Rabu, 30 April 2025

Hati-hati dengan Jin pemakan janin

Hati-hati dengan Jin pemakan janin

Mimpi itu berpola. Saya sering menemukan pola mimpi seperti ini untuk kasus yg sama.
Jadi analisa saya terkait mimpi di bawah ini bukanlah hasil ta'bir mimpi, ramalan, atau hasil terawang. Tapi pure "experience".
Jika anda sulit punya anak, dan sering mimpi sungai dan anak bayi sebelum datang bulan (haid), waspadalah. Jin pemakan janin sudah bersarang di Rahim. Segera ambil tindakan ruqyah. Jika tidak jin ini akan semakin kuat dan mengganggu rumah tangga anda hingga cerai..

Treatment:
- Ruqyah dengan air dicampur daun bidara, bacakan surat Asshaffat 1-60, lalu minum.
- Baca surat Ad dukhon (dengan niat ruqyah) setiap malam sambil memegang rahim. 
- Sebelum tidur membaca surat Al Mulk (setiap hari)
- Setiap ba'da shubuh baca surat Ali Imran (semampunya). Minimal 2 lembar pertama.

Protokol Memakai Bisht di Kerajaan Arab Saudi Berdasarkan Hari dan Warna.

Protokol Memakai Bisht di Kerajaan Arab Saudi Berdasarkan Hari dan Warna.

Bisth adalah jubah tipis yang ditumpuk di atas tsaub putih, dianggap sebagai pakaian mahal yang mewah. Biasanya digunakan dalam acara-acara khusus, pernikahan dan orang-orang memiliki kedudukan yang lebih tinggi, seperti pejabat, imam shalat, syaikh kabilah dan lain sebagainya.

Baca lebih banyak di: https://saudinesia.id/viral/protokol-memakai-bisht-di-kerajaan-arab-saudi-berdasarkan-hari-dan-warna/

Syaikh Sholih Al Fauzan pernah di tanya tentang berkumpul dengan kelompok² sempalan ahli bid'ah. Beliau menjawab:

Syaikh Sholih Al Fauzan pernah di tanya tentang berkumpul dengan kelompok² sempalan ahli bid'ah. Beliau menjawab:

"Jika tujuannya adalah untuk mendakwahi mereka agar berpegang teguh dengan Sunnah dan meninggalkan kesalahan mereka, maka ini baik. Dan ini termasuk berdakwah mengajak kepada Allah. Namun apabila tujuannya untuk bermanis-manisan bersama mereka dan untuk berteman dengan mereka tanpa dakwah dan tanpa menjelaskan kesalahan mereka, maka yg demikian tidak boleh.

Tidak boleh seseorang berkumpul dengan para penyelisih (Sunnah) kecuali atas sesuatu yg terdapat faidah syar'iyah padanya; seperti mengajak mereka kepada Islam yg benar dan menjelaskan kebenaran kepada mereka agar mereka kembali kepada kebenaran, sebagaimana perginya Ibnu Mas'ud menuju para ahli bid'ah yg sedang berkumpul di masjid dalam rangka mengingkari bid'ah mereka. Begitu juga dengan Ibnu 'Abbas yang pergi menuju sekelompok kaum khawarij untuk berdiskusi membantah mereka dan untuk menghilangkan syubhat mereka, yang pada akhirnya sebagian mereka rujuk.

Berkumpul dengan mereka jika tujuannya seperti di atas, maka ini merupakan perkara yg di tuntut. Namun jika mereka tetap pada kebatilan mereka (setelah di nasihati), maka wajib untuk menjauhi mereka..."

Sumber: Al Ajwibah Al Mufidah 'an as-ilatil Manahijil Jadidah.

Akhukum Abu Yahya Tomy

إيَّاك والتَّنَعُّمَ فإنَّ عبادَ اللهِ ليسوا بالمُتَنَعِّمينَ


أنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم لمَّا بعَث به إلى اليمنِ قال له إيَّاك والتَّنَعُّمَ فإنَّ عبادَ اللهِ ليسوا بالمُتَنَعِّمينَ

الراوي : معاذ بن جبل | المحدث : الهيثمي | المصدر : مجمع الزوائد | الصفحة أو الرقم : 10/253 | خلاصة حكم المحدث : رجاله ثقات

   الشرح

كان النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ قد أَرسَلَ مُعاذًا إلى اليَمَنِ سَنةَ تِسعٍ، وقيلَ: سَنةَ عَشْرٍ مِنَ الهِجرةِ، يُعلِّمُ أهلَها القُرآنَ وشَرائعَ الإسلامِ، ويَقضي بيْنَهم، ويَقبِضُ الصَّدَقاتِ.وفي هذا الحديثِ يُخبِرُ مُعاذُ بنُ جَبَلٍ رَضيَ اللهُ عنه أنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ لمَّا أَرسَلَه إلى اليَمَنِ أَوْصاه وحَذَّرَه مِن التَّنعُّمِ -وهو: التَّرَفُ- في المَأْكلِ والمَلْبسِ وطُرُقِ المَعيشةِ، والمُبالَغةِ في تَحصيلِ قَضاءِ الشَّهوةِ على وَجْهِ التَّكلُّفِ في البُغْيةِ بتَكثيرِ النِّعْمةِ، والحِرْصِ على النَّهْمةِ؛ "فإنَّ عِبادَ اللهِ" الذين هم خَواصُّه مِن خَلْقِه تَحلَّوا بشَرَفِ العُبُودِيَّةِ له سبحانَه "لَيسُوا بالمُتنَعِّمينَ"، والمُرادُ: أنَّ الذين يَعبُدونَ اللهَ حقًّا ويَرجُون آخِرتَه مِن خَصائِصِهم أنَّهم لَيسُوا مُتْرَفينَ، والتَّرَفُ وإنْ كان مُباحًا فإنَّهم يَزْهَدون فيه، ولا يَقصِدونه؛ لأنَّه يَدْعو إلى الرِّضا بالدُّنيا والاستِرسالِ فيها والاطمئنانِ بها، وقد يَجُرُّ إلى الحَرامِ؛ لأنَّ الحَلالَ في الأَغْلبِ لا يَتَّسِعُ للتَّنعُّمِ. وقيلَ: إنَّ الحديثَ مَحمولٌ على المُبالَغةِ في التَّنعُّمِ والمُداوَمةِ على قَصْدِه، وهذا ممَّا اختُصَّ به الكافِرونَ والفاجِرونَ والغافِلونَ والجاهِلونَ، كما قالَ تعالى: {إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِينَ} [الواقعة: 45].

As-Safarini (w: 1188 H) -Rahimahullah- berkata: “Yang dimaksud dengan madzhab Salaf ialah apa yang dipegang teguh oleh Sahabat yang mulia -Ridwanallahu ‘Alaihim-, orang yang mengikuti mereka (sahabat) dengan baik, dan yang mengikuti mereka (tabi’in) dengan baik, dan para imam agama yang telah dipersaksikan keimamannya, diketahui besar perkaranya dalam agama, dan manusia telah mendapatkan kalam mereka secara estafet, bukan yang dituduh dengan kebid’ahan atau dikenal dengan gelar yang tidak diridhai”. (Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyyah 1/20).

Menisbatkan diri kepada manhaj salaf bukan sekedar cita-cita, keinginan atau jargon yg dipopulerkan, namun nisbat ini butuh keseriusan dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran manhaj salaf tersebut. Terlebih seorang yg mendaku sebagai dai, ustadz, kiyai atau tuan guru. Ya termasuk jg penuntut ilmu dan orang awwamnya sdh semestinya mempelajari pokok utama ajarannya.

Pakem manhaj salaf itu terang benderang ketika membahas masalah iman, seluk beluk rukunnya, pembatalnya, termasuk asma wa shifat, takfir, tabdi', al wala & al bara, muamalah hukkam/waliyyul amr, sahabat, ahli bait, karomah, furuiyyah yg masuk dlm ushuluddin, dan sebagainya. 

Bagi mereka yg tdk mempelajari, atau mempelajari namun tdk menekuni, atau sekedar tahu sedikit terkait ajaran utama manhaj Salaf, atau sekedar baca sendiri tanpa guru atau hanya mudzakarah bersama teman, ya tdk heran jika hasilnya tak sama dgn mrk yg benar-benar memahaminya. 

Apalagi dgn mrk yg duduk dihadapan guru yg lurus pemahaman terhadap manhaj. Bahkan, penanaman pakem manhaj ini hasilnya sangat dipengaruhi oleh peran guru dlm memahamkannya. Semakin guru itu tamassuk, semakin ajaran manhaj itu kuat menghujam ke dlm hati dan menusuk. 

Sebaliknya, mrk yg sekedarnya saja suka dgn manhaj yg haq ini, lalu akarnya belum kuat maka ktk ada angin fitnah berhembus niscaya goyahlah cara pandang dan cara berpikirnya. Akarnya yg blm menancap kuat menghasilkan manhaj layaknya tsaqofah atau pengetahuan saja, bukan sebagai mizan untuk menimbang baik dan buruk, yg haq dan yg bathil. 

Sayangnya, orang semisal diatas, mrk ini terlanjur dikenal sebagai orang berilmu bahkan sebagai dai bermanhaj salaf. Lambat laun terbukalah tabir mrk yg selalu mengkritisi pakem manhaj salaf, dainya dan jamaahnya. 

Nampaklah hakikat mrk dr penerapan manhaj yg sekedar tsaqofah atau wacana saja. Tidak nampak pd mrk gigitan dgn ujung gigi seri, apalagi gigi geraham dlm hal tamassuk dgn pakem manhaj yg diajarkan salafush shalih dr generasi ke generasi hingga kpd ulama pewarisnya hingga sekarang ini. 

As-Safarini (w: 1188 H) -Rahimahullah- berkata: “Yang dimaksud dengan madzhab Salaf ialah apa yang dipegang teguh oleh Sahabat yang mulia -Ridwanallahu ‘Alaihim-, orang yang mengikuti mereka (sahabat) dengan baik, dan yang mengikuti mereka (tabi’in) dengan baik, dan para imam agama yang telah dipersaksikan keimamannya, diketahui besar perkaranya dalam agama, dan manusia telah mendapatkan kalam mereka secara estafet, bukan yang dituduh dengan kebid’ahan atau dikenal dengan gelar yang tidak diridhai”. (Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyyah 1/20).

Sebagian mrk malah terkesan alergi dgn manhaj Salaf, Salafiyyah dan para Salafi. Terbukti dgn kritiknya yg tiada henti, arah anak panah sindirannya yg bertubi-tubi dan tahdzirannya yg tajam bak belati. Berbeda sekali dgn ulama dulu yg memberi sebutan salafi sebagai pujian kelas tinggi.

Al-Imam Adz-Dzhabi -Rahimahullah- memberikan biografi:
“Aku tidak mengetahui Ya’qub Al-Fasawi kecuali seorang salafi”. (Siyar A’lam An-Nubala 13/183).
“Tidaklah orang tersebut (Ad-Daruqutni) pernah masuk pada ilmu kalam, jidal, dan tidak pula mendalami hal itu, bahkan ia seorang salafi”. (Siyar 16/457).
“Ia (Ibnu Hubairah) seorang salafi atsari (pengikut atsar)”. (Siyar 20/426).

Ingat, manhaj ini bukan sekedar tsaqafah, wawasan dan pengakuan. Namun manhaj ini adalah cara beragama, cara berpikir, cara untuk menimbang mana yg haq dan mana yg bathil, cara untuk totalitas berserah diri, cara...cara...dan cara yg lainnya. 

Bukan cara untuk mengaku-ngaku, alergi, getol memberi kritik dan melemparkan batu tuduhan kpd orang-orang yg berusaha menggigit manhaj salaf dgn gigi gerahamnya. Jika begitu, tak layak orang spt tersebut berada dlm barisan Salafi. 

Wallahu waliyyuttaufiq...
Ustadz agung budiardi

siapa bilang saudi tidak membantu palestina?