereka sehingga mereka menjadi bergolong-golongan. Allah `Azza wa jalla berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka maka tidak ada tanggung jawabmu atas mereka”. (Surat Al-An`am: 159).

Sehingga kesatuan kata dan keterikatan hati merupakan salah satu karakter paling menonjol yang dimiliki oleh Golongan Yang Selamat –Ahlus Sunnah wal Jama`ah-, Oleh sebab itu apabila muncul perselisihan di antara mereka yang bersumber dari ijtihad dalam berbagai perkara ijtihadiyah maka hal itu TIDAKLAH MEMBANGKITKAN RASA DENGKI, PERMUSUHAN ATAUPUN KEBENCIAN DI ANTARA MEREKA. AKAN TETAPI MEREKA MEYAKINI BAHWASANYA MEREKA ADALAH BERSAUDARA MESKIPUN TERJADI PERSELISIHAN INI DI ANTARA MEREKA. Sampai-sampai salah seorang di antara mereka mau shalat di belakang imam yang menurutnya dalam status tidak wudhu sementara si imam berpendapat bahwa dirinya masih punya status wudhu.

Atau contoh lainnya adalah orang yang tetap mau shalat bermakmum kepada imam yang baru saja memakan daging onta. Sang imam berpendapat bahwa hal itu tidak membatalkan wudhu, sedangkan sang makmum berpendapat bahwa hal itu membatalkan wudhu. Namun dia tetap berkeyakinan bahwa shalat bermakmum kepada imam tersebut adalah sah. Walaupun seandainya jika dia sendiri yang shalat maka dia menilai shalatnya dalam keadaan seperti itu tidak sah. Ini semua bisa terwujud karena mereka memandang bahwa perselisihan yang bersumber dari ijtihad dalam persoalan yang diijinkan untuk ijtihad pada hakikatnya bukanlah perselisihan. Alasannya adalah karena masing-masing individu dari dua orang yang berbeda pendapat ini sudah berusaha mengikuti dalil yang harus diikuti olehnya dan dia tidak boleh untuk meninggalkannya. Oleh sebab itu, apabila mereka melihat saudaranya berbeda pendapat dengannya dalam suatu perbuatan karena mengikuti tuntutan dalil maka sebenarnya saudaranya itu telah sepakat dengan mereka, karena mereka mengajak untuk mengikuti dalil dimanapun adanya. Sehingga apabila dengan menyelisihi mereka itu menjadikan dirinya sesuai dengan dalil yang ada (dalam pandangannya), maka pada hakikatnya dia telah bersepakat dengan mereka, karena dia sudah meniti jalan yang mereka serukan dan tunjukkan yaitu keharusan untuk berhukum dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah -shallallahu `alaihi wa sallam-.

Dan terjadinya  perbedaan pendapat dalam masalah-masalah seperti ini di kalangan para sahabat tidaklah tersembunyi di kalangan banyak `ulama, bahkan sudah ada juga di jaman Nabi -shallallahu `alaihi wa sallam-. Dan ternyata tidak ada seorangpun di antara mereka yang bersikap keras kepada yang lainnya. Ketika Nabi -shallallahu `alaihi wa sallam- pulang dari perang Ahzab dan Jibril datang kepada beliau menyuruh beliau agar memberangkatkan para sahabat ke Bani Quraizhah yang telah membatalkan perjanjian. Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun berpesan kepada para sahabatnya: “Janganlah kalian shalat `Ashar kecuali di Bani Quraizhah”. (Riwayat Al-Bukhari no. 946 dan Muslim no. 1770). Maka mereka berangkat dari Madinah menuju Bani Quraizhah namun di tengah perjalanan mereka pada waktu shalat `Ashar sudah hampir habis, di antara mereka ada yang mengakhirkan shalat `Ashar sehingga tiba di Bani Quraizhah sesudah keluar waktu shalat. Mereka beralasan karena Nabi -shallallahu `alaihi wa sallam- telah bersabda: “Janganlah kalian shalat `Ashar kecuali di Bani Quraizhah”. Ada juga di antara mereka yang mengerjakan shalat pada waktunya, mereka ini mengatakan bahwa yang dimaksud oleh Rasul -shallallahu `alaihi wa sallam- ialah perintah agar mereka bersegera berangkat ke sana dan bukan bermaksud agar kita mengakhirkan shalat di luar waktunya –dan mereka inilah yang benar- akan tetapi meskipun demikian Nabishallallahu `alaihi wa sallam- tidak bersikap keras terhadap salah satu di antara kedua kelompok tersebut. DAN HAL ITU TIDAKLAH MEMBUAT MEREKA MEMUSUHI DAN MEMBENCI SHAHABAT LAIN SEMATA-MATA KARENA PERBEDAAN MEREKA DALAM MEMAHAMI DALIL INI.

Oleh sebab itulah saya berpandangan bahwa menjadi kewajiban kaum muslimin yang menisbatkan dirinya kepada sunnah SUPAYA MENJADI UMAT YANG BERSATU PADU DAN JANGANLAH TERJADI TAHAZZUB (TINDAKAN BERGOLONG-GOLONGAN). Yang ini membela suatu kelompok, sedangkan yang lain membela kelompok lainnya, dan pihak ketiga membela kelompok ketiga dan seterusnya, yang mengakibatkan mereka saling bergontok-gontokan dan melontarkan ucapan-ucapan yang menyakitkan, saling memusuhi dan membenci gara-gara perselisihan dalam masalah-masalah yang diperbolehkan untuk berijtihad di dalamnya. Dan saya tidak perlu untuk menyebutkan tiap-tiap kelompok itu secara detail, akan tetapi orang yang berakal pasti bisa memahami dan memetik kejelasan perkaranya.

SAYA JUGA BERPANDANGAN BAHWASANYA AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH WAJIB UNTUK BERSATU, BAHKAN MESKIPUN MEREKA BERBEDA PENDAPAT DALAM HAL-HAL YANG MEREKA PERSELISIHKAN, SELAMA HAL ITU MEMANG DIBANGUN BERDASARKAN DALIL-DALIL MENURUT PEMAHAMAN YANG MEREKA CAPAI. Karena hal ini (perbedaan pendapat dalam masalah ijtihadiyah) sesungguhnya adalah perkara yang lapang, dan segala puji hanya bagi Allah. MAKA YANG TERPENTING ADALAH TERWUJUDNYA KETERIKATAN HATI DAN KESATUAN KALIMAT. Dan tidaklah perlu diragukan bahwasanya musuh-musuh umat Islam sangat senang apabila di antara umat Islam saling berpecah belah, entah mereka itu musuh yang terang-terangan maupun musuh yang secara lahiriyah menampakkan pembelaan terhadap kaum muslimin atau mengaku loyal kepada agama Islam padahal sebenarnya mereka tidaklah demikian. Maka wajib bagi kita untuk menonjolkan karakter istimewa ini, sebuah karakter yang menjadi ciri keistimewaan kelompok yang selamat; yaitu bersepakat di atas satu kalimat”. (Fatawa Arkanil Islam halaman 22-26 Cetakan Dar Ats-Tsurayya, Karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-`Utsaimin).

|Abu Uwais Musaddad
|Kotaraya, Sulawesi Tengah Kamis 28 Dzulhijjah 1440 H/29 Agustus 2019 M.

Jujur dan ikhlas adalah kunci kemuliaan


JUJUR DAN IKHLAS ADALAH KUNCI KEMULIAAN⁣

Abu Bakr Al Marrudzi pernah mendengar seorang laki-laki menyebutkan kejujuran dan keikhlasan kepada Imam Ahmad bin Hambal, lalu Imam Ahmad Rahimahullah berkata, ⁣
"Dengan inilah (jujur dan ikhlas), suatu kaum dimuliakan oleh Allah."⁣

(Kitab Manaqib Imam Ahmad, Hal 267)⁣

_______ .-❁✿❁- ._______⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
⁣⁣⁣⁣⁣⁣
➡ Yuk ikuti media sosial HSI AbdullahRoy⁣⁣⁣⁣⁣⁣
________________⁣⁣⁣⁣⁣⁣
.⁣⁣⁣⁣⁣⁣
• Website : abdullahroy.com⁣⁣⁣⁣⁣⁣
• Youtube : youtube.com/hsiabdullahroy⁣⁣⁣⁣⁣⁣
• Twitter : twitter.com/hsiabdullahroy⁣⁣⁣⁣⁣⁣
• Facebook : facebook.com/hsiabdullahroy⁣⁣⁣⁣⁣⁣
• Instagram : instagram.com/hsi.abdullahroy⁣⁣⁣⁣⁣⁣
.⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
#HSIAbdullahRoy #HSI #AbdullahRoy #UstadzAbdullahRoy⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣
#HSIPeduli #HSIMedia #BelajarTauhid #IndonesiaBertauhid #dakwahindonesia #dakwahsunnah #belajarislam #alqurandansunnah #dzulhijjah #posterdakwah #dakwahsalaf #jujur #nasehat⁣⁣ #mutiarasalaf ⁣
⁣⁣⁣

Pecinta dunia tidak lepas dari 3 hal

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
.
“pecinta dunia tidak lepas dari 3 hal: kegalauan yang terus-menerus, keletihan yang terus-menerus, dan kekecewaan yang tiada berakhir” (Ighatsatul Lahafan, 1/37)

Dosa adalah penyebab engkau diganggu jin dan manusia

DOSA ADALAH PENYEBAB ENGKAU DIGANGGU JIN DAN MANUSIA

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:

تالله ما عدا عليك العدو إلا بعد أن تولى عنك الولي، فلا تظن أن الشيطان غلب؛ ولكن الحافظَ أعرض!

"Demi Allah, tidaklah musuh berbuat jahat terhadapmu kecuali setelah Sang Pelindung (Allah) meninggalkanmu, jadi jangan menyangka bahwa setan yang menang, tetapi karena Sang Pelindung berpaling."

_________

Al-Fawaid, jilid 1 halaman 68

Sumber : shahihfiqih.com/mutiara-salaf/dosa-adalah-penyebab-engkau-diganggu-jin-dan-manusia/

Berdoalah pasti beruntung

📚 BERDO’A LAH PASTI BERUNTUNG
.
Dari Abu Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad 3/18. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid).
.
Ingatlah bahwa Allah Ta’ala memang Maha Mengijabahi setiap do’a. Allah Ta’ala berfirman,
.
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu’min: 60).
.
Boleh jadi Allah mengabulkan do’a tersebut sebagaimana yang diminta. Boleh jadi Allah ganti dengan yang lebih baik. Boleh jadi pula Allah ganti dengan yang lain karena yang kita minta barangkali tidak baik untuk kita.
.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 216).
.
Jika setiap orang memahami hal ini, maka tentu ia akan terus banyak berdo’a dan banyak memohon pada Allah. Karena setiap do’a yang dipanjatkan pasti bermanfaat. Segala sesuatu yang Allah karuniakan, itulah yang terbaik.
.
♻ Silakan disebarluaskan, semoga bermanfaat.
.
___________________________________

Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
___________________________________
.
📡 Silahkan sesuaikan perangkat Parabola di:
.
PALAPA D Freq 4053 KHz
Symbol Rate 3333 Polarity H
.
📍 DONASI DAKWAH :
.
🗳BNI Syariah 08 183 183 01
🗳a/n Yayasan Pilar Media Komunikasi
📋 Konfirmasi Donasi :
0838-0600-0003
http://bit.ly/SunduqDewanFatwa
.
📍SOSIAL MEDIA, LIVE STREAMING, TANYA FATWA :
.
http://linktr.ee/DewanFatwaPA

#FatwaTV
#posterdakwah
#posterislami
#kekuatandoa
#berdoalah
#doadikabulkan
#dakwahtauhid
#dakwahsunnah
#dewanfatwa
#tadabburquran
#kutipanayat

Sururiyah Ikhwani yah safar hawali gembong sururiyah

#SURURIYAH_IKHWANIYAH
#SAFAR_HAWALI_Gembong_Sururiyah

🔊Berkata Syaikh Prof. DR. Sulaiman Ar Ruhaili hafidzahullah :

"Jama'ah Ikhwan Muslimin pada masa kini melihat bahwa ketika mereka tidak berbicara Tauhid maka orang orang akan lari dari mereka, maka datanglah  Ikhwan dalam bentuk lain dengan cashing yang baru yaitu SURURIYAH namun hakikatnya adalah Ikhwan Muslimin, tapi berkilau.
terlihat berkilau karena dua sebab yaitu :
1. menampakkan perhatian dengan Ilmu
2. menampakkan perhatian dengan Tauhid.
tetapi jika engkau perhatikan keadaan mereka dalam masalah ilmu dan tauhid niscaya engkau dapatkan dua perkara :
yang pertama. Perhatian mereka kepada Tauhid sebagai perantara untuk menuangkan pemikiran mereka, sekedar umpan.

saya kasih contoh Safar Hawali termasuk tokoh pembesar Sururiyah, waktu itu kalau setelah ashar dia mengajar Aqidah Thahawiyah tapi setelah maghrib dia mengajar pemikiran pemikiran Sururiyah yang hakikatnya adalah pemikiran Ikhwan Muslimun".

📝Potongan Video Daurah Lombok 2018.
*DR. Safar Hawali adalah Gembong Sururi muridnya Muhammad Qutub (saudara Sayyid Qutub -dan satu pemikiran-), termasuk orang pertama yang menuduh Syaikh Al Albani sebagai murji', maka setelah itu tersebarlah dikalangan sururiyun bahwa (Syaikh Al Albani Murji'). -dalam kitabnya Dhahiratul Irja'-.

--------------------
📝Faedah Jum'at siang.

Antara kebaikan dan dosa

Antara Kebaikan dan Dosa..⁣⁣
⁣⁣
Sulaiman Attaimiy berkata,⁣⁣
⁣⁣
"Kebaikan itu cahaya di hati dan kekuatan untuk beramal. Dan, dosa itu kegelapan di hati dan melemahkan amal.."⁣⁣
(Hilyatul Auliya)⁣⁣
⁣⁣
Maka,⁣⁣
Perbanyaklah amal-amal kebaikan..⁣⁣
Jauhilah amal-amal kejelekan yang membawa dosa..⁣⁣
⁣⁣
Semoga Allah mudahkan kita untuk beramal kebaikan..⁣⁣
⁣⁣
---⁣⁣
⁣⁣
Follow IG kami,⁣⁣⁣⁣⁣
@masjidmpd - Official Account MPD⁣⁣⁣⁣⁣
@mpdtv - Akun Video MPD⁣⁣⁣⁣⁣
@mpd.peduli - Akun MPD Peduli⁣⁣
@mpdstore - Gerai Online MPD⁣⁣⁣

Kamis, 29 Agustus 2019

Hasan Basri rahimahullah mengakatan mukmin itu.

Mukmin ituu...⁣

Hasan Al Bashri rahimahullahu mengatakan,⁣

"Mukmin itu tidak bodoh. Tapi jika dijahili ia tidak cepat emosi. Jika didzalimi ia berusaha memaafkan. Dan, jika dihalangi ia bersabar.."⁣
(Mushonnaf Abdurrazzaq, No. 20254)⁣

Semoga Allah mudahkan kita perbaiki diri..⁣

---⁣

Fp FB Masjid Mpd pogong Dalangan

Kelapangan dan keluasan dengan ilmu

#KELAPANGAN_dan_KELUASAN
#DENGAN_ILMU

📝Berkata Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah :

الْعِلْمُ فَإِنَّهُ يَشْرَحُ الصَّدْرَ وَيُوَسِّعُهُ حَتَّى يَكُونَ أَوْسَعَ مِنَ الدُّنْيَا، وَالْجَهْلُ يُورِثُهُ الضِّيقَ وَالْحَصْرَ وَالْحَبْسَ، فَكُلَّمَا اتَّسَعَ عِلْمُ الْعَبْدِ انْشَرَحَ صَدْرُهُ وَاتَّسَعَ، وَلَيْسَ هَذَا لِكُلِّ عِلْمٍ، بَلْ لِلْعِلْمِ الْمَوْرُوثِ عَنِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ الْعِلْمُ النَّافِعُ فَأَهْلُهُ أَشْرَحُ النَّاسِ صَدْرًا، وَأَوْسَعُهُمْ قُلُوبًا، وَأَحْسَنُهُمْ أَخْلَاقًا، وَأَطْيَبُهُمْ عَيْشًا

"Ilmu dapat melapangkan dan meluaskan dada seseorang, bahkan sampai lebih luas dari dunia. Sedangkan kebodohan mewariskan kesempitan dan keterbatasan, maka semakin luas ilmu seorang hamba niscaya semakin lapang dan luas dadanya. tetapi ini bukan sembarang ilmu, hanya ilmu yang diwarisi dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yaitu ilmu yang bermanfaat. maka ahlul ilmi adalah orang yang paling lapang dadanya, paling luas hatinya, paling baik akhlaqnya dan paling bagus kehidupannya".
📓Zaadul ma'ad 2/23.

#Semoga Allah kabulkan doa kita :

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي

"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku". (Qs. Thaha : 25 - 26).

📌 ---------------
Solo/29/08/19.
Ustadz Muhammad Alif LC pengajar PP imam Al Bukhari solo

Berkata imam syafii

Berkata Imam as Syafi'i rohimahulloh: "Seandainya engkau berusaha sekuat tenaga untuk menyenangkan semua orang maka engkau tidak akan bisa, Jika begitu... maka ikhlaskan amalan dan niatmu hanya untuk Alloh 'Azza wa jalla." [Manaqib al Baihaqiy 2/173]

Alhujjah.com

Rabu, 28 Agustus 2019

Ancaman bagi yg tidak mau haji , mati Yahudi atau nashrani

#ANCAMAN BAGI YANG TIDAK MAU HAJI, MATI YAHUDI ATAU NASRANI#
#WASPADALAH...!!!

Orang yang mampu berangkat haji dan dia sengaja tidak berangkat haji, atau memiliki keinginan untuk tidak berhaji maka dia melakukan dosa besar. Allah berfirman,

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
(QS. Ali Imran: 97)

Ketika menjelaskan tafsir ayat ini, Ibnu Katsir membawakan keterangan dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu,

أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: مَنْ أَطَاقَ الْحَجَّ فَلَمْ يَحُجَّ، فَسَوَاءٌ عَلَيْهِ يَهُودِيًّا مَاتَ أَوْ نَصْرَانِيًّا، وَهَذَا إِسْنَادٌ صَحِيحٌ إِلَى عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

Bahwa Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ‘Siapa yang mampu haji dan dia tidak berangkat haji, sama saja, dia mau mati yahudi atau mati nasrani.’

Komentar Ibnu Katsir, ‘Riwayat ini sanadnya shahih sampai ke Umar radhiyallahu ‘anhu.’

Kemudian diriwayatkan oleh Said bin Manshur dalam sunannya, dari Hasan al-Bashri, bahwa Umar bin Khatab mengatakan,

لَقَدْ هَمَمْتُ أَنَّ أَبْعَثَ رِجَالًا إِلَى هَذِهِ الْأَمْصَارِ فَيَنْظُرُوا كُلَّ مَنْ كَانَ لَهُ جَدَّةٌ فَلَمْ يَحُجَّ، فَيَضْرِبُوا عَلَيْهِمُ الْجِزْيَةَ مَا هُمْ بمسلمين، ما هم بمسلمين

Saya bertekad untuk mengutus beberapa orang ke berbagai penjuru negeri ini, untuk memeriksa siapa diantara mereka yang memiliki harta, namun dia tidak berhaji, kemudian mereka diwajibkan membayar fidyah. Mereka bukan bagian dari kaum muslimin.. mereka bukan bagian dari kaum muslimin.
(Tafsir Ibnu Katsir, 2/85)

Ust David Saputra LC
Alumnus universitas Islam madinah

Diantara keutamaan mempelajari hadist nabi shalallahu alaihi wasalam

Diantara keutamaan mempelajari hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah:

Menambah cahaya wajah

Nabi Shallalahu ‘alaihi wasallam mendo’akan orang yang mempelajari hadits Nabi agar diberikan cahaya di wajahnya, beliau bersabda :
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
“Semoga Allah memberikan nudlrah (cahaya di wajah) kepada orang yang mendengarkan sabdaku lalu ia memahaminya, menghafalnya dan menyampaikannya, berapa banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faqih darinya, ada tiga perkara yang tidak akan dengki hati muslim dengannya: mengikhlaskan amal karena Allah, menasehati pemimpin kaum muslimin dan berpegang kepada jama'ah mereka karena do'a mereka meliputi dari belakang mereka”.[HR At Tirmidzi no 2658]

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,” Kalaulah tidak ada keutamaan menuntut ilmu (hadits) kecuali hadits ini, cukuplah ia sebagai kemuliaan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendo’akan untuk orang yang mendengar sabdanya, memahami, menghafal dan menyampaikannya. Inilah martabat-martabat ilmu ; yang pertama dan kedua adalah mendengarkan dan memahaminya dengan hati maksudnya mengikatnya dan menjadi tetap di dalam hatinya…
Yang ketiga adalah menghafalnya sehingga tidak melupakannya, dan yang keempat adalah menyampaikan dan menyebarkannya kepada umat sehingga tercapai maksud dan buahnya yaitu menyebarkannya kepada umat, karena ia bagaikan harta karun yang terpendam di dalam bumi yang apabila tidak dipergunakan ia akan segera hilang. Ilmu bila tidak diinfakkan dan diajarkan akan hilang, namun bila diinfakkan ia akan berkembang dan bertambah.
Barangsiapa yang melaksanakan empat martabat ini, ia termasuk ke dalam do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut yang mengandung keindahan lahir dan batin. Karena nudlrah adalah keindahan dan keelokan yang menghiasi wajah akibat pengaruh iman, kebaikan batin, kegembiraan hati, dan merasakan kelezatannya yang semuanya itu tampak sebagai cahaya di wajah.”[Miftah Darissa'adah 1/94]

Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata,” Tidak ada seorangpun dari ahli hadits kecuali di wajahnya terdapat cahaya berdasarkan hadits ini.”[Qowa'id tahdits hal 48]

Hadits di atas memberikan motivasi kepada kita untuk mempelajari hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, memahaminya, menghafalnya dan menyampaikannya kepada orang lain, oleh karena itu setiap kita berusaha dan berlomba-lomba untuk memahami hadits dan mengamalkannya dalam kehidupan kita, dan mendahulukannya dari perkataan siapapun.

Ustadz Badrussalam lc

Keutamaan mempelajari hadist

Keutamaan mempelajari hadits

Mempelajari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah keutamaan yang amat agung, imam An Nawawi rahimahullah berkata,” Sesungguhnya diantara ilmu yang paling penting adalah mempelajari hadits-hadits nabi, maksudnya mempelajari matan-matannya, shahih, hasan, dan dla’ifnya, dan ilmu-ilmu hadits lainnya, buktinya adalah : bahwa sesungguhnya syari’at kita berdasarkan kepada Al Qur’an dan sunnah, dan sunnah adalah poros hukum-hukum fiqih, dan kebanyakan ayat-ayat hukum adalah bersifat global, dan penjelasannya ada dalam sunnah.
Para ulama bersepakat bahwa diantara syarat mujtahid baik dari qadli maupun mufti adalah berilmu tentang hadits-hadits hukum. Maka menjadi jelas bahwa menyibukkan diri dengan hadits adalah kebaikan yang paling utama dan taqorrub yang paling agung…”.

Al ‘Allamah Asy Syihab Ahmad Al manini Ad Dimasyqi rahimahullah berkata,” Sesungguhnya ilmu hadits adalah ilmu yang mempunyai kedudukan tinggi, kebanggan yang agung, dan sebutan yang mulia. Tidak ada yang memperhatikannya kecuali ulama dan tidak ada yang terhalang darinya kecuali orang-orang yang bodoh, dan kebaikan-kebaikan ilmu hadits tidak pernah habis sepanjang zaman…”[qowaid tahdits hal 44]

Ustadz Badrussalam lc

Dilaknat oleh rasululah

📚 DILAKNAT OLEH RASULULLAH
.
Larangan suap disebutkan dalam kitab suci al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Larangan dalam al-Qur’an diambil dari celaan Allâh Azza wa Jalla kepada kaum Yahudi yang biasa mengambil suap. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
.
سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ
.
Mereka (orang-orang Yahudi) itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan suht (yang haram). [Al-Maidah/5: 42].
.
Imam al-Baghawi rahimahullah menjelaskan ayat ini dengan mengatakan, “Ibnu Katsir, Abu Ja’far, dan Ulama Bashrah, dan al-Kisa’i, membaca dengan suhut –dengan huruf ha’ yang didhammahkan -, Ulama lainnya membacanya dengan suht –huruf ha’ dibaca sukun-, artinya haram. (Ayat) ini turun tentang para hakim Yahudi, Ka’b al-Asyraf dan semacamnya, mereka menerima suap dan memutuskan hukum untuk memenangan orang yang menyuap mereka”. [Tafsir al-Baghawi, 3/58].
.
Dari Abdullah bin ‘Amr, dia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu’alaihi wa sallam melaknat pemberi suap dan penerima suap. [HR. Ahmad, no. 6532, 6778, 6830, ; Abu Dawud, no. 3582; Tirmidzi, no. 1337 ; Ibnu Hibban, no. 5077. Hadits ini dinilai sebagai hadits shahih oleh syaikh Al-Albani dan syaikh Syu’aib al-Arnauth].
.
Semoga apa yang dituliskan ini ada manfaatnya. Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
.
♻ Silakan disebarluaskan, semoga bermanfaat.
.
___________________________________

Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
___________________________________
.
📡 Silahkan sesuaikan perangkat Parabola di:
.
PALAPA D Freq 4053 KHz
Symbol Rate 3333 Polarity H
.
📍 DONASI DAKWAH :
.
🗳BNI Syariah 7070787899
🗳a/n Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
📋 Konfirmasi Donasi :
0838-0600-0003
http://bit.ly/SunduqDewanFatwa
.
📍SOSIAL MEDIA, LIVE STREAMING, TANYA FATWA :
.
http://linktr.ee/DewanFatwaPA

#kutipanulama
#posterdakwah
#larangansuap
#suapharam
#pemberisuap
#penerimasuap
#posterislami
#dakwahsunnah
#dakwahtauhid
#FatwaTV
#instadakwahsunnah

Dokumentasi pendapat imam Ahmad

DOKUMENTASI PENDAPAT-PENDAPAT IMAM AHMAD

Diantara bakti seorang murid kepada gurunya adalah mencatat faedah-faedah ilmiyyah yang diajarkan oleh gurunya. Pada zaman sekarang kalau kita melihat buku-buku ulama kontemporer seperti asy-Syaikh ibnu Utsaimin, Shalih al-Fauzan dan selainnya, maka kita dapati sebagiannya merupakan transkip dari ceramah-ceramah mereka, baik dars secara umum, fatwa-fatwa dalam program acara tertentu, maupun penjelasan atas suatu kitab yang kemudian dibukukan menjadi syarah atas kitab tersebut. Ini semua adalah hasil jerih payah murid-murid mereka yang memindahkan informasi dari para masyaikh tersebut yang tadinya berupa suara menjadi dalam bentuk tulisan atau dengan istilah yang ringkas disebut transkip.

Ternyata upaya ini juga sudah dilakukan oleh para salaf kita, seperti penulisan hadits dan semisalnya. Diantaranya juga adalah mendokumentasikan hasil tanya jawab seorang murid kepada gurunya dalam masalah-masalah fiqhiyyah, semisal yang dilakukan oleh murid-murid Imam Ahmad rahimahumullah. atas izin Allah, kemudian hasil jerih payah mereka, kita bisa mendapatkan sekarang ini, pendapat-pendapat Imam Ahmad atas berbagai permasalahan fiqhiyyah yang ditanyakan oleh murid-muridnya tersebut.

Berikut beberapa kitab yang mendokumentasikan hal tersebut yang sudah dicetak dan sampai ke tangan kita :
1. Masail anak beliau sendiri, al-Imam Abdullah bin al-Imam Ahmad. Linknya : https://waqfeya.com/book.php?bid=561.
2. Masail anak beliau lainnya, al-Imam Shalih bin al-Imam Ahmad. Linknya : http://waqfeya.com/book.php?bid=4375.
3. Masail dari Imam besar, mujtahid mutlak, al-Imam Abu Dawud as-Sijistani. Link : https://waqfeya.com/book.php?bid=4371.
Kitab ini bahkan telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
4. Masail dari al-Imam Ishaq al-Kuusaji rahimahullah, selain beliau mendokumentasikan fatwa-fatwa Imam Ahmad, beliau juga menanyakan pertanyaan yang sama kepada rekan Imam Ahmad juga yang merupakan Imam besar pada waktu itu, Mujtahid mutlak, al-Imam Ishaq bin Rahawaih. link : https://waqfeya.com/book.php?bid=2018.
5. Masail dari al-Imam ibnu Hani rahimahullah. Link : https://waqfeya.com/book.php?bid=4374.
6. Masail Imam Harb al-Karmaaniy terhadap Imam Ahmad dan juga Imam Ishaq bin Rahawaih. Link : http://waqfeya.net/book.php?bid=10798.

Jazakumullah khoir atas khidmat para ulama kita semuanya.

Abu Sa'id Neno Triyono

Ilmu yg bermanfaat

ILMU YANG BERMANFAAT

📝Berkata Al Imam Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah :

مِن عَلامَات العِلْمِ النَّافِع؛ أنَّه يَدُلّ صَاحبَه عَلَى الهَربِ مِن الدُّنْيَا، وَأَعظَمها الرِّياسَةُ وَالشُّهرَة وَالمَدْح.
وَإنَّ صَاحِب العِلْمِ النَّافِع لَا يدَّعِي العِلْمَ وَلَا يَفْخرُ بِه عَلَى أَحدٍ، وَلَا ينْسِبُ غَيرَه إِلَى الجَهلِ إلَّا مَن خَالفَ السُّنةَ وأَهلَهَا فَإنَّه يَتَكلَّم فِيه غَضْباً لِلهِ، لَا غَضْبًا لنَفْسِهِ وَلَا قَصْدًا لِرفعَتِهَا علَى أَحَدٍ.

"Diantara tanda ilmu yang bermanfaat adalah membimbing (pemiliknya) untuk lari dari (tipu daya) dunia, terutama kekuasaan, ketenaran dan pujian.
Karena sesungguhnya orang yang memiliki ilmu bermanfaat :
1. Tidak pernah mengaku punya ilmu
2. Tidak menyombongkan ilmunya kepada siapapun
3. Tidak menuduh orang lain bodoh kecuali yang menyimpang dari sunnah dan Ahlis sunnah.
maka dia boleh membicarakan keburukan/penyimpangan orang tersebut karena Allah, bukan untuk membela dirinya atau merasa lebih dari orang lain".

📓-ringkas- kitab. Fadhlu ilmis salaf ala ilmil khalaf, hal. 85 - 86. -tahqiq Syaikh Muhammad Nashir Al 'Ajmi hafidzahullah-.

🔖Semoga kita semua dikarunia Allah ilmu yang bermanfaat,

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

"Ya Allah, aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amalan yang diterima".

Ustadz Muhammad Alif, Lc

Ijma sahabat dan tabi'in tentang karirnya orang yg meninggalkan sholat

Ijma sahabat dan tabi'in tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

بَيْن الرَّجل وَبَيْن الشِّرْكِ وَالكُفر ترْكُ الصَّلاةِ

“Pembatas bagi antara seseorang dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan shalat” (HR. Muslim no. 82).

Para sahabat Nabi ijma’ (bersepakat) bahwa orang yang meninggalkan shalat 5 waktu maka dia keluar dari Islam. Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqaili mengatakan:

لم يكن أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم يرون شيئا من الأعمال تركه كفر غير الصلاة

“Dahulu para sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak memandang ada amalan yang bisa menyebabkan kekufuran jika meninggalkannya, kecuali shalat” (HR. At Tirmidzi no. 2622, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Dari Musawwar bin Makhramah radhiallahu'anhu:

أنَّه دخَلَ مع ابنِ عبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهما على عُمرَ رَضِيَ اللهُ عَنْه حين طُعِن، فقال ابنُ عبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهما: (يا أميرَ المؤمنين، الصَّلاةَ! فقال: أجَلْ! إنَّه لا حَظَّ في الإسلامِ لِمَنْ أضاعَ الصَّلاةَ)

"Ia masuk ke rumah Umar bin Khathab bersama Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma ketika Umar (pagi harinya) ditusuk (oleh Abu Lu'luah). Maka Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma berkata: Wahai Amirul Mukminin, ayo shalat! Umar pun menjawab: betul, tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang menyia-nyiakan shalat" (HR. Malik dalam Al Muwatha, 1/39, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 1/225).

Demikian juga ternukil ijma dari kalangan tabi'in. Dari Ayyub bin Abi Tamimah As Sikhtiyani, beliau mengatakan:

ترك الصلاة كفر لا نختلف فيه

“Meninggalkan shalat dalah kekufuran, kami (para tabi'in) tidak berbeda pendapat dalam masalah tersebut” (HR. Al Marwadzi dalam Ta'zhim Qadris Shalah, no. 978).

Orang yang kafir karena meninggalkan shalat adalah yang meninggalkan shalat secara keseluruhan (5 waktu). Bukan hanya sekedar meninggalkan 1 shalat. Orang yang meninggalkan 1 shalat, ada khilaf di antara ulama apakah ia kafir atau tidak, yang rajih statusnya belum kafir.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan:

إذا كان مُقرًّا بالفريضة، ولكن نفسه تغلبه كسلًا وتهاونًا، فإنَّ أهل العلم مختلفون في كفره، فمنهم مَن يرى أنَّ مَن ترك صلاة مفروضة، حتى يخرج وقتُها فإنه يكفُر، ومن العلماء مَن يراه لا يَكفُر إلَّا إذا تركها نهائيًّا، وهذا هو الصحيحُ؛ إذا تركها تركًا مطلقًا، بحيث أنه لا يهتمُّ بالصلاة؛ ولذا قال صلَّى اللهُ عليه وسلَّم: ((بين الرجلِ والشركِ تركُ الصَّلاةِ))، فظاهر الحديث هو الترك المطلَق، وكذلك حديثُ بُرَيدة: ((العهدُ الذي بيننا وبينهم الصلاةُ؛ فمَن ترَكَها فقدْ كفَرَ))، ولم يقُلْ: مَن ترك صلاةً، وعلى كلِّ حال؛ فالراجحُ عندي أنَّه لا يَكفُر إلَّا إذا تركها بالكليَّةِ

"Jika seseorang mengakui wajibnya shalat namun ia dikalahkan oleh rasa malas dan meremehkan shalat. Maka para ulama berbeda pendapat apakah ia kafir atau tidak. Sebagian ulama menyatakan bahwa orang yang meninggalkan satu shalat wajib saja hingga keluar waktunya maka dia kafir. Sebagian ulama berpendapat ia tidak kafir kecuali jika ia meninggalkan seluruh shalat. Inilah pendapat yang benar. Yaitu seseorang menjadi kafir jika meninggalkan shalat secara mutlak. Karena ini berarti ia tidak ada keinginan sama sekali untuk shalat. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: “Pembatas bagi antara seseorang dengan syirik dan kufur adalah meninggalkan shalat”. Zhahir hadits ini menunjukkan yang dimaksud Nabi adalah jika meninggalkan shalat secara mutlak. Demikian juga hadits Buraidah: "Sesungguhnya perjanjian antara kita dan mereka (kaum musyrikin) adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir". Nabi tidak bersabda: "barangsiapa yang meninggalkan satu shalat...". Namun, 'ala kulli haal, pendapat yang rajih ia tidak kafir kecuali jika meninggalkan shalat secara keseluruhan" (Majmu Fatawa war Rasail Ibnu Utsaimin, 12/51).

Wallahu a'lam.

Join channel telegram @fawaid_kangaswad

Adab Ketika menguap

ADAB ISLAM KETIKA MENGUAP

Agama Islam mengajarkan manusia akhlak-akhlak yang mulia dan melarang manusia dari akhlak-akhlak yang tercela. Diantara akhlak mulia dalam Islam adalah Islam mengajarkan adab ketika menguap.

[Yang hendaknya dilakukan ketika menguap]

Diantara adab yang diajarkan Islam ketika menguap adalah berusaha menahannya sebisa mungkin. Tidak membiarkan mulutnya ternganga dan terbuka ketika menguap. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ ، وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ ، فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ ، وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ : هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ

“sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan tidak menyukai tasa’ub (menguap). Jika seseorang bersin maka ucapkanlah hamdalah, dan merupakan hak baginya terhadap setiap muslim yang mendengarnya untuk ber-tasymit. Adapun menguap, itu dari setan. Maka hendaknya ia menahannya sebisa mungkin. Jika ia menguap sampai mengeluarkan suara “hah” maka setan pun tertawa” (HR. Bukhari no. 6223, Muslim no. 2994).

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ

“Jika kalian menguap maka tutuplah mulutnya dengan tangannya. Karena setan akan masuk”

Dalam lafadz yang lain:

إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ فَلْيَكْظِمْ مَا اسْتَطَاعَ

“Jika kalian menguap dalam shalat maka tahanlah sebisa mungkin” (HR. Muslim no. 2995).

Ibnu Allan Asy Syafi’i mengatakan:

أي قدر استطاعته ، وذلك بإطباق فيه ، فإن لم يندفع بذلك فبوضع اليد عليه

“Maksudnya tahanlah sebisa mungkin. Yaitu dengan melakukan ithbaq (menggabungkan bibir). Jika tidak bisa ditahan maka dengan meletakkan tangan di mulut” (Dalilul Falihin, 6/175).

Dari dalil-dalil di atas, bisa kita simpulkan bahwa yang pertama kali diusahakan ketika menguap adalah menahan mulut dengan menggabungkan bibir. Jika tidak mampu maka baru menggunakan tangan. Kemudian bersamaan dengan itu, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apapun baik suara “hah” atau suara apapun.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:

إذا حصل التثاؤب يشرع له أمور عدة. الأمر الأول: أنه يكظم ما استطاع يعني: يضم فمه ما استطاع حسب الطاقة. الثاني: أنه يضع يده على فيه. الثالث: أنه لا يقول: هاه، بل يحفظ لسانه ولا يتكلم بشيء لا قليل ولا كثير

“Jika menguap, disyariatkan beberapa perkata:

Pertama, menahan mulut sebisa mungkin, yaitu dengan cara menggabungkan bibir sebisa mungkin.

Kedua, (jika tidak mampu maka) meletakkan tangan di mulutnya.

Ketiga, menjaga lisannya agar tidak berkata-kata baik sedikit maupun banyak”

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/50986-adab-islam-ketika-menguap.html

Join channel telegram @fawaid_kangaswad
https://t.me/fawaid_kangaswad

Adab Islam ketika menguap

ADAB ISLAM KETIKA MENGUAP

Agama Islam mengajarkan manusia akhlak-akhlak yang mulia dan melarang manusia dari akhlak-akhlak yang tercela. Diantara akhlak mulia dalam Islam adalah Islam mengajarkan adab ketika menguap.

[Yang hendaknya dilakukan ketika menguap]

Diantara adab yang diajarkan Islam ketika menguap adalah berusaha menahannya sebisa mungkin. Tidak membiarkan mulutnya ternganga dan terbuka ketika menguap. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ ، وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ ، فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ ، وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ : هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ

“sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan tidak menyukai tasa’ub (menguap). Jika seseorang bersin maka ucapkanlah hamdalah, dan merupakan hak baginya terhadap setiap muslim yang mendengarnya untuk ber-tasymit. Adapun menguap, itu dari setan. Maka hendaknya ia menahannya sebisa mungkin. Jika ia menguap sampai mengeluarkan suara “hah” maka setan pun tertawa” (HR. Bukhari no. 6223, Muslim no. 2994).

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيهِ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ

“Jika kalian menguap maka tutuplah mulutnya dengan tangannya. Karena setan akan masuk”

Dalam lafadz yang lain:

إِذَا تَثَاوَبَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ فَلْيَكْظِمْ مَا اسْتَطَاعَ

“Jika kalian menguap dalam shalat maka tahanlah sebisa mungkin” (HR. Muslim no. 2995).

Ibnu Allan Asy Syafi’i mengatakan:

أي قدر استطاعته ، وذلك بإطباق فيه ، فإن لم يندفع بذلك فبوضع اليد عليه

“Maksudnya tahanlah sebisa mungkin. Yaitu dengan melakukan ithbaq (menggabungkan bibir). Jika tidak bisa ditahan maka dengan meletakkan tangan di mulut” (Dalilul Falihin, 6/175).

Dari dalil-dalil di atas, bisa kita simpulkan bahwa yang pertama kali diusahakan ketika menguap adalah menahan mulut dengan menggabungkan bibir. Jika tidak mampu maka baru menggunakan tangan. Kemudian bersamaan dengan itu, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara apapun baik suara “hah” atau suara apapun.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:

إذا حصل التثاؤب يشرع له أمور عدة. الأمر الأول: أنه يكظم ما استطاع يعني: يضم فمه ما استطاع حسب الطاقة. الثاني: أنه يضع يده على فيه. الثالث: أنه لا يقول: هاه، بل يحفظ لسانه ولا يتكلم بشيء لا قليل ولا كثير

“Jika menguap, disyariatkan beberapa perkata:

Pertama, menahan mulut sebisa mungkin, yaitu dengan cara menggabungkan bibir sebisa mungkin.

Kedua, (jika tidak mampu maka) meletakkan tangan di mulutnya.

Ketiga, menjaga lisannya agar tidak berkata-kata baik sedikit maupun banyak”

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/50986-adab-islam-ketika-menguap.html

Join channel telegram @fawaid_kangaswad
https://t.me/fawaid_kangaswad