Rabu, 30 April 2025

As-Safarini (w: 1188 H) -Rahimahullah- berkata: “Yang dimaksud dengan madzhab Salaf ialah apa yang dipegang teguh oleh Sahabat yang mulia -Ridwanallahu ‘Alaihim-, orang yang mengikuti mereka (sahabat) dengan baik, dan yang mengikuti mereka (tabi’in) dengan baik, dan para imam agama yang telah dipersaksikan keimamannya, diketahui besar perkaranya dalam agama, dan manusia telah mendapatkan kalam mereka secara estafet, bukan yang dituduh dengan kebid’ahan atau dikenal dengan gelar yang tidak diridhai”. (Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyyah 1/20).

Menisbatkan diri kepada manhaj salaf bukan sekedar cita-cita, keinginan atau jargon yg dipopulerkan, namun nisbat ini butuh keseriusan dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran manhaj salaf tersebut. Terlebih seorang yg mendaku sebagai dai, ustadz, kiyai atau tuan guru. Ya termasuk jg penuntut ilmu dan orang awwamnya sdh semestinya mempelajari pokok utama ajarannya.

Pakem manhaj salaf itu terang benderang ketika membahas masalah iman, seluk beluk rukunnya, pembatalnya, termasuk asma wa shifat, takfir, tabdi', al wala & al bara, muamalah hukkam/waliyyul amr, sahabat, ahli bait, karomah, furuiyyah yg masuk dlm ushuluddin, dan sebagainya. 

Bagi mereka yg tdk mempelajari, atau mempelajari namun tdk menekuni, atau sekedar tahu sedikit terkait ajaran utama manhaj Salaf, atau sekedar baca sendiri tanpa guru atau hanya mudzakarah bersama teman, ya tdk heran jika hasilnya tak sama dgn mrk yg benar-benar memahaminya. 

Apalagi dgn mrk yg duduk dihadapan guru yg lurus pemahaman terhadap manhaj. Bahkan, penanaman pakem manhaj ini hasilnya sangat dipengaruhi oleh peran guru dlm memahamkannya. Semakin guru itu tamassuk, semakin ajaran manhaj itu kuat menghujam ke dlm hati dan menusuk. 

Sebaliknya, mrk yg sekedarnya saja suka dgn manhaj yg haq ini, lalu akarnya belum kuat maka ktk ada angin fitnah berhembus niscaya goyahlah cara pandang dan cara berpikirnya. Akarnya yg blm menancap kuat menghasilkan manhaj layaknya tsaqofah atau pengetahuan saja, bukan sebagai mizan untuk menimbang baik dan buruk, yg haq dan yg bathil. 

Sayangnya, orang semisal diatas, mrk ini terlanjur dikenal sebagai orang berilmu bahkan sebagai dai bermanhaj salaf. Lambat laun terbukalah tabir mrk yg selalu mengkritisi pakem manhaj salaf, dainya dan jamaahnya. 

Nampaklah hakikat mrk dr penerapan manhaj yg sekedar tsaqofah atau wacana saja. Tidak nampak pd mrk gigitan dgn ujung gigi seri, apalagi gigi geraham dlm hal tamassuk dgn pakem manhaj yg diajarkan salafush shalih dr generasi ke generasi hingga kpd ulama pewarisnya hingga sekarang ini. 

As-Safarini (w: 1188 H) -Rahimahullah- berkata: “Yang dimaksud dengan madzhab Salaf ialah apa yang dipegang teguh oleh Sahabat yang mulia -Ridwanallahu ‘Alaihim-, orang yang mengikuti mereka (sahabat) dengan baik, dan yang mengikuti mereka (tabi’in) dengan baik, dan para imam agama yang telah dipersaksikan keimamannya, diketahui besar perkaranya dalam agama, dan manusia telah mendapatkan kalam mereka secara estafet, bukan yang dituduh dengan kebid’ahan atau dikenal dengan gelar yang tidak diridhai”. (Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyyah 1/20).

Sebagian mrk malah terkesan alergi dgn manhaj Salaf, Salafiyyah dan para Salafi. Terbukti dgn kritiknya yg tiada henti, arah anak panah sindirannya yg bertubi-tubi dan tahdzirannya yg tajam bak belati. Berbeda sekali dgn ulama dulu yg memberi sebutan salafi sebagai pujian kelas tinggi.

Al-Imam Adz-Dzhabi -Rahimahullah- memberikan biografi:
“Aku tidak mengetahui Ya’qub Al-Fasawi kecuali seorang salafi”. (Siyar A’lam An-Nubala 13/183).
“Tidaklah orang tersebut (Ad-Daruqutni) pernah masuk pada ilmu kalam, jidal, dan tidak pula mendalami hal itu, bahkan ia seorang salafi”. (Siyar 16/457).
“Ia (Ibnu Hubairah) seorang salafi atsari (pengikut atsar)”. (Siyar 20/426).

Ingat, manhaj ini bukan sekedar tsaqafah, wawasan dan pengakuan. Namun manhaj ini adalah cara beragama, cara berpikir, cara untuk menimbang mana yg haq dan mana yg bathil, cara untuk totalitas berserah diri, cara...cara...dan cara yg lainnya. 

Bukan cara untuk mengaku-ngaku, alergi, getol memberi kritik dan melemparkan batu tuduhan kpd orang-orang yg berusaha menggigit manhaj salaf dgn gigi gerahamnya. Jika begitu, tak layak orang spt tersebut berada dlm barisan Salafi. 

Wallahu waliyyuttaufiq...
Ustadz agung budiardi