Diantara fitnah popularitas: enggan mengakui kesalahan dan rujuk pada kebenaran
Asy Syaukani rahimahullah mengatakan:
وَمن الْآفَات المانِعَة عَن الرُّجُوع إِلَى الحقّ: أن يكون المتكلّم بِالحقِّ حدث السنّ بِالنِّسْبَةِ إِلَى من يناظره، أَو قَلِيل العلم، أو الشُّهْرَة فِي النَّاس، وَالآخرُ بعكس ذَلِك؛ فَإِنَّهُ قد تحمله حميّة الجاهِلِيَّة والعصبيّة الشّيطانيّة على التَّمَسُّك بِالبَاطِلِ؛ أَنَفَةً من الرُّجُوع إِلَى قَول من هُوَ أَصْغَر مِنْهُ سنًّا، أَو أقلّ مِنْهُ علمًا، أَو أخْفى شُهْرةً؛ ظنًّا مِنْهُ أَنّ فِي ذَلِك عَلَيْهِ مَا يحطّ مِنْهُ وَينْقص مَا هُوَ فِيهِ
"Diantara penyakit yang menghalangi orang untuk rujuk kepada kebenaran adalah: penolak kebenaran menganggap orang yang menyampaikan kebenaran dianggap sebagai orang yang lebih muda, atau lebih sedikit ilmunya atau TIDAK LEBIH TENAR di tengah manusia, dibandingkan si penolak kebenaran. Sedangkan ia, adalah kebalikannya (lebih tua, lebih berilmu dan lebih tenar). Maka ia pun lebih memilih menegakkan fanatisme jahiliyah ala setan untuk berpegang teguh pada kebatilan, dari pada rujuk kepada perkataan orang yang lebih muda usianya atau lebih sedikit ilmunya atau tidak dikenal di hadapan manusia. Dia menyangka kalau rujuk pada perkataan orang tersebut akan membuatnya menjadi rendah dan mengurangi kapasitas dirinya" (Adabut Thalab wa Muntahal Arab, hal. 90).
Join channel telegram @fawaid_kangaswad