Selasa, 26 September 2023

Kapan Mulai Takbir Intiqal? Kapan Menyudahinya?

Kapan Mulai Takbir Intiqal? Kapan Menyudahinya?

‎المشروع لكل مصلٍّ ( الإمام والمأموم والمنفرد ) أن يكون تكبيره للركوع مقارنا لحركته ، فيبدأ التكبير حال انحنائه ، ويختمه قبل أن يصل إلى حد الركوع ؛ فيقع تكبيره بين الركنين ، القيام والركوع .

Hal yang disyariatkan untuk orang yang shalat (imam, makmum atau shalat sendiri) adalah takbir -intiqal yang ia lakukan- untuk ruku’ mestilah beriringan dengan gerakan perpindahannya. Karena itu ia mulai bertakbir saat ia mulai menggerakan/membungkukkan badannya -untuk ruku’- dan mengakhiri takbir tersebut sebelum ia tiba di ruku’ sehingga takbir ini terpampang -terbaca ed- di antara dua rukun, yaitu berdiri dan ruku’.
 
‎وقد دلت السنة على أن التكبير يقارن الحركة المقصودة من ركوع ، وسجود ، وقيام منه ، كما في الصحيحين عن أَبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قال : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ ، ثُمَّ يَقُولُ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ حِينَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنْ الرَّكْعَةِ ، ثُمَّ يَقُولُ وَهُوَ قَائِمٌ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْد ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَسْجُدُ ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ، ثُمَّ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي الصَّلاةِ كُلِّهَا حَتَّى يَقْضِيَهَا ، وَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ مِنْ الثِّنْتَيْنِ بَعْدَ الْجُلُوسِ ) رواه البخاري (789) ومسلم (392) .

Sunnah menunjukkan bhw takbir itu beriringan dengan gerakan yang dimaksudkan yaitu ruku, sujud, dan bangkit dari sujud, sebagaimana hadits dalam shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang mengatakan: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam saat hendak berdiri untuk shalat bertakbir saat berdiri, lalu bertakbir saat ruku lalu mengucapkan sami’allahu liman hamidah saat mengangkat punggungnya dari ruku, lalu berkata sembari berdiri: rabbana walaka al-hamd, lalu berakbir ketika turun sujud lalu berakbir ketika mengangkat kepalanya, kemudian bertakbir ketika akan sujud lalu bertakbir saat mengangkat kepalanya, lalu beliau melakukan ini semua shalat hingga selesai, lalu berakbir saat bangun setelah rakaat kedua usai duduk.” (Bukhari dan Musim)

‎فهذا الحديث ظاهرٌ في أن التكبير للركوع يكون أثناء انحنائه إلى الركوع ، وتكبير السجود أثناء نزوله إلى السجود ، وتكبير الرفع من السجود أثناء رفعه ...... وهكذا ، ذكره النووي في "شرح مسلم" ، وذكر أنه مذهب جمهور العلماء .

Hadits ini jelas menunjukkan bhw takbir utk ruku’ adalah saat mulai menggerakkan/membungkuk menuju ruku’; takbir sujud dimulai saat ia mulai turun menuju sujud; takbir bangkit dari sujud dimulai saat ia bangkit dari sujud. Demikian seterusnya. Ini disebutkan an-Nawawi dalam Syarh Muslim sekaligus menyebutkan bhw ini adalah pendapat jumhur ulama.

‎ومن الفقهاء من شدد في ذلك ، ورأى أنه لو بدأ المصلي التكبير وهو قائم قبل أن ينحني ، أو أكمله بعد وصوله إلى الركوع أن ذلك لا يجزئه ، ويكون تاركا للتكبير ؛ لأنه أتى به في غير موضعه ، وعلى القول بوجوب التكبير : تبطل صلاته إن تعمد ذلك ، وإن فعله سهوا لزمه السجود للسهو ، والصحيح أنه يعفى عن ذلك دفعاً للمشقة .

Ada ulama yang ketat dalam masalah ini dengan memandang bhw jika si mushalli/orang yang shalat mulai bertakbir -untuk ruku’- dalam keadaan berdiri sebelum -mulai- bergerak -menuju ruku’- atau ia menyudahi takbir setelah tiba pada ruku’ maka demikian itu tidak sah sehingga ia terhitung meninggalkan takbir sebab ia bertakbir -sekaligus menyudahi takbir- bukan pada tempatnya. Dan berdasarkan pendapat yang menilai takbir adalah wajib maka shalatnya batal jika ia sengaja melakukan demikian itu. Jika dilakukan tanpa sengaja, mestilah ia sujud sahwi. Namun yang tempat, ia termaafkan atas dasar menghindari masyaqqah.

‎قال المرداوي في "الإنصاف" (2/59) : " قال المجد وغيره : ينبغي أن يكون تكبير الخفض والرفع والنهوض ابتداؤه مع ابتداء الانتقال , وانتهاؤه مع انتهائه . فإن كمّله في جزء منه أجزأه [ أي إذا أوقعه بين الركنين دون أن يبسطه ويمده ] ; لأنه لا يخرج به عن محله بلا نزاع .
‎وإن شرع فيه قبله , أو كمّله بعده , فوقع بعضه خارجا عنه , فهو كتركه ; لأنه لم يكمله في محله ، فأشبه من تمم قراءته راكعا , أو أخذ في التشهد قبل قعوده .
‎ويحتمل أن يعفى عن ذلك ; لأن التحرز منه يعسر , والسهو به يكثر , ففي الإبطال به أو السجود له مشقة . " انتهى باختصار .

Al-Mawardiy berkata dalam al-Inshaf (2/59): “Almajdu dan yang lain mengatakan: “semestinya takbir untuk turun, naik dan bangkit diawali bersamaan dengan perpindahan -gerakan- dan berakhir saat perpindahan berakhir. Jika ia menyudahi takbir di dalam perpindahan, ini sah [maksudnya jika ia mengentikan takbir di antara dua rukun tanpa menyambung takbir hingga selesai]. Ini sebab ia tidak menyelesaikan takbir pada tempat semestinya. Jika ia memulai takbir sebelum turun ruku’ atau menyelesaikan usai turun ruku maka takbir tersebut “jatuh/terucap” bukan pada tempatnya maka ia seperti tidak bertakbir sebab ia belum menyudahi takbir di tempat semestinya. Ini seperti orang yang menyelesaikan bacaan al-fatihah sambil saat ruku’ atau seperti mulai tasyahhud sebelum duduk tasyahhud. Dimungkinkah pula ia termaafkan sebab menghindari ini semua adalah hal sulit dan pula lupa terkait ini begitu sering/banyak sehingga menilai batal atau mesti sujud sahwi ada masyaqqah/ribet/berat/sulit.”” [Selesai dengan ringkasan]]

‎وقال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله : " قال الفقهاء رحمهم الله : لو بدأ بالتكبير قبل أن يهوي ، أو أتمه بعد أن يصل إلى الركوع ؛ فإنه لا يجزئه . لأنهم يقولون : إن هذا تكبير في الانتقال فمحله ما بين الركنين ، فإن أدخله في الركن الأول لم يصح ، وإن أدخله في الركن الثاني لم يصح ؛ لأنه مكان لا يشرع فيه هذا الذكر ، فالقيام لا يشرع فيه التكبير ، والركوع لا يشرع فيه التكبير ، إنما التكبير بين القيام والركوع .

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin mengatakan:

“Para ahli fiqh mengatakan: “Andai ia memulai takbir sebelum turun -untuk ruku’- atau ia menyempurnakan/menyudahi/menyelesaikan takbir setela ia tiba pada ruku’ maka itu tidak sah.” Sebab mereka mengatakan, takbir tersebut adalah takbir intiqal sehingga letaknya adalah di antara dua rukun. Jika ia bertakbir di rukun awal maka itu tidak sah. Jika ia bertakbir di rukun kedua, tidak sah. Sebagaimana tidak disyariatkan takbir pada rukun kedua tsb, sebagaimana tidak disyariatkan takbir saat berdiri/rukun pertama. Demikian pula ruku, tidak disyariatkan takbir padanya. Takbir itu di antara berdiri dan ruku’.

‎ولا شك أن هذا القول له وجهة من النظر ؛ لأن التكبير علامة على الانتقال ؛ فينبغي أن يكون في حال الانتقال .
‎ولكن القول بأنه إن كمله بعد وصول الركوع ، أو بدأ به قبل الانحناء يبطل الصلاة فيه مشقة على الناس ، لأنك لو تأملت أحوال الناس اليوم لوجدت كثيرا من الناس لا يعملون بهذا ، فمنهم من يكبر قبل أن يتحرك بالهوي ، ومنهم من يصل إلى الركوع قبل أن يكمل .

Tidak diragukan bahwa pendapat ini memiliki sisi pandangan -yang kuat- sebab takbir adalah tanda untuk perpindahan. Karena itu semestinya takbir diucapkan pada saat perpindahan/intiqal. Namun pendapat yang menyatakan bhw jika menyudahi takbir setelah tiba ruku atau memulai takbir sebelum mulai turun ruku’ akan membatalkan shalat adalah pendapat yang mengandung masyaqqah/sulit/berat bagi orang yang shalat sebab jika anda merenungi keadaan orang yang shalat hari ini engkau kan dapat banyak di antara mereka tidak mengetahui ini. Mereka bertakbir sebelum bergerak turun ruku. Ada pula yang tiba di ruku’ sebelum menyempurnakan takbir.

‎والغريب أن بعض الأئمة الجهال اجتهد اجتهادا خاطئا وقال : لا أكبر حتى أصل إلى الركوع ، قال : لأنني لو كبرت قبل أن أصل إلى الركوع لسابقني المأمومون ، فيهوون قبل أن أصل إلى الركوع ، وربما وصلوا إلى الركوع قبل أن أصل إليه ، وهذا من غرائب الاجتهاد ؛ أن تفسد عبادتك على قول بعض العلماء ؛ لتصحيح عبادة غيرك ؛ الذي ليس مأمورا بأن يسابقك ، بل أمر بمتابعتك .

Anehnya sebagian para imam shalat berijtihad keliru dengan mengatakan: “Aku tidak akan bertakbir sebelum tiba di ruku’ sebab jika aku bertakbir sebelum tiba di ruku, makmum akan mendahuluiku sehingga mereka turun sebelum aku tiba pada ruku’, atau mungkin para makmum tiba pada ruku sebelum aku tiba pada ruku.” Cara pandang/ijtihad seperti  ini termasuk nyeleneh sebab sebenarnya dengan itu engkau merusak ibadahmu sendiri atas dasar ucapan sebagian ulama dengan tujuan agar ibadah orang lain benar yang sebenarnya orang lain tersebut -yaitu para makmum- tidak diperintahkan untuk mendahuluimu bahkan mereka lah yang diperintahkan untuk mengikutimu -sebagai imam-.

‎ولهذا نقول : هذا اجتهاد في غير محله ، ونسمي المجتهد هذا الاجتهاد : "جاهلا جهلا مركبا" ؛ لأنه جهل ، وجهل أنه جاهل .

Karena itu kami katakan, ijtihad ini bukan pada tempatnya. Kami sematkan mujtahid yang berijtihad demikian dengan sebutan jahil/bodoh parah karena dia memang bodoh dan tidak tahu bahwa dia bodoh.

‎إذا ؛ نقول : كبر من حين أن تهوي ، واحرص على أن ينتهي قبل أن تصل إلى الركوع ، ولكن لو وصلت إلى الركوع قبل أن تنتهي فلا حرج عليك .
‎فالصواب : أنه إذا ابتدأ التكبير قبل الهوي إلى الركوع ، وأتمه بعده فلا حرج ، ولو ابتدأه حين الهوي ، وأتمه بعد وصوله إلى الركوع فلا حرج ، لكن الأفضل أن يكون فيما بين الركنين بحسب الإمكان . وهكذا يقال في : "سمع الله لمن حمده " وجميع تكبيرات الانتقال . أما لو لم يبتدئ إلا بعد الوصول إلى الركن الذي يليه ، فإنه لا يعتد به " انتهى من "الشرح الممتع".

Karena itu, kami katakan, bertakbirlah saat engkau mulai turun -untuk ruku-. Usahakan engkau berhenti bertakbir sebelum engkau tiba pada ruku. Namun jika engkau tiba pada ruku sebelum engkau menyelesaikan takbir, tidaklah mengapa. Pun yang benar, jika takbir mulai sebelum bergerak turun ruku’ sekaligus menyelesaikan takbir saat masih turun ruku’ maka ini tidaklah mengapa. Jikapun ia mulai takbir saat turun ruku’ dan menyelesaikan takbir setelah tiba pada ruku’, ini tidaklah mengapa. Namun yang lebih baik adalah takbir berada di antara dua rukun semampu mungkin. Demikianlah pula berlaku pada ucapan sami’allahu liman hamidah, dan semua takbir intiqal. Sekiranya ia belum mulai takbir kecuali setelah tiba pada rukun selanjutnya maka itu tidak terhitung telah bertakbir.” [Selesai kutipan dari asy-Syarh al-Mumti’]
______
Sumber: https://islamqa.info/ar/answers/82627/متى-تكون-تكبيرات-الانتقال-في-الصلاة

Alih bahasa: Yani Fahriansyah