Selasa, 13 September 2022

DI ATAS AWAN AKU MENULIS

.:: DI ATAS AWAN AKU MENULIS ::.

Syahdan, tersebutlah seorang ulama yang piawai dalam ilmu Nahwu. Nama besarnya memenuhi telinga dan hati para pengkaji bahasa arab di berbagai penjuru dunia Islam. Beliau menukilkan sebaris syair di dalam salah satu karya emasnya. 

Jujur setiap kali aku membacanya, ada setitik kesedihan yang muncul di salah satu sudut hati. Seolah mengingatkan pada setiap episode perpisahan yang pernah mampir dalam perjalanan hidup yang telah aku lalui,

فَوَاللَّهِ مَا فَارَقْتُكُمْ قَالِيا لَكُمْ ... وَلَكِنَّ مَا يُقْضَى فَسَوْفَ يَكُوْنُ

"Demi Allah tidaklah aku meninggalkan kalian karena benci kepada kalian. 

Akan tetapi ketetapan, dan takdir Allah yang pasti dan harus terjadi...T-T."

📚(Syarah Qatrun Nada : 126 oleh Ibnu Hisyam Al Anshari).

Pepatah arab menyatakan, Ma asyadda alamal firaaq (Alangkah menyakitkannya perpisahan itu).

Tak jarang kita lupa, bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Sering kali kita lalai bahwa setiap kelahiran pasti ada kematian. Tak ada yang kekal di dunia ini. Tidak ada keabadian dalam setiap kebersamaan itu.

"Akan datang satu hari dimana harta dan anak anak tidak ada lagi guna dan manfaatnya. Melainkan bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang salim (selamat)." 

📚(QS Asy Syu'ara : 88-89).

Satu, dua hari menjelang kepulangan ke tanah air. Saat malam telah larut, aku sering terbangun lalu menyingkap tirai jendela hotel tempat aku bermalam di kota Mekah. Nyaman sekali rasanya berlama lama memandangi Masjidil Haram yang tidak pernah sepi dari manusia yang beribadah.

Pelataran masjid itu dengan segala keteduhan dan hiruk pikuknya, seolah mengalirkan kedamaian dalam jiwa. Ada getaran aneh yang membawa fikiran melayang ke suatu angan yang terkadang memunculkan bahagia. Namun terkadang memunculkan kesedihan dan rasa takut.

Bahagia karena bisa berkunjung dan beribadah di tempat suci ini. Dimana pahala dan keutamaan dilipat gandakan di sini. Nabi shallahu alaihi wa sallam bersabda,

صلاةٌ في المسْجِدِ الحرامِ أفضلُ من مِائةِ ألفِ صلاةٍ فِيما سِواهُ

"Shalat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali lipat dibandingkan shalat di masjid yang lain."

📚(Shahihul Jami' : 3838).

Namun terkadang bahagia itu hanyut oleh rasa takut. Saat membayangkan jutaan, milyaran, bahkan trilyunan manusia kelak akan dikumpulkan di padang mahsyar. Untuk mempertanggung jawabkan amal perbuatan selama hidup di dunia.

Banyak wajah wajah pucat diliputi rasa cemas tak terbayang. Seluruh manusia dirundung duka. Hanya orang yang mentauhidkan Allah, beribadah kepadaNya semata, mengikuti sunnah nabi Nya. Dan mampu mengendalikan hawa nafsu yang akan selamat.

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ

"Pada hari itu ada wajah yang memutih, dan ada pula wajah yang hitam muram. 

Adapun orang-orang yang hitam muram wajahnya (kepada mereka dikatakan): 

"Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". 

📚(QS Ali Imran : 106).

Acapkali saat terbangun dari tidur, sebelum menuju ke sana. Aku menyempatkan diri melihat ke balik jendela dan melantunkan permohonan lirih,

"Ya Allah kembalikan hamba ke tempat ini lagi suatu saat kelak. Aku mencintai Masjidil Haram, aku mencintai Masjid Nabawi. Aku mencintai nabi Mu wahai Allah. Dzat yang maha kasih lagi maha mengabulkan doa."

Di atas awan aku menulis, dari balik kabut aku melangitkan doa. Untuk kebaikan diriku, kedua orang tuaku, keluargaku, para sahabatku, dan setiap orang yang membaca kisah sederhana ini.

Semoga Allah Ar Rahman berkenan mengampuni dosa dosa kita semua. Menyayangi kita dengan keluasan rahmat Nya. Mengokohkan kita di atas tauhid dan sunnah. Melindungi kita dari berbagai macam kesyirikan dan kebid'ahan yang akan mencelakakan kita di dunia dan di akhirat.

Terima kasih untuk bapak dan mamak yang tak jemu mendoakan kebaikan untuk anaknya yang dahulu nakal. Doa  yang kuharapkan senantiasa menjalar di sekujur tubuh ini. Semoga aku bisa menjadi anak yang berbakti hingga ajal datang menjelang.

Terima kasih untuk istriku yang bersabar mengurus anak anakku selama ini. Semoga engkau senantiasa diberikan kesabaran, keikhlasan didalam mendidik anak anak kita. Dan diberikan balasan kebaikan di sisi Allah ta'ala.

Tak lupa untaian kata syukur aku haturkan kepada ustadz pembimbing umrahku, Ustadz Seno Aji Imanullah hafidzahulahu ta'ala. Dan seluruh teman yang turut serta dalam rombongan umrah Batik Travel Yogyakarta edisi 3 Sept 2022. Baik yang dari Jogja, Klaten, Pemalang, Sukabumi, Bekasi maupun Lampung. Safar bersama kalian adalah diantara safar terindah yang pernah kujalani. 

Terima kasih atas semua kebaikan, perhatian dan bantuannya. Mohon maaf atas segala khilaf dan kesalahan yang aku lakukan. 

Semoga coretan ini bisa menjadi penumbuh semangat untuk kembali rajin beribadah saat rasa malas datang menghampiri diri. Dan menjadi teman di kala sepi, saat kerinduan pada tanah suci datang menghinggapi relung hati. Simpan dan ingat baik baik apa yang ditorehkan oleh syaikh kami yang mulia dalam Qashidah Haanal Wada',

حان الوداع وذا الوداع قريب *** آن الفراق وفي النفوس نحيب 

"Waktu perpisahan telah tiba, dan telah begitu dekat ...

"Perpisahan kan datang dan jiwa ini terasa berat."

 فإلى اللقا عل اللقاء يحضنا *** نحو الثبات وربنا لمجيب

"Sampai berjumpa kembali semoga pertemuan kita ini ...

"Semakin menambahkan keteguhan, dan Rabb kita maha mengabulkan doa."

📚(Qashidah Haanal Wada' oleh Syeikh Ali bin Hasan Abdul Hamid Al Halabi).

Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda nabi besar Muhammad, para keluarga, para sahabat dan para pengikut beliau hingga hari kiamat. Amin ya Rabbal Alamin.

🗒️Ahad, 15 Shafar 1444H/ 11 Sept 2022M.
Perjalanan Jedah - Jakarta.

✍🏻abul aswad.