Rabu, 23 April 2025

Mazhab Salaf dengan Sikap yang "Ramah" (Moderat) Ala Buya Hamka (Rahimahullah)

Mazhab Salaf dengan Sikap yang "Ramah" (Moderat) Ala Buya Hamka (Rahimahullah) 

●●● 

Framework keislaman yang menjadi acuan Buya Hamka—seorang ulama besar Muhammadiyah yang tersohor itu—adalah mazhab Salaf, sebagaimana penuturan beliau sendiri. Tentunya beliau juga tidak sekadar taqlid, melainkan dengan meneliti argumentasi untuk mencapai kebenaran. 

Pada bagian Muqaddimah dari Tafsir Al-Azhar, beliau berkata, "Mazhab yang dianut oleh Penafsir ini [yaitu Buya Hamka sendiri] adalah Mazhab Salaf, yaitu Mazhab Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau dan Ulama-ulama yang mengikuti jejak beliau. Dalam hal akidah dan ibadah, semata-mata taslim, artinya menyerah dengan tidak banyak tanya lagi. Tetapi tidaklah semata-mata taqlid kepada pendapat manusia, melainkan meninjau mana yang lebih dekat kepada kebenaran untuk diikuti, dan meninggalkan mana yang jauh menyimpang." [Ref.: Tafsir Al-Azhar, Jilid 1, hlm. 41, Pustaka Nasional Pte. Ltd. Singapura.] 

Pada kesempatan lain, beliau juga berkata, "Di dalam gerakan tajdid kita, aqidah dan ibadah kita kembali kepada madzhab Salaf. 'Ma ana 'alaihi wa ashhaabi.' Kita bersemangat menuju ke sana dan dalam duniawi kita pergunakan segala alat-alat modern untuk menegakkan sunnah Rasul." [Ref.: Ghirah, Cemburu karena Allah, Prof. Dr. Hamka, hlm. 73, Penerbit Gema Insani, cet. I, 2015.] 

Lalu siapa narasumber ulama (mutaakhirin) yang menurut Buya Hamka juga menganut mazhab Salaf tersebut? Di antara yang beliau sebutkan adalah Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab dan Sayyid Muhammad Rasyid Ridha (rahimahumullah). 

Pada sebagian jawaban atas suatu permasalahan terkait sebagian Sifat Allah yang diajukan kepada Buya Hamka, beliau berkata, "Di antara ulama mutaakhirin yang keras [kukuh, tegas] menganut paham Salaf ini adalah Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnul Qayyim, dan pada zaman terakhir adalah Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab, dan terakhir sekali adalah Sayyid Rasyid Ridha." 

Hal menarik terkait dengan jawaban persoalan di atas, setelah Buya Hamka menyebutkan tentang mazhab Salaf berikut tokoh-tokohnya tersebut, maka beliau juga kemudian menyebutkan tentang mazhab Khalaf, secara "ramah", tanpa bersikap ofensif. Beliau menutup jawabannya dengan ucapan: "Saudara Ninin Ridwan [selaku penanya] dapatlah menggabungkan kedua pendapat [yaitu mazhab Salaf dan mazhab Khalaf] yang sama indahnya ini." [Ref.: 1001 Soal Kehidupan, Buya Hamka, hlm. 34-35, Penerbit Gema Insani, Cetakan Ketiga, Agustus 2023 M.] 

Sikap "ramah" (moderat) Buya Hamka ini kiranya patut ditiru oleh para pegiat Salafisme di Indonesia—yang notabene merupakan negeri dengan penduduk yang beraneka ragam. 

Untuk hal-hal yang dinilai dan diyakini sebagai kekeliruan maka memang tidak perlu dibenarkan. Namun setidaknya upaya pelurusan terhadap kekeliruan tersebut serta penyampaian terhadap kebenaran yang diyakini itu perlu dilakukan dengan narasi yang baik (terutama dalam hal-hal yang memang telah diperselisihkan oleh para ulama sejak berabad-abad silam), bukan dengan ujaran kebencian nan provokatif yang berpotensi memicu terjadinya konflik di tengah masyarakat.  

Allahu a'lam. 

adniku 250423