Jumat, 30 September 2022

Syarah kitabu tauhid Karya Al-Imam Al-Mujadid syaikhul islam mUhammad bin abdil Wahhab at-tamii rahimabullah disyarah oleh Syaikh Sholeh al-Fauzan hafidhullahPembahasan muqodimah kitab berupa :

Insyaallah malam ini melanjutkan kajian

Syarah kitabu tauhid Karya Al-Imam Al-Mujadid syaikhul islam mUhammad bin abdil Wahhab at-tamii rahimabullah disyarah oleh Syaikh Sholeh al-Fauzan hafidhullah

Pembahasan muqodimah kitab berupa :

1. Asal manusia diatas tauhid kesyirikan sesuatu yg baru datang merusak tauhid

2. Asal pertama kali terjadinya kesyirikan di muka bumi

3. Kesyrikan yg terjadi pada umat2 setiap Rasul dari nabi ibrohim -sampai nabi muhammad shallahu alaihi wa salam hingga zaman kita sekarang

4. Allah menjaga agamanya dengan melahirkan setiap 100 tahun seorang mujadid yang memperbaiki agama yg sudah mulai rusak aqidahnya 

5. Beografi Al-Imam al-Mujadid syaikhul islam Muhammad bin abdul wahhab at-tamii rahimahullah mulai kecil sampai kehidupan ilmiyahnya, Keluarga dalam lingkaran ulama² besar, rihlah menuntut ilmu ke berbagai negeri  serta perjuanganya mendakwahkan tauhid danbujianya hingga ditolong Allah melalui prantara Muhammad bin su'ud rahimahullah dan mereka fouding father negara tauhid sekrang yg berhukum dgn hukum syariat Islam yg benar yaitu ( Saudi arabia ) 

6. Tuduhan musuh2 dakawah tauhid terhadap beliau *bahwa beliau ingin kedudukan , Beliau membuat mazhab baru diluar madzhab yg empat , tuduhan bahwa beliau tidak melakukan pembaharuan dan memberbaiki penyimpangan pada saat itu dizaman beliau dan bantah terhadapat tuduhan ini.*

7. Tuduhan bahwa beliau tidak dianggap sebagai mujadid *karena beliau muqolid madzhab hambali karena mujadid minimal mujtahid mutlak dan bantahanya*

8. Makdsud dari kitab tauhid yg ditulis oleh  Al-imam syaikh  Muhammad bin abdul wahhab dan berbicara tentang tauhid apa saja

9. Siapa saja yg pertama kali mensyarah kitabu tauhid

10. Penjelasan basmalah pembuka dari kitabu tauhid

11. Penjelasan tauhid rububiyyah, uluhiyyah dan asma' wa sifat

kita bahas point ke 5-11
Tafadhol hadir malam ini
Ustadz ridwansyah

Ditentang dan diperkarakan .. berarti dakwahnya tidak hikmah!

Ditentang dan diperkarakan .. berarti dakwahnya tidak hikmah!

=====

Sebagian orang mengatakan, "harusnya kalian introspeksi diri, seandainya kalian sudah benar cara dakwahnya, harusnya tidak ada pertentangan dari masyarakat"!

Sanggahan:

1. Kita menyadari bahwa hikmah dalam berdakwah harus diterapkan .. kita juga menyadari bahwa hikmah dalam berdakwah akan menjadikan dakwah mudah diterima.

2. Tapi harus diketahui juga, bahwa setelah menerapkan hikmah dalam berdakwah, bukan berarti otomatis tidak akan ada rintangan dalam dakwah.

Karena hikmah dalam berdakwah itu usaha agar dakwah diterima dengan baik, dan usaha tidak harus mendatangkan hasil sesuai yg diharapkan. 

3. Kalau hikmah dalam berdakwah harus menjadikan dakwah diterima dg baik tanpa rintangan, tentunya yg paling pantas dg hasil itu adalah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Tapi ternyata dakwah beliau penuh dg tantangan dan rintangan, sampai kota Makkah ketika itu menjadi "gueger bin ruame" karena dakwah beliau.

Sampai ada pemboikotan terhadap para pengikut beliau hingga bertahun² .. sampai beliau dan para sahabatnya harus berhijrah .. ada beberapa sahabat beliau yg disiksa, bahkan sampai terbunuh krn siksaan itu .. bahkan sampai beliau hampir dibunuh .. dst. 

Apa kita akan katakan, beliau tidak bisa hikmah dalam berdakwah?

Lihat pula banyaknya ulama ahlussunnah dalam sejarah yg dipenjara karena dakwah mereka, bukan karena yg lain .. apakah kita akan katakan mereka tidak menerapkan hikmah dlm berdakwah.

4. Yang perlu diingat pula, bahwa semakin besar dan banyak pengikut suatu dakwah, maka semakin berat pula arus pertentangannya .. ibarat pohon yg semakin tinggi, maka semakin kuat dan banyak pula angin yg menerpanya.

Semakin besar dan semakin banyak pengikut suatu dakwah, maka semakin banyak yg hasad terhadapnya .. dan semakin banyak yg merasa terganggu dan dirugikan olehnya, apalagi itu akan bersinggungan dg asap dapurnya.

Sehingga BISA JADI tidak diganggunya suatu dakwah adalah akibat kecilnya pengaruh suatu dakwah, sehingga tidak diperhitungkan .. bukan karena sudah menerapkan hikmah dlm berdakwah dg baik.

5. Ingatlah, bahwa di sana ada orang² yg khawatir eksistensinya menjadi luntur karena adanya dakwah ilallah ini .. sehingga apapun yg dilakukan seorang pendakwah tidak akan mampu menenangkan hatinya, kecuali bila pendakwah itu mengikuti keinginannya.

Inilah kehidupan dunia .. harus ada perang eksistensi antara yg haq dengan yg batil .. sehingga kita harus bersabar dan terus berusaha memperjuangkan sunnah Nabi shallallahu alaihi wasallam sampai kita bertemu beliau di telaga-Nya, amin.

📝 Ustadz Dr. Musyaffa' Ad Dariny , M.A. Hafizahullahu Ta'ala

barangsiapa yg memuliakan pelaku bidah maka dia telah memiliki andil dalam menghancurkan islam

Para salaf berkata
«ومن وَقَّـرَ صاحب بدعة فقد أعان على هدم الإسلام» | شرح أصول الإعتقاد للالكائي (1-157).

" barangsiapa yg memuliakan pelaku bidah maka dia telah memiliki andil dalam menghancurkan islam"
Lihat syarah ushul i'tiqod
Ustadz luthfi setiawan

Realita.. bahkan sebagian mereka setelah lulus memusuhi dakwah Salafiyyah, bahkan ada yang memfitnah kerajaan Saudi dengan berbagai tuduhan. Padahal mereka makan, minum, belajar, safar PP dibiayai dari Kerajaan.

#HIDAYAH_ITU_MAHAL
#ILMU_ITU_DICARI

Realita.. bahkan sebagian mereka setelah lulus memusuhi dakwah Salafiyyah, bahkan ada yang memfitnah kerajaan Saudi dengan berbagai tuduhan. Padahal mereka makan, minum, belajar, safar PP dibiayai dari Kerajaan. 

Potongan nukilan dari Syaikh حفظه الله ini mengingatkat kita pada ucapakan yang diriwayatkan dari Salman Al Farisi رضي الله عنه :

إِنَّ الْأَرْضَ لَا تُقَدِّسُ أَحَدًا، وَإِنَّمَا يُقَدِّسُ الْإِنْسَانَ عَمَلُهُ

"Sesungguhnya bumi [tempat tertentu] itu tidak mensucikan seseorangpun, namun yang mensucikan seseorang itu hanyalah amalannya". 
_______________
نسأل الله لنا وللجميع الهداية والتوفيق،.
Ustadz muhammad alif 

Orang yg Allah butakan mata (hati) nya, walaupun ia berdiri di hadapan cahaya kebenaran, ia tetap tidak akan dapat melihat cahaya itu. Wal'iyadzu Billah

Al Allamah Ibnu Utsaimin - rahimahullah - berkata:

 من أعمى الله بصيرته لو وقف أمام أنوار الحـق ما رآها والعياذ بالله! 

"Orang yg Allah butakan mata (hati) nya, walaupun ia berdiri di hadapan cahaya kebenaran, ia tetap tidak akan dapat melihat cahaya itu. Wal'iyadzu Billah"

شرح العقيدة الواسِطية٣٣

(Syarah Aqidah Wasithiyah, 33)
Ustadz abu yahya tomy

Sami'Na wa Atha'Na

"Sami'Na wa Atha'Na"

Gak Perlu Tanya, Kenapa Rasul terakhir Harus Dari Bangsa Arab, Mengapa Allah Ta’ala Mengharamkan Daging Babi Dan Mewajibkan Shalat Hanya 5 Waktu?

Seorang Muslim Sejati Itu Penghambaannya Total, Ia Berserah Diri Dan Tidak Menanyakan Rincian Tentang Hikmah Perintah-Perintah, Larangan-Larangan, Serta Syariat.

Imam Ibnu Abil Izz al-Hanafy rahimahullah berkata,

‏اعلم أن مبنى العبودية والإيمان بالله وكتبه ورسله على التسليم وعدم الأسئلة عن تفاصيل الحكمة في الأوامر والنواهي والشرائع.

"Ketahuilah bahwa bangunan penghambaan dan keimanan kepada Allah, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya berdiri di atas sikap berserah diri dan tidak menanyakan rincian tentang hikmah perintah-perintah, larangan-larangan, serta syariat." (Syarah ath-Thahawiyyah, hal. 261).
Ustadz fadly gugul 

Seandainya "itu" kebaikan, tentunya para salafus shalih telah mengetahuinya, (karena) mereka LEBIH BERILMU daripada kita.

Seandainya "itu" kebaikan, tentunya para salafus shalih telah mengetahuinya, (karena) mereka LEBIH BERILMU daripada kita.

Dan mereka itu LEBIH SEMANGAT IBADAHNYA daripada kita. Seandainya mereka tahu "itu" kebaikan, tentu mereka telah melakukannya, tidak akan mereka menjauhinya dan meninggalkannya.
Ustadz Dr musyaffa ad dariny Ma

Dahulu sebagian ulama kita kala tertimpa musibah, kata-kata mereka tak jauh-jauh dari kalimat berikut ini:

Alhamdulillah atas segala kondisi, atas apa saja yang terjadi, atas segala ujian yang silih berganti.

Dahulu sebagian ulama kita kala tertimpa musibah, kata-kata mereka tak jauh-jauh dari kalimat berikut ini:

الحمد لله إذ لم تكن على ديني
Alhamdulillah, musibahnya hanya pada dunia, bukan menimpa agamaku..

الحمد لله إذ لم تكن أكبر منها
Alhamdulillah, musibahnya hanya segini, tidak lebih besar dari ini..

الحمد لله إذ ألهمت الصبر عليها
Alhamdulillah, aku masih dikaruniai sabar atas musibah ini..
Ustadz yuspian 

PERNIKAHAN ITU MENGEMBALIKAN KEPADA MASA MUDA

PERNIKAHAN ITU MENGEMBALIKAN KEPADA MASA MUDA

✍🏻 Asy-Syeikh Al-Allamah Muhammad Bin Shaleh Al-Utsaimin - rahimahullah - berkata:

الرجل إذا ‎تزوج وهو كبير,فإنه يعود إلى شبابه. 

Seorang pria jika menikah dalam keadaan dia sudah tua maka sungguh dia kembali kepada masa mudanya.

📚 at-ta'liq 'ala shahih al-bukhari (11/167)
Ustadz musa jundana 

Awiz asyuf asy syaikh al muallimi al yamani""Saya ingin melihat (bertemu) asy syaikh al muallimi al yamani"

"عــاوز أشــوف الشـــيخ المعلـــمي اليـــماني"

Dialek bahasa Arab Mesir,  yang diucapkan asy Syaikh Ahmad Muhammad Syakir rahimahullah,  ketika berkata kepada direktur perpustakaan al Haram al Makki (Mekkah),  asy Syaikh Sulaiman bin Abdurrahman ash Shoni' rahimahullah:

"عــاوز أشــوف الشـــيخ المعلـــمي اليـــماني "

"Awiz asyuf asy syaikh al muallimi al yamani"

"Saya ingin melihat (bertemu)  asy syaikh al muallimi al yamani"

Asy Syaikh Ahmad Muhammad syakir rahimahullah (ulama dari Mesir) pada suatu hari berkunjung ke Mekkah,  dia ingin melihat dan berjumpa dengan asy Syaikh Abdurrahman bin yahya al muallimi rahimahullah (ulama dari Yaman). 

Asy Syaikh Ahmad Muhammad syakir rahimahullah,  telah men -tahqiq- kitab musnad al Imam ahmad.  Dan asy Syaikh Abdurrahman al Muallimi telah mengirim surat padanya,  berisi perbaikan dan catatan tambahan untuk karya asy Syaikh Ahmad syakir tersebut. Dan dia ingin mencantumkan nya dalam karyanya itu. 

Maka,  saat berkunjung ke perpustakaan dan disambut direkturnya,  yaitu asy Syaikh Sulaiman  ash shoni' dia bertanya: "Mana asy syaikh Abdurrahman al Muallimi,  saya ingin melihat dan bertemu dengannya? "

Dan di saat mereka berdua berbincang-bincang itu,  seseorang menghidangkan air dan teh, dan meletakkannya di depan asy Syaikh Ahmad Syakir.  Setelah itu dia pergi,  untuk membaca kitab.  

Dan orang ini adalah asy Syaikh Abdurrahman al Muallimi (yang dijuluki dengan Imam adz Dzahabi abad ini),  seorang ulama yang berperilaku tawadhu,  rendah hati !! 

Asy Syaikh Ahmad Syakir yang juga ulama hebat dalam ilmu hadits,  belum pernah mengenal dan bertemu asy Syaikh Abdurrahman al Muallimi. 

"عــاوز أشــوف الشـــيخ المعلـــمي اليـــماني"

Asy Syaikh ash Shoni' menjawabnya:

الذي أحضر لك الشاي والماء هو المعلمي اليماني!

"Yang telah menghidangkan untukmu teh dan air tadi adalah (asy syaikh) :al Muallimi al yamaani" 

Seketika itu juga,  setelah jawaban itu,  asy Syaikh Ahmad Syakir "menangis" terharu (dengan ketawadhuan asy Syaikh abdurrahman al-muallimi). 

***
@hsn

Allah memang memanjangkan umur mereka supaya mereka bisa berpikir dan mau beriman kepada para Rasul. Namun sayangnya kebanyakan mereka tidak menyadari hal ini.

Pernah bertanya sendiri kenapa orang kafir usianya panjang-panjang? Ini jawabannya,  Allah memang memanjangkan umur mereka supaya mereka bisa berpikir dan mau beriman kepada para Rasul. Namun sayangnya kebanyakan mereka tidak menyadari hal ini.

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ

Mereka berteriak di dalam (neraka) itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, bukan (seperti perbuatan) yang pernah kami kerjakan dahulu.” (Dikatakan kepada mereka,) “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa (yang cukup) untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir. (Bukankah pula) telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka, rasakanlah (azab Kami). Bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun. (QS. Fathir: 37)

Qatadah berkata, 'Ketahuilah, bahwa panjangnya usia itu menjadi hujjah. Maka, kita berlindung kepada Allah agar tidak menjadi hina dengan panjangnya usia.'
Ustadz rohmanto

LEBIH TINGGI DERAJATNYA DIBANDINGKAN SHALAT

LEBIH TINGGI DERAJATNYA DIBANDINGKAN SHALAT.

Nabi- shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda :

 أَلَا أَدُلُّكُم على أَفْضَلَ من درجةِ الصلاةِ والصيامِ والصدقةِ ؟ قالوا : بلى يا رسولَ اللهِ . قال : إصلاحُ ذاتِ البَيْنِ فإنَّ فسادَ ذاتِ البَيْنِ هي الحالِقَةُ . لا أقولُ : إنها تَحْلِقُ الشَّعْرَ ولكن تَحْلِقُ الدِّينَ

“Maukah aku mengabarkan kalian amal yang lebih utama dari sholat, shoum (puasa) dan sedekah..? “
Mereka berkata, “Mau..”
Beliau bersabda, “Yaitu memperbaiki hubungan (sesama muslim). Karena rusaknya hubungan (sesama muslim) adalah pencukur, Aku berkata : hal ini bukan pencukur rambut namun mencukur  (agama)..”

DERAJAT HADIS.
HADIS SHAHIH bersumber dari sahabat Abu Darda' -Radhiyallahu 'Anhu- dikeluarkan oleh Abu Dawud (4919), at Tirmidzy (2509), Ahmad (4/444).

Semoga kita bisa mengamalkan sabda Nabi di atas.

***

Nur Cholis (Dosen STAI ALI SURABAYA) 

Dibawah ini,  kalam ibnul Qayyim rahimahullahu
Hal 291, al Fawaid
di share oleh abu hasan ariefs

Ibnu al-Jauzi berkata, “Al-Khallal menyebutkan di dalam kitab as-Sunnah dari Ahmad bin Hanbal, bahwasanya dia berkata:

-seorang demi seorang terpikat untuk duduk di majelis fulan-

Ibnu al-Jauzi berkata, “Al-Khallal menyebutkan di dalam kitab as-Sunnah dari Ahmad bin Hanbal, bahwasanya dia berkata:

“Waspadalah terhadap al-Harits al-Muhasibi dengan sebenar-benar kewaspadaan. Al-Harits al-Muhasibi itu sumber kebinasaan –yakni dalam menyusupkan ucapan Jahm bin Shafwan (Jahmiyah). Fulan juga fulan datang seorang demi seorang untuk duduk bermajelis dengannya, lalu al-Harits mengarahkan mereka kepada pemikiran Jahm (bin Shafwan) yang senantiasa menjadi tempat pulang (rujukan) para ahlul kalam. Al-Harits itu serupa singa yang terikat, maka perhatikanlah pada hari apa saja dia menerkam manusia!” (Talbis Iblis, hal 151).

-HW ibn tato WW-

وقال ابن الجوزي: وقد ذكر الخلال في كتاب “السُّنة” عن أحمد بن حنبل أنه قال: “حَذِّروا مِن الحارث أشدَّ التحذير , الحارث أصلُ البليّة -يعني في حوادث كلام جهم- ، ذاك جالَسَهُ فلانٌ وفلانٌ وأَخْرَجهم إلى رأيِ جهم ما زال مأوى أصحاب الكلام، حارث بمنزلة الأسد المرابط، ينظُرُ أيَّ يومٍ يَثِبُ على الناس”. تلبيس إبليس (ص151

SUNNAH_MENYATUKAN#BID'AH_SEBAB_PERPECAHAN

#SUNNAH_MENYATUKAN
#BID'AH_SEBAB_PERPECAHAN

As Syaikh DR. Shaleh Al Fauzan حفظه الله berkata : 

التَّحذِيرُ مِنَ المَناهِج المُخَالفَة لمَنهَجِ السَّلفِ يعْتَبرُ جَمعًا لكَلمَةِ المُسلِمينَ لَا تَفرِيقًا لِصُفوفِهمْ

"Memperingatkan manusia akan bahaya manhaj-manhaj yang menyimpang dari manhaj salaf hakikatnya adalah menyatukan kaum muslimin [diatas Sunnah], bukan memecah belah barisan mereka". (Al Ajwibah Al Mufidah, hal. 157).

Sesungguhnya yang dapat menyatukan kaum muslimin adalah Sunnah, umat ini akan bersatu kalau kembali kepada Sunnah. Tapi jika melakukan bid'ah atau membela bid'ah, apalagi membela tokoh-tokoh bid'ah maka itu adalah sumber perpecahan.
Ustadz muhammad alif 

Kemudian daulah murobitun yang beraqidah salaf di hancurkan dan di bantai habis oleh daulah muwahhiduun pimpinan ibnu tumart yg beraqidah asyar'i dan dia menghukumi mereka ialah orang2 kafir mujassimah, Hampir 1 jt nyawa melayang.

Kemudian daulah murobitun yang beraqidah salaf di hancurkan dan di bantai habis oleh daulah muwahhiduun pimpinan ibnu tumart yg beraqidah asyar'i dan dia menghukumi mereka ialah orang2 kafir mujassimah, Hampir 1 jt nyawa melayang.
Ustadz atori 
دولة المرابطين؟!!!!! الجهل هو عدو الإسلام الأول .

فى القرن الحادى عشر أرتدت معظم القبائل المغربية 
عن الاسلام فعليا وأحتفظوا به أسميا .
(( فتزوجوا خمساً وتركوا الصلوات 
ولم تعد لهم اى صلة بالاسلام الا الاسم فقط 
احيانا واحيانا اخرى ارتداد كامل )) ، 

وسط هذا الجو المليئ بالجهل وبالرذائل والمنكرات .
جاء اليهم شابا يدعى عبدالله بن ياسين يدعوهم الى الاسلام من جديد فأستقبلوه بحفاوة وأكرموا نزله ، وحين بدأ عبدالله يرهقهم فى تحريم هذا وتحليل هذا ويدعوهم الى صحيح الدين من تحريم الزنى وتحريم زواج الخمسة وغير ذلك ، 
لم تتحمل نفوسهم الضعيفة كل هذا فضيقوا عليه وبالنهاية أحرقوا منزله وطردوه من بينهم وعادوا الى حياتهم السهلة التى لا حرام فيها ، أستاء بن ياسين مما حدث فقرر الخروج من هذه القرية الظالم أهلها الى مكان بعيد يعبد الله فيه ، 

وخرج مع بن ياسين صديقه العظيم يحي بن ابراهيم 
الذى قرر أن يحيا للاسلام وبالاسلام ، 
وعلى ضفاف نهر النيجر رابط بن ياسين مع صديقه 
يعبدون الله ، ولأنهم لمسوا صدق قوله فمع الوقت بدأ شباب ورجال قبيلة لمتونة ومسوفه الصنهاجتين يفدون الى عبدالله بن ياسين فى رباطه هروبا من الجاهليه وحبا فى الاسلام ، بدأ بن ياسين فى تعليم كل من يأتى اليه صحيح الدين .
ومع الوقت أصبح الاثنان ثلاثة ثم عشرة ثم مائة .
الى ان وصل اهل الرباط الى 1000 مرابطى .
وعندها شعر بن ياسين أنهم الان قادرون على تبليغ الدعوة والقيام بواجبهم نحو الاسلام فقام رحمه الله .
بارسال موفدين الى قبائل المغرب يعرض عليهم الاسلام .
فمنهم من قبل وأنضم الى بن ياسين 
ومنهم من رفض فحاربه بن ياسين حتى أذعنوا .
فكانت دولة المرابطين التى شاء الله أن تغدوا مع الزمان أعظم دولة اسلامية عرفها المغرب الكبير طوال تاريخه العظيم وشاء الله ايضا أن تكون هذه الدولة .
سببا فى امتداد عمر الأندلس أربعمائة سنة أخرى

أحبائى فى الله قضيتنا الأن مع الجهل 
فالشعوب الآن تريد الراحة والاسلام الاسمى 
الذى لا يحلل ولا يحرم فان نجحنا فى ايصال الاسلام الصحيح اليهم سهل علينا كل شئ وكمثال فقط للجهل 
لك ان تعلم ان موالاة الكفار حاليا .
صارت محل أفتخار الكثيرين ولك ان تعلم أيضا 
أن الجهل وصل بأحدهم الى أن يقول :
أن الاسلام هو سبب تأخرنا !!!

واقعنا الأن يشبه كثيرا واقعهم قبل ظهور بن ياسين 
وطريقنا معهم يحتاج الى طريقة عبدالله بن ياسين 
أن نعلم الناس صحيح الدين ونفقههم فيه
أقتلوا الجهل تفلحوا وعلموا الناس بأخلاقكم .
https://www.facebook.com/groups/3242096949400892/permalink/3612657992344784/
Pertanyaan: daulah murobithun ada dimana? 
Jawaban: 
Di afrika maroko sekarang ibu kotanya marrakas kekuasaanya sampai ke andalusia. Raja termasyhurnya ialah Yusuf bn tasfin رحمه الله yg menang perang zallaqoh.

Jika seorang ust mau menjelaskan tentang masalah ilmu maka mari sampaikan dengan bahasa ilmu

Jika seorang ust mau menjelaskan tentang masalah ilmu maka mari sampaikan dengan bahasa ilmu...

Masalah timbul adakalanya berbicara tanpa ilmu atau salah dalam membahasakan ilmu...

Seperti masalah mendoakan tokoh ahli bid'ah yang mashur...

Pertama perlu dipahami mendoakan sesama muslim secara umum, baik pelaku maksiat maupun pelaku bid'ah, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal adalah disyariatkan, jika masih hidup didoakan agar Allah memberi hidayah kepadanya, jika sudah meninggal didoakan agar Allah memberi ampunan kepadanya...

Namun yang menjadi catatan adalah mendoakan broker pelaku maksiat atau  tokoh pembela bida'ah yang sudah meninggal, pendangan ulama adalah tidak dianjurkan utk didoakan didepan umum atau di media, terutama bagi orang-orang yg jadi panutan dalam ilmunya...

Alasannya agar orang-orang awam tidak terfitnah dengan pemikiran bid'ah yg diusungnya semasa ia hidup, dan tidak dianggap sebagai pujian atau pembenaran terhadap penyimpangannya...

Adapun mendoakannya dengan cara tidak dipublis maka tidak salah, karena selama dia masih sebagai seorang muslim boleh didoakan, kecuali pelaku bid'ah yg mengusung pemikiran yg bisa mengkafirkan pelakunya...

Kemudian perlu juga diketahui bahwa para ulama juga berbeda pendapat dalam menghukum sebuah penyimpangan yg besar seperti khawarij umpamanya, sebagian ulama mengakfirkan akan tetapi sebagian besar ulama tidak mengkafirkan seperti pendapat sahabat Ali bin Tholib radhiallahu 'anhu.
Dan perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan pula dalam hukum mendoakan mereka...

Nasehat untuk ikhwah yg baru sedikit ilmu nga usah banyak komentar, jika tidak bisa berkata yang baik lebih baik diam, nga usah sok jago dalam berdebat, perbanyak saja belajar atau diam...
Ustadz Dr ali musri semjan putra Ma

KHUTBAH JUMAT PANJANG LEBAR

KHUTBAH JUMAT PANJANG LEBAR

Ada orang tua santri, baru pulang dari umrah, dia bercerita bahwa khutbah jumat di Masjidil Haram sangat singkat dan padat, tidak lebih dari 10 menit. 

Memang begitulah sunnahnya khutbah jumat, tidak berlama-lama dan tidak memperbanyak kalam yang panjang lebar. Dan khotib yang seperti itu menunjukkan luasnya pemahamannya. 

Berkata Abu Wa'il rahimahullah, 

خَطَبَنَا عَمَّارٌ فَأَوْجَزَ وَأَبْلَغَ فَلَمَّا نَزَلَ قُلْنَا يَا أَبَا الْيَقْظَانِ لَقَدْ أَبْلَغْتَ وَأَوْجَزْتَ فَلَوْ كُنْتَ تَنَفَّسْتَ فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ طُولَ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلَاةَ وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ وَإِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْرًا

'Ammar berkhutbah kepada kami dengan ringkas dan jelas. Ketika dia turun, kami berkata,”Hai, Abul Yaqzhan (panggilan Ammar). Engkau telah berkhutbah dengan ringkas dan jelas, seandainya engkau panjangkan sedikit!” Dia menjawab,”Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya panjang shalat seseorang, dan pendek khutbahnya merupakan tanda kefahamannya. Maka panjangkanlah shalat dan pendekanlah khutbah! Dan sesungguhnya diantaranya penjelasan merupakan sihir’.”(HR Muslim). 

Dan berkata Abu Wa'il rahimahullah, 

خَطَبَنَا عَمَّارُ بْنِ يَاسِرٍ فَتَجَوَّزَ فِي خُطْبَتِهِ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ: لَقَدْ قُلْتَ قَوْلاً شِفَاءً فَلَوْ أَنَّكَ أَطَلْتَ فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ نَهَى أَنْ نُطِيلَ الْخُطْبَةَ

“‘Ammar bin Yasir pernah memberi khutbah kepada kami, lalu dia menyampaikannya secara singkat, maka ada seseorang dari kaum Quraisy yang berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya Engkau telah menyampaikan ungkapan yang singkat lagi padat, kalau saja Engkau memanjangkannya.’ Lalu dia berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang kami untuk memanjangkan khutbah’.” (HR. Ahmad). 

Berkata Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu,

كُنْتُ أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَتْ صَلَاتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا

Aku biasa shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka shalat Beliau sedang, dan khutbah Beliau sedang“. (HR Muslim).

Dan Berkata Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu, 

 كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُطِيلُ الْمَوْعِظَةَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِنَّمَا هُنَّ كَلِمَاتٌ يَسِيرَاتٌ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berpanjang lebar dalam menyampaikan nasehat pada hari Jum'at, hanyasanya ia merupakan beberapa patah kata yang singkat." (Riwayat Abu Daud). 

Untuk itu, para khatib yang masih memperbanyak kalam, yang membuat para jamaah gelisah (apatah lagi jamaah yang ada kebutuhannya yang mendesak), hendaklah ikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan khutbah yang singkat dan padat
AFM 

penjalaran bid'ah lebih cepat dari penjalaran api ... -Syaukani-

penjalaran bid'ah lebih cepat dari penjalaran api ... -Syaukani-

سريان البدع أسرع من سريان النار
Ustadz hendra 

Syaikh Hasan al-Bana menawarkan kepada Syaikh Muhammad Hamid al-Faqi untuk saling tolong-menolong dengannya dalam dakwah kepada Allah

Syaikh Hasan al-Bana menawarkan kepada Syaikh Muhammad Hamid al-Faqi untuk saling tolong-menolong dengannya dalam dakwah kepada Allah. Maka al-Faqi bertanya kepada Hasan al-Bana, “Di atas asas apa dan di atas manhaj apa kita saling tolong-menolong?” Hasan al-Bana menjawab, “Kita seru manusia kepada Islam!” Al-Faqi berkata, “Semua mengaku mengajak kepada Islam. Akan tetapi, kita itu diperintah untuk menyeru kepada akidah Islam yang sahih, yang dibangun di atas tauhid yang murni seraya berlepas diri dari syirik. Inilah dakwah yang semua rasul mengajak kepadanya, termasuk pemimpin para rasul dan penutup para rasul Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu Hasan al-Bana berkata, “Pertama-tama, kita himpun dulu manusia di atas Islam yang dikenali oleh semuanya. Setelah itu, barulah kita seru mereka kepada tauhid.” Al-Faqi berkata, “Bahkan pertama-tama kita seru manusia kepada tauhid sebagaimana perbuatan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika memulai dakwah di Mekah.” Maka Hasan al-Bana membantah, “Kalaulah kita mengajak manusia kepada tauhid, niscaya manusia akan menyingkir dari kita.” Maka al-Faqi berkata, “Hidayah taufiq itu bukanlah kewajibanmu, melainkan Allah sajalah yang memberi hidayah taufik kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”

---------------

Syaikh ‘Abd al-‘Aziz ‘Asyur berkata –berdasarkan cerita- dari ayahnya: 
Sesungguhnya Muhammad Hamid al-Faqi bertemu dengan Hasan al-Bana yang sedang bersama sekelompok imam mu’aththilah (para penolak sifat-sifat Allah). Maka Muhammad Hamid al-Faqi berkata kepada Hasan al-Bana, “Engkau itu pencari kayu bakar di malam hari.”

-HW ibn tato WW-

JIKA KIAMAT ITU JUM'AT, BAGAIMANA DENGAN NEGARA YANG MASIH KAMIS?

JIKA KIAMAT ITU JUM'AT, BAGAIMANA DENGAN NEGARA YANG MASIH KAMIS? 

Saya pernah ditanya di salah satu majelis, 

"Ustadz, jika kiamat adalah hari Jum'at, bagaimana dengan negara yang masih hari kamis?"

Logic memang pertanyaannya. Bahkan kalau pakai kacamata nafsu, ini pertanyaan bisa bikin emosi jiwa. Hehe. Namun seorang da'i haruslah tenang dan faham dengan berbagai kemungkinan terjadi di depan tanpa prediksi. Ia juga harus membangun hujjah-nya dengan ilmu. Maka saya coba menjawabnya dengan sependek kemampuan elaborasi terhadap dalil yang ada. Semoga tak melenceng. 

"Jika kita perhatikan tanda-tanda besar hari kiamat, maka kita akan dapati ada isyarat-isyarat yang menunjukkan bahwa waktu di masa itu sudah tak pasti, dalam makna mengalami kekacauan dan keluar dari kebiasaan. Itu ditunjukkan dengan beberapa fragmen yang akan terjadi kelak, yaitu ketika Dajjal muncul dan kejadian terbitnya matahari dari Barat...."

Saya lanjutkan, "...Dimaklumi dalam hadits shahih bahwasanya Dajjal akan ada di bumi beberapa puluh hari yang mana setiap harinya berbeda panjangnya, berbeda durasinya. Ini bukti pertama bahwa ketentuan baku untuk waktu telah berubah tidak seperti biasanya..."

Kemudian saya lanjutkan lagi, "...selanjutnya terkait momen matahari terbit dari barat. Ini juga jadi isyarat dan bukti kuat bahwa waktu dan hari-hari sudah tak lazim lagi."

Kemudian saya menyimpulkan, 
"...Berarti, bisa dimungkinkan seluruh dunia dijadikan satu waktu oleh Allah 'Azza Wa Jalla. Sehingga di Majalengka Jum'at, di London juga Jum'at. Bisa saja demikian kemungkinannya. Atau bisa juga saking kacaunya urusan waktu, kita tak tahu itu hari apa, namun Allah mengetahuinya bahwa itu hari Jum'at. Atau juga kemungkinan lainnya. Sekali lagi ini bukan pemastian tapi asumsi yang dibangun jika melihat isyarat dalail tadi..."

Sekarang mari coba anda perhatikan dalil-dalilnya dibawah ini...

Para sahabat menanyakan pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai berapa lama Dajjal berada di muka bumi. Mereka berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا لَبْثُهُ فِى الأَرْضِ قَالَ « أَرْبَعُونَ يَوْمًا يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِى كَسَنَةٍ أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلاَةُ يَوْمٍ قَالَ « لاَ اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ

“Wahai Rasulullah, berapa lama Dajjal berada di muka bumi?” Beliau bersabda, “Selama empat puluh hari, di mana satu harinya seperti SETAHUN, satu harinya lagi seperti SEBULAN, satu harinya lagi seperti satu Jum’at (maksudnya: satu PEKAN), satu hari lagi seperti hari-hari yang kalian rasakan.”  Mereka pun bertanya kembali pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, jika satu hari bisa sama seperti setahun, apakah kami cukup shalat satu hari saja?” “Tidak. NAMUN KALIAN HARUS MENGIRA-NGIRA WAKTUNYA!”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. [Riwayat Muslim, No. 2937]

Perhatikan betul hadits di atas. Dajjal ada di bumi 40 hari dengan variasi durasi waktu pada beberapa harinya. Sampai-sampai para Sahabat bertanya urusan shalat karena mereka faham bahwa mawaqiit-nya (waktu-waktunya) tentu pasti bergeser dari yang biasanya, hingga Rasul pun menyuruh mereka MENGIRA-NGIRANYA.

An-Nawawiy dalam Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj nya sampai mengupas kaifiyyat pengaturan shalat di waktu seperti itu. Ini menunjukkan SAKING KACAUNYA KETENTUAN WAKTU di masa itu.

Dalil berikutnya, 

Allah ta’ala berfirman:

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا

“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya” [QS. Al-An’am : 158].

Beberapa hadits shahih menunjukkan bahwasannya yang dimaksudkan dengan ‘sebagian tanda-tanda (ayat)’ yang disebutkan dalam ayat di atas adalah terbitnya matahari dari arah barat. Hal itu merupakan perkataan kebanyakan mufassiriin (ahli tafsir). Demikian dalam Tafsir Ath-Thabariy (8/96-102).

Al-Bukhariy dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda :

لا تقوم الساعة حتى تطلع الشمس من مغربها، فإذا طلعت، فرآها الناس؛ آمنوا أجمعون، فذاك حين لا ينفع نفسًا إيمانُها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت في إيمانها خيرًا

“Tidaklah tegak hari kiamat hingga matahari TERBIT dari arah BARAT. Apabila ia telah terbit (dari arah barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya”. [Riwayat Al-Bukhariy dan Muslim]

Ketika matahari jadi penanda akan keteraturan waktu, maka ketika ia sudah tak seperti biasanya, tentu waktu yang ada pun terpengaruh dengannya. Ia menjadi tak biasa. 

Nah, dari sinilah kita faham bahwa KEMUNGKINAN di masa tersebut kita sudah tak bisa menentukan waktu secara pasti. Begitu pula hari. Maka bisa saja Allah jadikan seluruhnya satu waktu, atau kita tak tahu itu hari apa, dan hanya Dia yang tahu. 

SEKALI LAGI, ini hanya asumsi hasil tangkapan isyarat dari dalil-dalil (Ta'lil). Bukan pemastian! Sebab masa mendatang adalah perkara ghaib yang tidak boleh seseorang mengklaim mengetahuinya tanpa dalil secara pasti. 

Semoga bermanfaat dan bisa menepis syubuhat... 

Akhukum, 
Abu Hazim Mochamad Teguh Azhar, M.A.

Kamis, 29 September 2022

kesesatan ikhwanul muslimin

https://m.youtube.com/watch?v=HhYyYJS4UZs&feature=youtu.be
Ustadz abdurahman thoyib 

Percayalah, barang siapa yang di dalam hatinya terdapat Tauhid dan mencintai Sunnah, maka anda tidak akan mendapatkan kitab-kitab al-Maududi, Sayyid Quthub dan al-Qardhawi di dalam hatinya sama sekali.

Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Fifi حفظه الله berkata:

"Percayalah, barang siapa yang di dalam hatinya terdapat Tauhid dan mencintai Sunnah, maka anda tidak akan mendapatkan kitab-kitab al-Maududi, Sayyid Quthub dan al-Qardhawi di dalam hatinya sama sekali.

Tidak bisa berkumpul antara mencintai para imam dakwah (as-Salafiyah) dan para imam penyeru kesesatan pada hati seseorang yang berpegang dengan Sunnah selama-lamanya."
Ustadz noviyardi amrullah 
https://www.facebook.com/100002796879233/posts/pfbid02y2EyMCtcvfLhVWuBu9bgtCUzfQQ8YU6wwt3CWir8SsbdEy2mMC5VvDXjzJWZ7bCEl/

Sebagian menyatakan kalimat [Bijaksono-Injaksini] : "Sudahlah orang sudah meninggal jangan disebut-sebut kesalahannya lagi, urusan dia dengan Allah

#SYUBHAT_BUKAN_NASEHAT

Sebagian menyatakan kalimat [Bijaksono-Injaksini] : "Sudahlah orang sudah meninggal jangan disebut-sebut kesalahannya lagi, urusan dia dengan Allah".

✒---------------
Akhil Karim -وفقكم الله لكل خير-
Ijinkan sedikit menjawab syubhat diatas :

1. Benar, ana setuju bahwa setelah kematian urusan dia dengan Allah, dan itulah yang menjadi peringatan bahwa kita semua akan merasakan kematian dan bertanggung jawab atas amalan kita sendiri.

2. Ungkapan tersebut perlu diperinci, karena dzhahirnya nasehat tersebut indah tapi hakikatnya diucapkan sebagian orang ingin menutup pintu tahdzir [peringatan] akan bahaya bid'ah dan pemikiran menyimpang yang ditinggalkan tokoh-tokoh bid'ah.

3. Manhaj para ulama adalah mengingatkan bahaya bid'ah secara umum dan secara khusus dengan menyebut pelaku atau tokohnya, baik disaat masih hidupnya atau sesudah meninggalnya, lihat kitab-kitab para ulama salaf dalam membantah kaum mubtadi'ah.

4. Jika kesesatan dan bid'ah-bid'ah itu secara dzahir ditinggalkan dalam kitab-kitab dan kajian-kajian mereka, maka umat harus diperingatkan dari bahaya tersebut.

5. Ahlus Sunnah ketika membongkar kesesatan dan bid'ah-bid'ah yang ditinggal meninggal pelakunya adalah sebagia nasehat bagi umat agar tidak mengikuti bid'ah dan penyimpangannya, dan agar tokoh-tokoh bid'ah yang meninggal tersebut juga tidak memikul beban yang semakin berat atas bid'ah-bid'ahnya [karena semakin banyak orang yang mengamalkan bid'ah dan tersesat karena pemikirannya tersebut maka semakin banyak dosanya]. 

6. Para ulama salaf dari zaman dahulu tidak diam dari bid'ah-bid'ahnya para tokoh Khawarij, tokoh Jahmiyyah, tokoh Murjiah, tokoh Asyairah dll meski mereka sudah meninggal, tapi terus menginggatkan umat dari bahaya bid'ah-bid'ah tersebut.

7. Harusnya sikap kita bersyukur karena banyak ulama dan thullabul ilmi yang mengingatkan dari bahaya pemikiran seorang tokoh bid'ah dan muftinya.

8. Adapun bid'ah-bid'ah yangk dilakukan sendiri, tanpa diketahui orang lain dan tidak mengajak orang ikut pemikirannya yang menyimpang maka itu urusan dia dengan Allah, kita tidak boleh mencari-cari hal itu.
sedangkan bid'ah-bid'ah dan pemikiran menyimpang yang ditulis dan didakwahkan maka harus diperingatkan, agar umat berhati-hati.

9. Sesungguhnya membantah penyimpangan dan bid'ah-bid'ah adalah bagian dari prinsip Islam, sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab Aqidah, bahkan Syaikh Bakar Abu Zaid rahimahullah menulis kitab khusus dengan judul "الرد على المخالف من أصول الإسلام". 

10. Contoh kenapa para ulama terus mengingatkan dari bahaya pemikiran dan kesalahan Sayyid Quthub dalam kitab-kitabnya? karena pemikiran dan penyimpangannya menjadi racun berbahaya bagi para pemuda yang akhirnya menjadi takfiri, menjauh dari kehidupan kaum muslimin -karena dianggap sebagai kaum Jahiliyyah-. hal ini dipersaksikan sendiri oleh Tokoh-Tokoh IM, seperti Farid Abdul Khalik dalam kitabnya (Al Ikhwan fi Mizanil Haq, hal. 115), dia berkata : 

إن نشأة فكرة التكفير بدأت بين بعض الشباب الإخوان في سجن القناطر في أواخر الخمسينيات وبداية الستينيات، وهم تأثروا بفكر سيد قطب وكتاباته وأخذوا منها أن المجتمع في جاهلية، وأنه (قطب) قد كفر حكامه الذين تنكروا لحاكمية الله بعدم الحكم بما أنزل الله ومحكوميهم إذا رضوا بذلك

"Sesungguuhnya pemikiran takfir tumbuh diantara para pemuda Ikhwanul Muslimin yang berada di penjara Al Qanathir [ini penjarah besar bawah tanah dipinggiran kota Cairo ditepi sungai niel], pada tahun akhir lima puluhan dan enam puluhan. Mereka itu terpengaruh oleh pemikiran dan tulisan Sayyid Quthub, sehingga mereka berkesimpulan bahwa masyarakat dalam keadaan jahiliyyah, para pemimpinnya telah kafir, karena mengingkari Allah sebagai Hakim Tunggal, buktinya mereka tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah. Dan rakyatnya kafir juga, jika meridhai hal tersebut". 

 DR. Yusuf Qardhawi juga mengaminkan hal yang sama dalam kitabnya (Aulawiyat
Al Harakah Al Islamiyyah hal.110) :

في هذه المرحلة ظهرت كتب سيد قطب التي تمثل المرحلة الأخيرة من تفكيره بتكفير المجتمع وإعلان الجهاد الهجومي على الناس كافة

"Pada fase ini, mucul buku-buku Sayyid Quthub yang mewakili fase terakhir pemikiran tafkirnya, yang dengan cepat mengkafirkan masyarakat, serta pengumuman jihad penyerangan atas seluruh manusia".

Akhirnya bermuculan kelompok-kelompok sempalan, Al Qaedah, JI, Isis mengadopsi pemikiran-pemikiran SQ yang dituangkan dalam kitab-kitabnya.
Apakah kemudian kita harus diam tidak boleh mengingatkan umat dari bahaya pemikiran sesat mereka dan semisalnya??! 

Semoga Allah menjaga kita dari fitnah-fitnah dan memberi taufiq untuk ittiba' Al Haq.
Ustadz muhammad alif 

Ketika Syaikh Abdurrazzaq al Badr -حفظه الله- keluar dari Masjid, beliau tidak mendapati sendalnya

Ketika Syaikh Abdurrazzaq al Badr -حفظه الله- keluar dari Masjid, beliau tidak mendapati sendalnya. Maka salah seorang dari murid syaikh meletakkan sendalnya dihadapan Syaikh dan berkata: ‘ambillah sendalku ini Syaikh’. Kemudian Syaikh mencandainya dengan disertai senyuman yang indah: ‘Berapa harga sewa yang kau berikan untukku?!’ Lalu syaikh melanjutkan: ‘Sesungguhnya telah shahih dari Nabi ﷺ bahwa terkadang beliau berjalan tanpa sendal dan terkadang juga memakai sendal, maka jangan halangi kami untuk mendapatkan pahala ini (pahala mengerjakan sunnah -pent)’. Maka beliau pun berjalan menuju mobilnya tanpa beralas kaki, sedang beliau menjawab pertanyaan dan masalah-masalah para murid yang ikut berjalan bersamanya.
Ustadz yami cahyanto

Kami mengenal orang-orang yang dahulu mencela dan mengutuk ahli bid'ah. (Akan tetapi), kemudian mereka duduk-duduk dan bergaul dengan para ahli bid'ah, lalu mereka pun berubah menjadi -bagian dari- golongan ahli bid'ah." (Ibanah Kubra 2/470)

Imam Ibn Baththah -rahimahullah- berkata, "Kami mengenal orang-orang yang dahulu mencela dan mengutuk ahli bid'ah. (Akan tetapi), kemudian mereka duduk-duduk dan bergaul dengan para ahli bid'ah, lalu mereka pun berubah menjadi -bagian dari- golongan ahli bid'ah." (Ibanah Kubra 2/470) -'Ubaid bin asy-Syams al-Afghani-

REALITA_SEJARAH#KHURUJ_PEMBERONTAKAN

#REALITA_SEJARAH
#KHURUJ_PEMBERONTAKAN

Berkata Al 'Allamah Abdurrahman Al Mu'allimi rahimahullah :

وَقَدْ جَرَّبَ المُسْلِمُونَ الخُرُوجَ فَلَمْ يَرَوا مِنْهُ إِلَّا الشَّرَّ

"Kaum muslimin sudah pernah mencoba khuruj -pemberontakan- kepada pemimpin, tapi tidak mereka dapatkan kecuali keburukan dan kerusakan (yang lebih besar)".

📚 At Tankil 1/288.

صدق رحمه الله،،
Ustadz muhammad alif 

ciri hizbiyah

Siapa yang tidak memiliki keluhuran akhlak, niscaya terhalang dari ilmu

Syaikh Shalih al-Ushaimiy hafizhahullah,

مَنْ فَقَدَ مَكَارِمَ الأَخْلَاقِ حُرِمَ العِلْمُ

“Siapa yang tidak memiliki keluhuran akhlak, niscaya terhalang dari ilmu.”
Ustadz didik s 

Rabu, 28 September 2022

Kecurangan Terhadap Umat

Kecurangan Terhadap Umat

Asy-Syaikh Muhammad Bin Abdillah Al-Imam hafizahullah berkata, 

ومن أعظم الغش للأمة أن يترك الباطل مدسوسا في الحق كشأن بعض علماء الأحزاب؛ يرون السكوت عن الأباطيل والمباركة لأصحابها 

"Termasuk kecurangan terbesar terhadap umat adalah membiarkan kebatilan tersisipkan di dalam alhaq, seperti sikap sebagian ulama (tokoh) hizbiyyah; mereka diam dari kebatilan dan memberi selamat kepada pelaku kebatilan."

[Tabshirul Hayārā Bi Mawāqifil Qaradhāwi Minal Yahudi Wan Nashārā, sebagaimana dalam Majmu'ah Rudud Aqdiyyah Lisy Syaikh Al-Imam: 350]
Ustadz abu muhammad 

Bingung Bagaimana Sholat Qashar & Jamak ?

بسمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحيم
🌀Bingung Bagaimana Sholat Qashar & Jamak ?

Barakallahu fikum, berikut penjelasan ringkas tentang Sholat Qashar dan Jamak beserta dalil-dalilnya.

👑SHOLAT JAMAK
Termasuk kesempurnaan rahmat Allah bagi seorang musafir adalah diberi keringanan untuk menjama’ dua shalat di salah satu waktunya. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَجْمَعُ بَيْنَ صَلاَةِ الظُّهْرِ وَالعَصْرِ إِذَا كَانَ عَلَى ظَهْرِ سَيْرٍ وَيَجْمَعُ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَاْلعِشَاءِ

“Apabila dalam perjalanan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjama’ shalat Zhuhur dengan Asar serta Maghrib dengan ‘Isya’.” (HR. Al Bukhari no. 1107 dan Muslim no. 704)

Shalat yang boleh dijama’ adalah shalat Zhuhur dengan Asar serta shalat Maghrib dengan ‘Isya’. Adapun shalat shubuh tidak boleh dijama’ dengan shalat yang sebelumnya atau sesudahnya. Demikian pula tidak boleh menjama’ shalat asar dengan maghrib. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata,

كَانَ النَّبِيُّ إِذَا ارْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيْغَ الشَّمْسُ أَخَّرَ الظُّهْرَ إِلَى وَقْتِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَجْمَعُ بَيْنَهُمَا وَإِذَا زَاغَتْ صَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ رَكِبَ.

“Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berangkat sebelum matahari tergelincir maka beliau mengakhirkan shalat Zhuhur hingga Asar kemudian menjama’ keduanya. Apabila beliau berangkat setelah Zhuhur maka beliau shalat Zhuhur kemudian baru berangkat.” (HR. Al Bukhari no. 1111 dan Muslim no. 704)

Adapun tata cara menjamak shalat adalah menggabungkan dua shalat dalam salah satu waktu, baik diakhirkan maupun dikedepankan. Misalnya shalat Zhuhur dan Asar dijama’ (digabung) dikerjakan pada waktu Zhuhur atau pada waktu Asar, keduanya boleh.

Hendaklah adzan untuk satu kali shalat dan iqomah pada setiap shalat. yaitu satu kali adzan cukup untuk Zhuhur dan Asar dan iqomah untuk setiap shalat sebagaimana hadits:

ثُمَّ أَذَّنَ، ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ، ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ، وَلَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُمَا شَيْئًا

“Maka Bilal adzan, lalu mengumandangkan iqamat dan shalat Zhuhur, lalu mengumandangkan iqamat dan shalat Ashar. Beliau tidak mengerjakan shalat (sunnah) di antara keduanya sedikitpun.” (HR. Muslim no. 1218 (147))

〰〰〰〰〰〰〰〰
👑SHOLAT QASHAR

Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَقْصُرُواْ مِنَ الصَّلاَةِ إِنْ خِفْتُمْ أَن يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُواْ

“Jika kalian mengadakan perjalanan di muka bumi maka tidak mengapa atas kalian untuk mengqashar shalat jika kalian khawatir orang-orang kafir akan membahayakan kalian.” (QS. An-Nisa’: 101)

✏Dari Ya’la bin Umayyah dia berkata kepada Umar bin Al-Khaththab meminta penjelasan ayat di atas:
فَقَد أَمِنَ النَّاسُ فَقَالَ: عَجِبتُ مِمَّا عَجِبتَ مِنهُ فَسَأَلتُ رَسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم –  عَن ذَلِكَ فَقَالَ: ((صَدَقَةٌ تَصَدَّقَ الله بِهَا عَلَيكُم فَاقبَلُوا صَدَقَتَهُ

“Sekarang manusia sudah merasa aman (tidak ada bahaya dari orang kafir). Maka Umar menjawab, “Aku juga mengherankan hal tersebut, karenanya aku juga menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Maka beliau bersabda, “Itu (qashar) adalah sedekah yang Allah bersedekah kepada kalian, karenanya terimalah sedekah-Nya.” (HR. Muslim no. 686)

Maksud Ya’la: Bukankah ayat tersebut hanya menyebutkan bolehnya safar jika khawatir akan diganggu oleh musuh? Jika keadaannya aman seperti sekarang, apakah hukum qashar masih tetap berlaku? Maka Umar menjawabnya dengan jawaban di atas.

✏Dari Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu anha dia berkata:
فَرَضَ الله الصَّلاةَ حِينَ فَرَضَهَا رَكعَتَينِ رَكعَتَينِ في الحَضَرِ وَالسَّفَرِ، فَأُقِرَّت صَلاةُ السَّفَرِ وَزِيدَ في صَلاةِ الحَضَرِ

“Dia awal kali Allah mewajibkan shalat, Dia mewajibkannya 2 rakaat 2 rakaat dalam keadaan mukim dan safar. Belakangan, shalat dalam keadaan safar ditetapkan sebagaimana awalnya, dan shalat dalam keadaan mukim ditambah (jadi 4 rakaat).” (HR. Al-Bukhari no. 1090 dan Muslim no. 685)

✏Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma dia berkata:
فَرَضَ الله الصَّلاةَ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكُم – صلى الله عليه وسلم –  في الحَضَرِ أَربَعًا، وَفي السَّفَرِ رَكعَتَينِ، وَفي الخَوفِ رَكعَةً.

“Allah mewajibkan shalat melalui lisan Nabi kalian shallallahu alaihi wasallam sebanyak 4 rakaat dalam keadaan mukim, 2 rakaat dalam keadaan safar, dan 1 rakaat dalam keadaan takut (shalat khauf).” (HR. Muslim no. 687)

✏Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dia berkata:
خَرَجنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ – صلى الله عليه وسلم –  مِن المَدِينَةِ إِلَى مَكَّةَ فَصَلَّى رَكعَتَينِ رَكعَتَينِ حَتَّى رَجَعَ، قُلتُ: كَم أَقَامَ بِمَكَّةَ؟ قَالَ: عَشرًا

“Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari Madinah menuju Makkah, maka beliau shalat 2 rakaat 2 rakaat sampai beliau pulang ke Madinah. Saya (murid Anas) bertanya. “Berapa lama beliau menetap di Makkah?” dia menjawab, “10 hari.” (HR. Al-Bukhari no. 1081 dan Muslim no. 693)

✏Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dia berkata:
صَلَّيتُ الظُّهرَ مَعَ النَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم –  بِالمَدِينَةِ أَربَعًا وَبِذِي الحُلَيفَةِ رَكعَتَينِ

“Aku shalat zuhur bersama Nabi shallallahu alaihi wasallam di Madinah 4 rakaat dan shalat di Zil Hulaifah 2 rakaat.” (HR. Al-Bukhari no. 1089 dan Muslim no. 690)

📝Penting untuk disimak:
💎1.    Shalat yang terkena qashar (pengurangan rakaat) hanyalah shalat yang rakaatnya 4 (zuhur, ashar, dan isya). Adapun maghrib dan subuh maka rakaatnya tetap dalam keadaan safar, tidak dikurangi. Ini adalah kesepakatan di kalangan ulama, sebagaimana yang dinukil oleh Imam Ibnu Al-Mundzir dan selainnya.

💎2.    Qashar shalat hanya syariat yang diperuntukkan bagi imam atau yang shalat sendiri. Adapun bagi mereka yang bermakmum kepada seorang imam dalam shalat berjamaah, maka mereka mengikuti jumlah rakaat imamnya.

Dari Musa bin Salamah Al-Hudzali dia berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma:

كَيفَ أُصَلِّي إِذَا كُنتُ بِمَكَّةَ إِذَا لَم أُصَلِّ مَعَ الإِمَامِ؟ فَقَالَ: رَكعَتَينِ سُنَّةَ أبي القَاسِمِ

“Bagaimana saya shalat jika saya berada di Makkah (sedang safar) dan saya tidak ikut shalat di belakang imam (berjamaah)?” Maka beliau menjawab, “Shalatlah 2 rakaat, itu merupakan sunnahnya Abu Al-Qasim shallallahu alaihi wasallam.” (HR. Muslim no. 688, Ahmad no. 3119)

🔹Maka dari atsar di atas bisa dipahami, bahwa jika seseorang shalat di belakang imam yang mukim maka dia mengikuti rakaat imamnya yaitu 4 rakaat.

🔋Catatan penting:
Sebagian manusia ada yang sengaja meninggalkan shalat berjamaah saat safar dengan alasan karena dia ingin melakukan qashar. Ini adalah kesalahan, karena shalat berjamaah tetap diwajibkan bagi setiap lelaki baligh, baik dalam keadaan mukim maupun safar.

Dalil akan wajibnya shalat berjamaah bagi musafir adalah hadits Malik bin Al-Huwairits dia berkata: Ada 2 lelaki yang mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasallam, yang mana mereka berdua ini akan melakukan safar. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada keduanya:

إِذَا أَنتُمَا خَرَجتُمَا فَأَذِّنَا، ثُمَّ أَقِيمَا، ثُمَّ لِيَؤُمَّكُمَا أَكبَرُكُمَا

“Jika kalian berdua telah keluar (dan waktu shalat telah masuk), maka kumandangkanlah azan dan iqamah, kemudian hendanya yang paling tua di antara kalian yang menjadi imam.” (HR. Al-Bukhari no. 628 dan Muslim no. 674)

✏Hadits ini juga menjadikan dalil bahwa adzan dan iqamah selama safar itu juga tetap (baca: dianjurkan) untuk dilakukan meskipun berada di kereta, pesawat atau perahu/kapal.

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata:

صَحِبتُ رَسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم –  فَكَانَ لا يَزِيدُ في السَّفَرِ عَلَى رَكعَتَينِ وَأَبَا بَكرٍ وَعُمَرَ وَعُثمَانَ كَذَلِكَ

“Saya bersahabat dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (sebegitu lama), akan tetapi dalam safar beliau tidak pernah shalat lebih dari 2 rakaat. Demikian pula yang dilakukan oleh Abu Bakar, Umar, dan Utsman.” (HR. Al-Bukhari no. 1102)

Maka ini menunjukkan bahwa pendapat dan amalan ketiga khalifah pertama adalah mengqashar shalat saat safar.

Ibnu Al-Qayyim rahimahullah (wafat 751 H) berkata, “Beliau mengqashar shalat yang 4 rakaat dan mengerjakannya 2 rakaat ketika beliau keluar melakukan safar hingga beliau kembali. Dan tidak shahih sama sekali dari beliau bahwa beliau shalat dengan menyempurnakan jumlah rakaat pada shalat yang 4 rakaat dalam safar.” (Lihat Zaad Al-Ma’ad: 1/451 cet Muassassah ar-Risalah 1415 H)

♻SEKALIGUS JAMAK DAN QASHAR ?

Tidak ada kelaziman antara jamak dan qashar. Musafir dianjurkan untuk mengqashar shalat dan tidak harus menjama’, yang afdhal bagi musafir yang telah menyelesaikan perjalanannya dan telah sampai di tujuannya adalah mengqashar saja tanpa menjamak sebagaimana dilakukan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam ketika berada di Mina pada waktu haji wada’, yaitu beliau hanya mengqashar saja tanpa menjama’ (Hadits di shohih Muslim no. 1218 dan lihat Sifat Haji Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, karya Syaikh Al Albani), dan beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pernah melakukan jama’ sekaligus qashar pada waktu perang Tabuk. Sebagaimana hadits, Shahabat Muadz bin Jabal radhiallahu’anhu menuturkan:

خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ غَزْوَةِ تَبُوكَ، فَكَانَ يَجْمَعُ الصَّلَاةَ، فَصَلَّى الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا، وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ جَمِيعًا

Kami pergi bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam tahun perang tabuk, beliau menjamak sholat yaitu beliau menggabungkan sholat dhuhur dan ashar begitu pula maghrib dan isya.(HR. Muslim no. 706 (10) ).

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam selalu melakukan jama’ sekaligus qashar apabila dalam perjalanan dan belum sampai tujuan. (sebagaimana disebutkan dalam Silsilah Ahaadits ash-Shohihah no. 164 dan juga Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz rahimahumullah 12/281). Jadi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sedikit sekali menjama’ shalatnya karena beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam melakukannya ketika diperlukan saja. (lihat Taudhihul Ahkam Syarah Bulughul Maram, Al Bassam 2/308).

Allahu A’lam

Semoga bermanfaat 
🚰 Zaki Abu Usaid

ANTARA AD-DARUQUTHNI, AL-BAQILANI, DAN ABU DZARR AL-HARAWI -rahimahumullaah-[1]- Syaikh Abul Hasan Al-Ma’ribi -hafizhahullaah- berkata:“Saya tidak berpendapat (bolehnya) memuji secara mutlak terhadap orang yang terkena bid’ah dengan tanpa menjelaskan keadaannya. Hal ini (tidak memuji secara mutlak-pent) untuk menghindari hal yang berbahaya. Dan di dalam kisah Ad-Daruquthni dan Abu Dzarr Al-Harawi bersama Al-Baqilani terdapat pelajaran dan nasehat. Lihat: (Siyar A’laam) An-Nubalaa’ (XVII/558)”

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=484113025262912&id=100009926563522

ANTARA AD-DARUQUTHNI, AL-BAQILANI, DAN ABU DZARR AL-HARAWI -rahimahumullaah-

[1]- Syaikh Abul Hasan Al-Ma’ribi -hafizhahullaah- berkata:

“Saya tidak berpendapat (bolehnya) memuji secara mutlak terhadap orang yang terkena bid’ah dengan tanpa menjelaskan keadaannya. Hal ini (tidak memuji secara mutlak-pent) untuk menghindari hal yang berbahaya. Dan di dalam kisah Ad-Daruquthni dan Abu Dzarr Al-Harawi bersama Al-Baqilani terdapat pelajaran dan nasehat. Lihat: (Siyar A’laam) An-Nubalaa’ (XVII/558)”

[“As-Siraajul Wahhaaj Bi Shahiil Minhaaj” (no. 155), karya Syaikh Abul Hasan Al-Ma’ribi, dan kitab ini telah dipuji oleh: Syaikh Al-‘Utsaimin, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh, dan Syaikh Muqbil]

[2]- Imam Adz-Dzhahabi -rahimahullaah- berkata:

“Abul Walid Al-Baji berkata dalam kitabnya “Ikhtishaar Firaqil Fuqahaa’” karya beliau, ketika menyebut Al-Qadhi Ibnu Al-Baqilani:

Syaikh Abu Dzarr (Al-Harawi) condong kepada madzhabnya (Al-Baqilani), maka saya bertanya: “Dari mana anda condong kepada madzhab ini?” Beliau berkata: “Dahulu saya berjalan di Baghdad bersama Al-Hafizh Ad-Daruquthni, kemudian kami bertemu Abu Bakr bin Thayyib (Al-Baqilani), maka Syaikh Abul Hasan (Ad-Daruquthni) memeluknya dan mencium (antara) wajah (kening) dan kedua matanya. Tatkala kami berpisah dengannya (Al-Baqilani); maka aku bertanya kepadanya (Ad-Daruquthni): “Siapa orang yang anda perlakukan demikian, sedangkan anda imam zaman ini?” Beliau (Ad-Daruquthni) berkata: “Dia (Al-Baqilani) adalah imam kaum muslimin dan pembela agama, dia adalah Al-Qadhi Abu Bakr Muhammad bin Thayyib (Al-Baqilani).”

Abu Dzarr (Al-Harawi) berkata: Sejak itu saya mondar-mandir menemuinya (Al-Baqilani) bersama bapakku.”

[“Siyar A’laam An-Nubalaa’” (XVII/558)]

Imam Adz-Dzahabi -rahimahullaah- juga berkata:

“Hasan bin Baqi Al-Maliqani berkata: Seorang Syaikh telah mengabarkan kepadaku, dia berkata: Abu Dzarr (Al-Harawi) ditanya: Engkau seorang Harawi; maka dari mana engkau bisa bermadzhab Maliki dan mengikuti pendapat Asy’ari? Beliau (Al-Harawi) menjawab: ‘Saya datang ke Baghdad…” kemudian beliau menyebutkan semisal dengan yang di atas.

[“Tadzkiratul Huffaazh” (III/1105)]

[3]- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullaah- berkata setelah menyebutkan bahwa Abul Hasan Al-Asy’ari dan Al-Baqilani termasuk pengikut Ibnu Kullab:

“Abu Dzarr Al-Harawi telah mengambil thariqah (Abu Bakr) Ibnu Al-Baqilani dan memasukannya ke (sekitar Masjid) Al-Haram (Makkah), dan dikatakan bahwa dia lah yang pertama memasukan (thariqah) tersebut ke Al-Haram, dan darinya lah orang-orang Maghrib kemudian mengambilnya.”

[“Dar’u Ta’aarudhil ‘Aql Wan Naql” (I/269-270)]

[4]- Kesimpulan:

Penghormatan Imam Ad-Daruquthni -dan beliau seorang Salafi- terhadap Al-Baqilani -dan beliau pembesar Asy'ari- telah menjadikan Abu Dzarr Al-Harawi terpengaruh madzhab Asy'ari yang kemudian dia sebarkan sehingga menjadi meluas.

Wallaahu A'lam.

[5]- Tambahan

Imam Abu Nashr As-Sijzi (wafat th. 444 H) -rahimahullaah- berkata:

"Menyembunyikan madzhab (Asy'ari) dari suatu kaum dan menampakkannya kepada yang lain; ini mirip dengan zindiq. Dengan cara inilah: banyak orang awam dan pemula masuk ke madzhab mereka (Asy'ariyyah), karena pada awalnya mereka menampakkan kesepakatan (dengan Ahlus Sunnah) dan mendustakan (madzhab Asy'ari) yang telah dinisbatkan kepada mereka, sampai mereka bisa menjaring (orang awam). Jika orang (awan) tersebut sudah terjatuh; maka mereka tarik sedikit demi sedikit sampai akhirnya terlepas dari Sunnah.

Dan ABU BAKR AL-BAQILANI termasuk orang yang paling banyak menggunakan cara ini. Dia hiasi kitab-kitabnya dengan memuji Ahli Hadits dan seolah-olah berdalil dengan hadits-hadits untuk menguatkan pendapatnya, serta banyak memuji Ahmad bin Hanbal -rahimahullaah-, dan (bahkan) mengisyaratkan dalam beberapa risalahnya bahwa beliau mengenal ilmu kalam dan bahwa tidak ada perselisihan antara Ahmad dengan Asy'ari. Maka hal semacam ini menunjukkan tipisnya agama dan sedikitnya rasa malu."

["Risaalah As-Sijzi Ilaa Ahli Zabiid" (hlm. 200-201)]

-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-

Selasa, 27 September 2022

Seseorang tidak akan lurus adabnya terhadap Allah sama sekali, kecuali dengan tiga perkara, yaitu:

✍🏼 Imam Ibnul Qayyim rahimahullaahu ta'ala berkata:

“Seseorang tidak akan lurus adabnya terhadap Allah sama sekali, kecuali dengan tiga perkara, yaitu:
1⃣ Berilmu tentang nama-nama dan sifat-sifatNya.
2⃣ Berilmu tentang agama dan syariat-Nya serta apa-apa yang dicintai dan dibenci Allah.
3⃣ Jiwa yang siap, lembut untuk menerima kebenaran baik secara keilmuan, pengamalan maupun keadaan."

📙Madarijus Saalikin 2/365
___________________

‎وَلَا يَسْتَقِيمُ لِأَحَدٍ قَطُّ الْأَدَبُ مَعَ اللَّهِ إِلَّا  بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ :
 
1⃣ مَعْرِفَتُهُ بِأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ
2⃣ وَمَعْرِفَتُهُ بِدِينِهِ وَشَرْعِهِ وَمَا يُحِبُّ وَمَا يَكْرَهُ
3⃣ وَنَفْسٌ مُسْتَعِدَّةٌ قَابِلَةٌ لَيِّنَةٌ مُتَهَيِّئَةٌ لِقَبُولِ الْحَقِّ عِلْمًا وَعَمَلًا وَحَالًا

‎وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ.اهـ

‎📚 مدارج السالكين | ٣٦٥/٢
Ustadz urfa 

HIZBIYAH MENURUT ULAMA DAKWAH SALAFIYAH

HIZBIYAH MENURUT ULAMA DAKWAH SALAFIYAH

Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari rahimahullahu berkata: 
"Ketika kaum muslimin terpecah belah menjadi berbagai macam golongan dan kelompok, mereka berwala’ (berloyalitas) dan berbara’ (berlepas diri) berdasarkan fanatik golongan. Tolok ukur kebenaran menurut mereka adalah fanatik golongan (baik berupa ormas, yayasan, ponpes, sekolah tinggi dll) tidak ada selainnya. Engkau mendapati mereka -sungguh sangat memprihatinkan- tidak menghargai kebenaran  ketika datang bukan dari golongan mereka (yang di atas kebenaran dijelek-jelekkan sedangkan anggotanya yang jelas-jelas postingannya sesat bahkan kufur dilindungi dan dipuji)." (Ad-Dakwah Ilallah hal. 24 oleh Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari rahimahullahu)

* Kalau ada yang mengatakan di antara ciri yang terjangkit hizbi adalah sangat takut dan khawatir jika ada anggota yang keluar dari kelompok tersebut. Maka sungguh ini adalah persaksian orang dalam sendiri.

- Siapakah yang suka menginterogasi dan mengintimidasi santri/alumni dan jamaah kajian karena masih kontak atau membantu atau ngaji dengan ustadz yang tidak dia sukai?!
- Siapakah yang suka melarang alumni atau takmir masjid untuk mengundang ustadz yang tidak dia sukai untuk mengisi kajian?!
- Siapakah yang mengancam takmir masjid "kalau ustadz Fulan (yang tidak dia sukai) masih ngajar di masjid itu, maka (mereka) akan mogok ngajar"?!
Jadi siapa yang takut?! Siapa yang hizbi?! 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ - كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman, Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. Ash-Shaf : 2-3)
Ustadz abdurahman thoyib

Allah Jalla wa 'Alaa melarang Ahlul Kitab berbuat ghuluw

Renungkan bagaimana Allah Jalla wa 'Alaa melarang Ahlul Kitab berbuat ghuluw di 2 ayat: An-Nisa 171 dan Al-Maidah 77. Dan Rasul kita yang mulia shallallahu 'alayhi wasallam juga mewanti-wantikan dengannya, 

يا أيُّها النَّاسُ إيَّاكم والغُلوَّ في الدِّينِ فإنَّهُ أهْلَكَ من كانَ قبلَكُمُ الغلوُّ في الدِّينِ

"...Hai manusia, jauhilah oleh kalian semua sikap ghuluw (fanatisme berlebihan) dalam agama, karena yang membinasakan umat-umat terdahulu sebelum kalian adalah sikap ghuluw dalam agama." [Riwayat Ibnu Majah, An-Nasaiy, Al-Baihaqiy, Al-Hakim, dll]
Ustadz muhammad teguh azhar

TERMASUK MENYEMBUNYIKAN ILMU

🔭 TERMASUK MENYEMBUNYIKAN ILMU

🛡 Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan hafizhahullah ta'ala berkata :

الداعية الذي لا يحذر من دعاة الضلال يعتبر من الكاتمين للعلم 

"Seorang da'i yang tidak memperingatkan dari bahaya para penyeru kesesatan, maka termasuk orang-orang yang menyembunyikan ilmu."

📚 Ighatsatu al Lahfan
Ustadz musa jundana 

Dosa-dosa yang dilakukan walaupun terulang seratus kali bahkan seribu kali atau lebih banyak lagi tetapi apabila orang tersebut bertaubat setiap kali ia berbuat dosa maka taubatnya akan diterima.Atau ia bertaubat dengan satu kali taubat untuk semua dosa-dosanya maka taubatnya akan diterima"

Imam Nawawi berkata:

" أن الذنوب ولو تكررت مائة مرة بل ألفا وأكثر وتاب في كل مرة قبلت توبته ، أو تاب عن الجميع توبة واحدة صحت توبته  "

"Dosa-dosa yang dilakukan walaupun terulang seratus kali bahkan seribu kali atau lebih banyak lagi tetapi apabila orang tersebut bertaubat setiap kali ia berbuat dosa maka taubatnya akan diterima.Atau ia bertaubat dengan satu kali taubat untuk semua dosa-dosanya maka taubatnya akan diterima"(Syarh Muslim, 17:75).
Ustadz hendri lensa

Umdatul Ahkam

Banyak kitab yang sebab penyususunanya sebagai jawaban atas sebuah pertanyaan. Salah satunya kitab Umdatul Ahkam. Ditulis oleh Al-Hafidz Abdul Ghoni Al-Maqdisiy untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan dari salah satu temannya untuk mengumpulkan hadist ahkam yang disepakati Syaikhain (Bukhari dan Muslim). 

Seorang yang bertanya ini merupakan penanya yang di berkahi, dengan sebab pertanyaannya, Al-Hafidz Abdul Ghoni Al-Maqdisiy menulis jawaban dalam sebuah tulisan (buku). Sehingga manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh si penanya saja, melainkan dirasakan oleh kaum muslimin secara umum. 

Maka hal ini masuk kedalam hadist yang diriwayatkan oleh shahabat Abu Mas’ud Al-Anshari Radhiallahu'anhu, beliau berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: 

من دل على خير فله مثل أجر فاعله ( أخرجه مسلم) 

“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka bagi dia pahala yang orang yang mengerjakan kebajikan tersebut.” (Hadits Riwayat Imam Muslim - 1893) 

*Faidah ngaji kitab Umdatul Ahkam bersama Syaikh Abdul Rozaq Al-Badr Hafidzahullah
Ustadz muhammad sulaiman 

Pemimpin

Pemimpin

Dalam organisasi keislaman seringkali kepemimpinan ditentukan oleh senioritas dan kedalaman ilmu (knowledge). Padahal kepemimpinan (leadership) itu adalah kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi, mengawasi, dan mengarahkan orang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas.

Contoh kasus di zaman Nabi pun tidak kaku pemimpin itu harus senior dan ilmu agamanya mendalam. Dalam Perang Mu'tah, Tsabit bin Arqam yang merupakan sahabat senior dan veteran Perang Badr, ia menunjuk Khalid bin al-Walid menjadi pimpinan Perang Mu'tah tatkala Ja’far bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abdullah bin Rawahah radhiallahu ‘anhum gugur.

Contoh lain, Abu Dzar radhiallahu 'anhu dipuji oleh Ali bin Abu Thalib dengan:

أَبُو ذر وعاء مليء علما.

“Abu Dzar bagai sebuah wadah yang penuh dengan pengetahuan…”

Tapi Nabi tidak mengangkatnya sebagai pemimpin. Justru orang seperti Amr bin al-Ash diangkat Rasulullah memimpin Perang Dzatus Salasil setelah hanya 5 bulan saja ia memeluk Islam. Di pasukan tersebut terdapat Abu Bakr dan Umar.

Kalau seseorang hanya memiliki kemampuan mangarhkan/menasihati, ada pos yang lebih layak untuknya yaitu sebagai penasihat bukan pimpinan. Di antara penyebab organisasi macet dan vakum adalah kelemahan kita dalam membedakan mana umurud dun-ya dan ahkamud din. Kita mengira pengetahuan seseorang tentang ahkamud din berbanding lurus dengan pengetahuannya terhadap umurud dun-ya.
Ustadz nurfitri hadi

MEMUJI DAN MEMBELA AHLUL BID'AH

MEMUJI DAN MEMBELA AHLUL BID'AH 

Kalau ada seorang penuntut ilmu atau mungkin seorang ustadz, senantiasa memuji, menyanjung dan membela individu ahlul bid'ah atau kelompok menyimpang seperti Ikhwanul Muslimin, Hamas atau sejenisnya, tetapi marah, mendebat dan menyerang kalangan ikhwah atau ustadz ahlussunnah yang memperingatkan kebid'ahannya dan penyimpangannya ahlul bid'ah atau kelompok tersebut, maka hati-hatilah dengan tipe orang seperti ini. Dia jahil dari manhaj salaf, walaupun dia mengaku di atas manhaj salaf dan orang yang memiliki maksud dan tujuan tertentu.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :

 و يجب عقوبة كل من انتسب إلى أهل البدع أو ذب عنهم أو أثنى عليهم أو عظم كتبهم أو عرف بمساعدتهم و معاونتهم أو كره الكلام فيهم أو أخذ يعتذر لهم،  بل تجب عقوبة كل من عرف حالهم و لم يعاون على القيام عليهم؛ فإن القيام عليهم من أوجب الواجبات. 

“Dan wajib adanya hukuman terhadap siapa saja yang menisbatkan diri kepada ahlul bid’ah, membela mereka, memuji mereka, memuliakan kitab-kitab mereka, senang membantu dan menolong mereka, membenci kritikan yang ditujukan kepada mereka atau senang memberikan udzur untuk mereka.

Bahkan wajib memberikan hukuman kepada siapa saja yang sebenarnya mengetahui keadaan ahlul bid’ah, namun tidak memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membantah mereka. (Majmu’ Al-Fatawa, 2/132).

Berkata Fudhail bin Iyadh rahimahullah :

إذا علم الله من الرجل أنه مبغض لصاحب بدعة غفر له و إن قلّ عمله, و لايكن صاحب سنة يمالئ صاحب البدعة إلاّ نفاقا, ومن أعرض بوجهه عن صاحب بدعة ملأ الله قلبه إيمانا ومن انتهر صاحب بدعة آمن الله يوم الفزع الأكبر, و من أهان صاحب بدعة رفعه الله في الجنة مائة درجة.

Apabila Allah mengetahui bahwa seseorang membenci ahlu bid'ah, maka akan diampuni dosanya meskipun sedikit amalannya, dan tidaklah seorang ahlu sunnah memaafkan seorang ahlul bid'ah kecuali karena kemunafikan, dan barang siapa yang memalingkan wajahnya dari ahlu bid'ah maka Allah akan memenuhi hatinya dengan keimanan, dan barang siapa yang membentak ahlu bid'ah maka Allah akan memberinya keamanan pada hari kiamat kelak, dan barang siapa yang menghinakan ahlu bid'ah maka Allah akan mengangkat derajatnya seratus derajat di surga. (Atta'liq Ala Syarhis Sunnah Al Barbahari). Sumber :http://shamela.ws/browse.php/book-37718/page-315

Berkata Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah :

والسلف حذرونا من الثقة بالمبتدعة، وعن الثناء عليهم، ومن المقتدى مجالستهم، والمبتدعة يجب التحذير منهم، ويجب الابتعاد عنهم، ولو كان عندهم شيء من الحق، فإن غالب الضُلاَّل لا يخلون من شيء من الحق؛ ولكن ما دام عندهم ابتداع، وعندهم مخالفات، وعندهم أفكار سيئة، فلا يجوز الثناء عليهم، ولا يجوز مدحهم، ولا يجوز التغاضي عن بدعتهم؛ لأن في هذه الطريقة يظهر المبتدعة ويكونون قادة للأمة - لا قدَّر الله -  وتهويناً من أمر السنة، و  ترويجاً للبدعة، فالواجب التحذير منهم. وفي أئمة السنة الذين ليس عندهم ابتداع في كل عصر ولله الحمد فيهم
الكفاية وهم القدوة.

"Dan Salaf itu memperingatkan kita dari seorang tsiqah terhadap mubtadi', melarang memuji mereka, duduk bersama mereka, wajib bagi kita untuk memperingatkan umat dari mereka, menjauhi mereka walaupun mereka memiliki beberapa perkara yang mencocoki kebenaran. Karena kebanyakan para penyeru kesesatan juga mencocoki kebenaran dalam beberapa permasahan. Akan tetapi selama pada mereka terdapat kebid'ahan, kekeliruan, dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang maka tidak boleh memuji mereka, menutup-nutupi kebid'ahan mereka, karena hal ini akan mendukung kebid'ahan dan melecehkan sunah.

Dengan cara ini mubtadi' akan menjadi panutan umat, maka wajib untuk memperingatkan umat dari mereka.

Dan cukuplah bagi kita mengambil faidah dari para imam Sunnah tiap masa yang mereka tidak terjatuh pada kebid'ahan dan milik Allah pujian,
mereka lah qudwah.

فالواجب إتباع المستقيم على السنة الذي ليس عنده بدعة، وأما المبتدع فالواجب التحذير منه، والتشنيع عليه، حتى يحذره الناس، وحتى ينقمع هو وأتباعه.

Wajib bagi kita untuk mengikuti ulama yang istiqamah di atas sunnah yang tidak terjerumus kepada kebid'ahan. Adapun mubtadi' maka wajib berhati-hati darinya, merendahkan mereka, sampai umat manusia berhati-hati darinya hingga mubtadi' dan pengikut-pengikutnya terdiam.

وأما كون عنده شيء من الحق، فهذا لا يبرر الثناء عليه أكثر من المصلحة، ومعلوم أن قاعدة الدين " إن درء المفاسد مقدم على جلب المصالح". وفي معاداة المبتدع درء مفسدة عن الأمة ترجح على ما عنده من المصلحة المزعومة إن كانت ولو أخذنا ذا المبدأ لم يضلل أحد، ولم يبدع أحد؛ لأنه ما من مبتدع إلا وعنده شيء من الحق، وعنده شيء من الالتزام.

Adapun jika pada mereka terdapat kebenaran maka tidak boleh memuji mereka melebihi maslahat yang dibutuhkan. Telah diketahui bahwa diantara kaidah agama ini "menolak mafsadah didahulukan daripada mengambil maslahat". peringatan terhadap mubtadi' adalah menolak  mafsadah, dan menolak mafsadah terhadap umat lebih didahulukan dari maslahat yang diharapkan dari mereka (mubtadi').

Jika kita tidak mengambil kaidah ini, tentu tidak boleh ada seorangpun yang dikatakan sesat dan dikatakan mubtadi' karena setiap mubtadi' pasti memiliki kebenaran, dan mereka (mubtadi') juga berpegang teguh pada sunah dalam beberapa perkara.

المبتدع ليس كافراً محضاً، ولا مخالفاً للشريعة كلها، وإنما هو مبتدع في بعض الأمور، أو في غالب الأمور، وخصوصاً إذا كان الابتداع في العقيدة وفي المنهج فإن الأمر خطير؛لأن هذا يصبح قدوة، ومن حينئذٍ تنتشر البدع في الأمة، وينشط المبتدعة في ترويج بدعهم.

Mubtadi' tidaklah kafir, tidak pula ia menyelisihi syariat sepenuhnya, ia hanya terjatuh pada kebid'ahan pada beberapa permasalahan, maupun di sebagian besar permasalahan. Terlebih jika kebid'ahan itu terdapat dalam aqidah dan manhaj, ini sangat berbahaya.
Karena hal tersebut akan menjadi qudwah, setelah meraka menjadi qudwah maka tersebarlah bid'ah pada umat, berarti ia telah membantu mubtadi' dalam menghidupkan bid'ahnya.

فالذي يمدح المبتدعة، ويشبه على الناس بما عندهم من الحق، هذا أحد أمرين :
إما جاهل بمنهج السلف، وموقفهم من المبتدعة، وهذا الجاهل لا يجوز له أن يتكلم، ولا يحوزللمسلمين أن يستمعوا له.
وإما مغرض؛ لأنه يعرف خطر البدعة ويعرف خطر المبتدعة ولكنه مغرض يريد أن يروج للبدعة. فعلى كلٍّ هذا أمر خطير، وأمر لا يجوز التساهل في البدعة وأهلها مهما كانت.

Maka orang yang memuji mubtadi' kemudian memberikan syubhat pada manusia bahwa mereka (mubtadi') memiliki kebenaran, maka ia termasuk salah satu dari dua kelompok :

1) Orang yang jahil terhadap manhaj salaf dan tidak tahu sikap salaf terhadap mubtadi', maka orang seperti ini tidak boleh berbicara dan hendaknya kaum muslimin tidak mengindahkan ucapannya

2) Orang yang memiliki maksud dan tujuan tertentu, karena ia tahu akan bahaya kebid'ahan, tetapi ia memang memiliki maksud untuk membela kebid'ahan. hal ini merupakan permasalahan yang berbahaya, suatu permasalahan yang sedapat mungkin seorang pun tidak boleh bermudah-mudahan pada bid'ah dan ahlul bid'ah. Sumber : https://alfawaeid.com/الذي-يجالس-أهل-البدع-أشدُّ-علينا-من-أهل/

AFM

Copas dari berbagai sumber

Penghulu Segala Kebaikan

📜 Penghulu Segala Kebaikan

"TAUHID itu penghulu segala kebaikan. Dengan sempurnanya tauhid segala kebaikan akan menjadi sempurna dan dengan kurangnya tauhid segala kebaikan akan berkurang pula. Maka itu teruslah periksa dan pelihara tauhid itu dengan cara menaruh perhatian terhadapnya! Jagalah ia dari segala yang dapat melemahkannya! Karena sesungguhnya ia harta simpanan di kehidupan dunia dan tabungan berharga setelah kematian kelak." (Syekh Soleh al-'Ushoimiy hafizahullahu)

TAUHID itu, engkau beriman bahwa Allah Maha segalanya, segala ibadah engkau tujuan hanya kepadaNya semata, dan engkau yakin bahwa Allah memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia.

🇮🇩🇸🇦 ICC DAMMAM KSA
Channel Telegram: https://t.me/iccdammamksa

Pada penghujung bulan Shafar 1444 H telah meninggal seorang da'iyyatul fitnah Yusuf Al-Qardhawi

Pada penghujung bulan Shafar 1444 H telah meninggal seorang da'iyyatul fitnah Yusuf Al-Qardhawi

Allah telah mengistirahatkan semesta dan manusia darinya, serta Ahlusuunnah bergembira dengan hal ini.

Dikatakan kepada Imam Ahmad bin Hambal, "Ada orang yang senang dengan apa yang menimpa pengikutnya Ibnu Abi Duad, apakah ada dosa baginya?

Kemudian Imam Ahmad mengatakan, "siapa yang tidak senang dengan hal seperti ini ?!" (as-Sunnah, karya al-Khallal, 5/121)

--
Twitt Syaikh Wajb bin Ali al-'Utaibi hafidzahullah pada 26/9/2022 pukul 18.36
Ustadz noviyardi amrullah

Penjelasan Rinci tentang Sikap Tarahum (Mendoakan Rahmat) kepada Ahlul BidahSyaikh Sulaiman bin Salimullah ar-Ruhaili hafizhahullah berkata (yang maknanya):

Penjelasan Rinci tentang Sikap Tarahum (Mendoakan Rahmat) kepada Ahlul Bidah

Syaikh Sulaiman bin Salimullah ar-Ruhaili hafizhahullah berkata (yang maknanya):

(Terkait masalah menyalati dan memintakan ampun secara terang-terangan bagi ahlul bidah)

Ahlussunnah wal Jamaah -wahai Saudaraku-, mereka tidaklah melarang dari memohonkan ampunan bagi seorang mukmin walaupun dia seorang pelaku bidah ataupun pelaku maksiat. Akan tetapi, memohonkan ampunan bagi para pelaku kesesatan dan kebidahan itu tidaklah dilakukan terang-terangan, hal ini sebagai bentuk teguran atas perbuatan-perbuatan bidahnya.

(Maka tidak mengapa) apabila seseorang memohonkan ampunan bagi mereka secara pribadi. Namun, jangan ditampakkan terang-terangan di khalayak umum (orang-orang awam). Karena hal tersebut akan menjadikan perkara maksiat itu sepele di hati orang awam, dan akhirnya mereka pun melakukannya.

Demikian pula perkara menyalatkan mereka (ahul bidah dan maksiat), maka Ahlussunnah wal Jamaah tidaklah melarang menyalatkan ahlul bidah, tidak melarang pula menyalatkan pelaku zina, ataupun pencuri. Akan tetapi yang menjadi ketetapan para ulama Ahlussunnah wal Jamaah adalah bahwasanya para ulama (yang memiliki ilmu dan keutamaan) tidaklah menyalatkan mereka, adapun orang awam (tidak dilarang) untuk menyalatkan mereka. Hal ini sebagai bentuk sikap pengingkaran terhadap bidah-bidah dan maksiat-maksiat berbahaya yang mereka lakukan tersebut.

Sikap ini (tentunya) ada asal/contohnya. Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila didatangkan kepada beliau seseorang (yang meninggal) dan dia memiliki utang -dan utang tidak termasuk maksiat-, akan tetapi dia memiliki utang dan saat disebutkan bahwa dia memiliki utang, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Salatilah teman kalian ini (namun beliau sendiri tidak mau menyalatinya-red).”

Nah, bagaimana dengan para pelaku bidah dan pelaku maksiat? Maka tentu saja lebih utama bagi para ulama untuk tidak menyalatinya. Dan ini tentunya perkara yang sangat penting.

Para pelaku bidah dan pelaku maksiat yang besar (parah), hukum asalnya, para ulama secara zahir tidak menampakkan kecuali kebencian. Kecuali apabila ada masalah atau sebab darurat atau keadaan terpaksa. Adapun di dalam hati, maka kita tidak membenci mereka secara mutlak.”

(Diraasaat fil Manhaj, hal 146-147)
Ustadz muadz mukhadasin

KENAPA IBNU BAAZ RAHIMAHULLAH BISA DICINTAI MANUSIA, WALAU PUN MEREKA BERBEDA PENDAPAT DENGAN BELIAU?

KENAPA IBNU BAAZ RAHIMAHULLAH BISA DICINTAI MANUSIA, WALAU PUN MEREKA BERBEDA PENDAPAT DENGAN BELIAU?

Dinukilkan dari kitab

أصول الإمام ابن باز في الرد على المخالفين

"Prinsip Imam Ibn Baaz dalam Membantah Orang yang Menyelisihi"

Beliau ditanya tentang kenapa orang tetap mencintai beliau meskipun pendapat beliau menyelisihi pendapat mereka?

Beliau menjawab,

لا أعلم شيئاً , إلا أني بحمد الله منذ عرفت الحق في شبابي وأنا أدعوا إليه وأصبر على الأذى في ذلك , ولا أحابي أحداً , ولا أداهن في ذلك أحداً , أقول الحق وأصبر على الأذى , فإن قبل , فالحمدلله ,وإن لم يقبل فالحمدلله

"Aku tidak mengetahuinya, kecuali bahwa aku -alhamdulillah- sejak aku mengenal kebenaran di masa mudaku, aku selalu mengajak manusia kepada kebenaran itu, dan aku berupaya untuk bersabar dalam gangguan yang kuterima karenanya. 

Aku tidak pernah condong memihak atau menjilat siapa pun. Aku hanya menyampaikan kebenaran lalu aku bersabar dengan gangguan yang kuterima. 

Diterima, alhamdulillah.
Tidak diterima, alhamdulillah."
Ustadz wira bachrun

Senin, 26 September 2022

HADIAH KESABARAN SANG ISTRI

*HADIAH KESABARAN SANG ISTRI*

Seorang wanita Aljazair menghubungi salah satu stasiun TV mohon fatwa kepada Syaikh Abdullah bin Bayyah yang berusia 85 tahun.

:" Ya syaikh saya wanita Jazairiyah muslimah dan mu'minah dan patuh kepada Allah. Tetapi suami saya suka minum khamer dan selalu pulang kerumah tengah malam. 

Dan pada suatu malam ia pulang dalam keadaan mabok, saya sedang membaca Al Qur'an. Kitab itu direnggut dari tangan saya, disobek-sobek dan dibuang kekamar mandi.

:" Apa solusinya menurutmu ya Syaikh ?. Apakah pantas saya hidup bersamanya atau saya minta cerai saja ?".

:" Apakah kamu mempunyai anak darinya ?".

:" Na'am, punya anak lima ".

:" Apakah kamu mempunyai keluarga ?".

:" Ya tetapi jauh sekali didesa, sedangkan saya diibukota".

:" Adakah yang menghidupimu sekarang ?".

:" Tidak ada, anak-anakku masih kecil-kecil ".

:" Maka kuatkan dirimu, jangan minta cerai, bersabarlah terhadapnya, jangan masuk keurusan dengannya yang bisa menimbulkan masalah ".

:" Tetapi ya syaikh bagaimana saya bisa bersabar, bagaimana kamu berfatwa tentang ini ?".

:" Tidakkah engkau melihat wahai putriku jika engkau pergi dan meninggalkan anak-anakmu dengan pemabok yang menyobek Al Qur'an, dia akan mendidik dan menggiring anak-anakmu seperti sifat dan kebiasaannya, akan meminum khamer dan menyobek Al Qur'an. 
Jadi lari dan meninggalkan rumah bukanlah solusi, bersabarlah dan ingatlah bahwa peranmu adalah jembatan bagi anak-anakmu. 
*Saya menginginkan kamu bertahajjud dan memohon dari Allah agar ia diberi hidayah*.

:" In sya' Allah ".

Lewat hari-hari, bulan- bulan dan setahun.

Muncul Syaikh tersebut disalah satu stasiun TV dan wanita ini menghubunginya :

:"Assalamualaikum ya Syaikh ".

:" Wa alaikumussalam wa marhaban....silahkan ".

:" Tidak mengenal saya ya Syaikh ?".

:" La wallah...kenalkan dirimu ".

:" Saya adalah wanita Aljazairiyyah yang menghubungimu 1 tahun yang lalu tentang suami yang peminum khamr ?!".

:" Ya saya ingat kepadamu, kamu membuatku senang, bagaimana keadaanmu wahai putriku ?".

:" Demi Allah Ya Syaikh suamiku sekarang dialah yang membuka pintu masjid setiap subuh dan mengumandangkan adzan, melaksanakan qiyamul-lail dan membaca Al Qur'an, solat fardu dan nawafil semuanya. Allah telah memberinya hidayah yang sebenar-benarnya....Ya Syaikh barakallah fik.....".

Semua ini disampaikan dalam keadaan menangis...tangis bahagia, karena dia seorang wanita mu'minah dan Allah Maha Tahu kebersihan, kesucian dan kejujuran hatinya dan bersabar, maka Allah kabulkan doanya.
                 _________

Prof. Syaikh Abdullah bin Bayyah, kelahiran Mauritania.
Mengajar di Universitas King Abdul Aziz di Jiddah.
Ustadz Dr zaenal abidin MM

Tentang celana laki - lakiOleh Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili -hafidzahullah-

Tentang celana laki - laki
Oleh Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili -hafidzahullah-
Ustadz nurhadi nugroho

Ada seorang pria hendak menjual rumahnya. Saat para pembeli berdatangan, dia berkata, “rumahku ini aku hargai 2 ribu dan ketetanggaanku dengan Abu Hamzah aku hargai 2 ribu, total 4 ribu dinar.”

Ada seorang pria hendak menjual rumahnya. Saat para pembeli berdatangan, dia berkata, “rumahku ini aku hargai 2 ribu dan ketetanggaanku dengan Abu Hamzah aku hargai 2 ribu, total 4 ribu dinar.”

Mereka berkata, “kami baru tahu kalau tetangga dijual juga!” maka pria ini menjawab, “bagaimana mungkin kuberikan gratis untuk kalian seorang tetangga yang di saat aku minta ia memberi, saat aku minta tolong dia membantu, saat aku fakir dia mencukupkan, jika aku tidak ada dia menjaga keluarga dan anakku.”

Namun tatkala sang tetangga Abu Hamzah mengetahui bahwa tetangganya akan menjual rumahnya, dia kemudian mengirim uang senilai 4 ribu dinar kepadanya dan berpesan, “jangan kau jual rumahmu!”

(At-Turatsul Adabi Al-'Arabi)

Subhanallah, tetangga seperti ini sebenarnya tidak bisa dinilai walau 2 ribu keping emas.
Ustadz yuspian 

ilmu yg takan bermanfaat kecuali bagi orang yg mengamalkannya

Minggu, 25 September 2022

jalan menuju rumah di surga

Alangkah sedikitnya hamba yang beramal tulus karena Allah ta'ala. Kebanyakan manusia lebih suka memperlihatkan berbagai amal ibadah mereka.”

📝 Yang Kebanyakan Manusia Suka

Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan, “Alangkah sedikitnya hamba yang beramal tulus karena Allah ta'ala. Kebanyakan manusia lebih suka memperlihatkan berbagai amal ibadah mereka.” (Shaidul-Khatir, 338)

Ibnul Jauzi rahimahullah wafat di akhir abad ke-6 hijriyah (597 H). Saat itu belum ada kamera, hp, atau gadget lainnya seperti sekarang ini, namun beliau mengatakan kalimat mendalam seperti itu. Lantas, bagaimana sekiranya beliau hidup di zaman kita sekarang ini?!

Semoga Allah ta'ala memberi taufik kepada kita untuk benar-benar tulus dalam beribadah kepadaNya. Allahumma aamiin. 

🇮🇩🇸🇦 ICC DAMMAM KSA
Channel Telegram:
https://t.me/iccdammamksa

Akhlak Salaf

Akhlak Salaf 

Seseorang mencaci Imam Waki' rahimahullah, beliau pun tidak meladeninya. 

Lalu ditanyakan kepada beliau, "Tidakkah engkau membalasnya?".

Beliau pun menjawab : "Utk apa kita menuntut ilmu, jika demikian?". 

(Raudhatul Uqala, 166)

Faedah : 
1. Penuntut ilmu atau orang yg berilmu hendaknya lebih bisa menahan diri dari gangguan manusia, bersabar atasnya dan tidak meladeninya. 
2. Karena Ilmu sejatinya akan menghalanginya dari tindakan-tindakan bodoh atau yg dilakukan oleh orang yg tidak berilmu.
3. Perdebatan yang disyariatkan adalah yang didasari dengan ilmu dan dilakukan dengan cara yg paling baik. Jika sdh dipenuhi caci maki maka itu menunjukkan ketiadaan ilmu di dalamnya. Hendaknya dihindari dan tak perlu dilanjutkan.
Ustadz Ridwan abu raihana