Pekan kemarin dapat pertanyaan: Apakah orang yang meninggal tenggelam namun sedang berbuat maksiat, termasuk syahid?
Hal ini pernah ditanyakan kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tentang seseorang naik kapal untuk berdagang kemudian tenggelam, apakah dia syahid?
Beliau menjawab:
نَعَمْ، مَاتَ شَهِيدًا إذَا لَمْ يَكُنْ عَاصِيًا بِرُكُوبِهِ، فَإِنَّهُ قَدْ صَحَّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "الْغَرِيقُ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ..."
Benar, ia mati syahid jika ketika menaiki kapal tersebut tidak dalam kondisi bermaksiat , karena Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda: 'Orang yang mati tenggelam syahid, orang yang meninggal sakit perut syahid, dst.."
وَرُكُوبُ الْبَحْرِ لِلتِّجَارَةِ جَائِزٌ إذَا غَلَبَ عَلَى الظَّنِّ السَّلَامَةُ. وَأَمَّا بِدُونِ ذَلِكَ فَلَيْسَ لَهُ أَنْ يَرْكَبَهُ لِلتِّجَارَةِ، فَإِنْ فَعَلَ فَقَدْ أَعَانَ عَلَى قَتْلِ نَفْسِهِ، وَمِثْلُ هَذَا لَا يُقَالُ: إنَّهُ شَهِيدٌ
"Mengarungi lautan untuk berdagang hukumnya boleh jika dia yakin akan selamat. Namun jika tidak demikian, maka dia tidak boleh naik kapal untuk berdagang. Jika dia melakukan itu maka dia telah membantu membunuh dirinya sendiri, dan untuk yang seperti ini tidaklah dikatakan bahwa dia syahid.." (Majmu Fatawa)
Asy Syirbini dalam Mughni Al Muhtaj mengisyaratkan bahwa dalam masalah ini ada perbedaan pendapat. Beliau, sebagaimana Az Zarkasy memilih pendapat bahwa maksiat tidaklah menghalangi kesyahidan.
Wallahu a'lam.
Ustadz ristiyan ragil