Jumat, 24 Juni 2022

Pernah suatu ketika, beberapa ikhwah mengadu pada Syaikh Al Albani. Mereka mengatakan:"Ada seseorang yang menganggap Anda sebagai musuh dan senantiasa berbicara jelek tentang Anda. Apakah kami mesti memboikotnya?"

Pernah suatu ketika, beberapa ikhwah mengadu pada Syaikh Al Albani. Mereka mengatakan:

"Ada seseorang yang menganggap Anda sebagai musuh dan senantiasa berbicara jelek tentang Anda. Apakah kami mesti memboikotnya?"

Syaikh menjawab: "Dia itu memusuhi personal Al Albani atau memusuhi aqidah yang dibawa dan didakwahkan Al Albani yaitu aqidah Al Kitab dan As Sunnah?

Jika ia memusuhi aqidah Al Kitab dan As Sunnah, maka ajak obrol dia dan bersabarlah. Jika kemudian engkau merasa ia memang butuh diboikot, maka boikotlah.

Namun jika ia memusuhi sosok Al Albani secara personal saja, sedangkan manhajnya sama dengan kita dalam memahami Al Quran dan Sunnah, maka tidak perlu boikot."

[Muhaddits Al 'Ashr, Imam Muhammad Nashiruddin Al Albani Kama 'Araftuhu, karya Syaikh Isham Musa Hadi hal. 94]

Perhatikan bagaimana Syaikh Al Albani mengajarkan untuk membangun loyalitas dan permusuhan berdasarkan Al Quran dan Sunnah, bukan berdasarkan person.

Boleh jadi ada kezhaliman, tuduhan tanpa haq, dll antara satu ustadz dengan yang lain, yang bahkan belum terselesaikan. Maka itu adalah satu hal, sedangkan komitmen di atas manhaj salaf adalah hal yang lain lagi.

Punya pendirian pribadi silakan, karena boleh jadi ada faktor lain. Akan tetapi jangan jadikan itu sebagai standar bagi orang lain, sehingga mengilzam atau mengharuskan setiap orang yang tidak sepakat dengan pendiriannya sebagai orang yang membela musuh, dll. Jika demikian dikhawatirkan dia sedang membangun loyalitas berdasarkan person, dan itu bagian dari hizbiyyah.
Ustadz ristiyan ragil