Minggu, 19 Juni 2022

MESKIPUN BERBEDAKetika masa mudanya, Syaikh Utsman Al-Khamis dikenal sebagai pemuda yang ahli dalam mendebat Syiah.

MESKIPUN BERBEDA

Ketika masa mudanya, Syaikh Utsman Al-Khamis dikenal sebagai pemuda yang ahli dalam mendebat Syiah. Pada awal mulanya beliau tidak ada niatan untuk menantang debat, akan tetapi karena diajak, maka beliaupun melayani. Dan itupun ajakan tiba-tiba, bukan dengan persiapan yang matang.

Saat itu beliau konsultasi dengan dua gurunya, yaitu Syaikh Nasir Al-Humaid dan Syaikh Ibrahim Al-Lahim. Adapun yang mendorongnya untuk debat adalah Syaikh Nasir Al Qifari. Hanya mereka bertiga yang menjadi tempat konsultasi, karena dikejar oleh waktu.

Setelah perdebatan usai, ternyata beliau diundang lagi untuk perdebatan kedua, yang pada akhirnya akan berkelanjutan dengan perdebatan ketiga, keempat, dan seterusnya. Sebelum memulai perdebatan kembali, beliau mendatangi ulama-ulama senior, seperti;
Syaikh Shalih Al-Fauzan 
Syaikh Abdullah bin Gudayyan
Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad
Syaikh Abdullah Al-Muthlaq
Syaikh Abdul Aziz Ad-Dawud
Syaikh Abdullah bin Jibrin 
Syaikh Rabi' Al-Madkhali
Dan masih banyak lainnya. 

Beliau menceritakan kepada para ulama perdebatan yang telah usai dan perdebatan mendatang. Beliau konsultasi kepada mereka, semua mendukung dan tidak ada yang melarang perdebatan itu kecuali Syaikh Al-Abbad yang berpendapat; jika maslahat lebih besar silahkan, jika mafsadat yang lebih besar maka jangan. 

Setelah sekian banyak konsultasi dengan para ulama, beliau pun semakin mantap untuk maju berdebat. Akan tetapi tersisa yang melarang dengan keras yaitu Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily, yang menganggap perdebatan itu tidak ada faedahnya. 

Pertemuan dengan Syaikh Ar-Ruhaily menghabiskan waktu satu setengah jam. Beliau bersikukuh perdebatan jangan dilakukan, sedangkan Syaikh Utsman masih kuat pendirian untuk tetap berdebat. Setelah cukup lama beradu argumen, pertemuan itu ditutup dengan ucapan Syaikh Ar-Ruhaily yang penuh adab dan kasih sayang, di mana beliau berkata,
"Ambillah pendapatmu, dan aku juga mengambil pendapatku. Meskipun aku sama sekali tidak puas dengan argumenmu. Aku akan mendoakanmu di belakang dan tetap membelamu. Lakukanlah apa yang menurutmu benar!"

Banyak yang dapat kita ambil dari penggalan cerita ini;
1. Sepintar apapun seorang penuntut ilmu, ia tetap butuh berkonsultasi dengan para guru yang lebih alim.
2. Perdebatan bertujuan untuk mencari apa yang benar, bukan siapa yang menang.
3. Berbeda pendapat masalah ilmu bukan berarti alasan untuk tidak saling membela.
4. Mengakhiri diskusi dengan saling mendoakan, di antara adab yang baik. 

Catatan:
Muizz Abu Turob

Semoga bermanfaat 🙏

Ref: 
https://youtu.be/KM06dHCvT10