Selasa, 29 April 2025

Wajibnya Berurutan Dalam Menjamak Shalat*

*Wajibnya Berurutan Dalam Menjamak Shalat*

Pertanyaan:

Jika saya berniat menjamak shalat zhuhur dengan shalat ashar di waktu ashar, apakah di waktu ashar boleh saya mengerjakan shalat ashar terlebih dahulu baru shalat zhuhur? Karena shalat ashar itu adalah shalat yang sesuai dengan waktunya. Ataukah harus shalat zhuhur terlebih dahulu?

Jawab:

Salah satu syarat sah dalam menjamak shalat adalah at-tartib, yaitu wajib dilakukan secara berurutan sesuai dengan urutan shalat. Shalat Zhuhur harus dilakukan lebih dahulu dari shalat Ashar. Demikian juga shalat Maghrib harus dilakukan lebih dahulu dari shalat Isya. Ini adalah pendapat jumhur ulama.

Di antara dalil yang disebutkan pada ulama adalah hadits dari Habib bin Abi Siba’ radhiallahu’anhu, 

أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ عامَ الأحزابِ صلَّى المغربَ فلما فرغ قال: هل علِم أحدٌ منكم أني صلَّيتُ العصرَ؟ قالوا: لا يا رسولَ اللهِ! ما صلَّيتَها فأمر المؤذنَ فأقام الصلاةَ فصلَّى العصرَ ثم أعاد المغربَ

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika Perang Ahzab pernah shalat Maghrib. Ketika beliau selesai, beliau bertanya:“Apakah ada di antara kalian yang tahu bahwa aku telah salat Ashar?” Mereka menjawab:“Tidak, wahai Rasulullah! Engkau belum melakukannya”. Maka beliau memerintahkan muadzin untuk iqamah, lalu beliau salat Ashar, kemudian mengulangi salat Maghrib”” (HR. Ahmad no.16975, Ath Thabarani dalam Mu’jam Al Kabir no.3542).

Namun hadits ini adalah hadits yang lemah. Dilemahkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam At Tamhid (6/408), Ibnu Rajab dalam Fathul Bari (3/372), dan Al Albani dalam Irwaul Ghalil (261). 

Namun terdapat hadits lain dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, beliau berkata,

إنَّ المشرِكينَ شغَلوا النَّبيَّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ عن أربعِ صلَواتٍ يومَ الخندقِ فأمرَ بلالًا فأذَّنَ ثمَّ أقامَ فصلَّى الظُّهرَ ثمَّ أقامَ فصلَّى العصرَ ثمَّ أقامَ فصلَّى المغربَ، ثمَّ أقامَ فصلَّى العِشاءَ

““Sesungguhnya kaum musyrikin telah menyibukkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sehingga tidak sempat melaksanakan empat salat pada hari perang Khandaq(Perang Ahzab). Maka beliau memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan, kemudian iqamah, lalu beliau salat Zhuhur. Kemudian iqamah lalu salat Ashar. Kemudian iqamah lalu salat Maghrib. Kemudian iqamah lalu salat Isya’” (HR. At Tirmidzi no.179, An Nasa’i no.662, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i no.661).

Dalam hadits ini Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengerjakan shalat-shalat yang terlewat secara berurutan. Ibnu Qudamah rahimahullah menjelaskan:

وجملة ذلك أن الترتيب واجب في قضاء الفوائت نص عليه في مواضع….. وقد روى عن ابن عمر رضي الله عنه ما يدل على وجوب الترتيب، ونحوه عن النخعي والزهري وربيعة ويحيى الأنصاري ومالك والليث وأبي حنيفة وإسحاق

“Kesimpulannya, bahwa at-tartib (berurutan) itu wajib dalam mengqadha shalat-shalat yang terlewat. Dan hal ini dinyatakan secara tegas dalam beberapa dalil …. terdapat riwayat dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang menunjukkan wajibnya tertib, demikian pula riwayat dari An-Nakha’i, Az-Zuhri, Rabi’ah, Yahya Al-Anshari, Malik, Al-Laits, Abu Hanifah, dan Ishaq” (Al Mughni, 1/676).

Selengkapnya:
https://fawaidkangaswad.id/2025/04/29/wajibnya-berurutan-dalam-menjamak-shalat/

Fawaid Kangaswad | https://lynk.id/kangaswad