Kamis, 05 Mei 2022

Hari ini ana melihat ada sebagian penuntut ilmu yang tidak mau belajar fikih dengan madzhab, kemudian mengidentikkan hal tersebut dengan fanatisme atau ta'ashub. Dan kalau kita lihat, kajian fikih yang mereka datangi adalah kajian kitab fikih milik Syaikh as-Sa'diy atau milik murid beliau, Syaikh al-'Utsaimin.

Hari ini ana melihat ada sebagian penuntut ilmu yang tidak mau belajar fikih dengan madzhab, kemudian mengidentikkan hal tersebut dengan fanatisme atau ta'ashub. Dan kalau kita lihat, kajian fikih yang mereka datangi adalah kajian kitab fikih milik Syaikh as-Sa'diy atau milik murid beliau, Syaikh al-'Utsaimin.

Padahal, tahukah mereka, bahwa Syaikh as-Sa'diy bisa menjadi seorang Syaikh as-Sa'diy setelah beliau hafal Daliluth-Thalib, sebuah matan madzhab, yaitu madzhab Hanbaliy. Beliau juga mewajibkan murid-murid beliau, termasuk di antaranya Syaikh al-'Utsaimin, untuk menghafalkan Zadul-Mustaqni', lagi-lagi sebuah matan madzhab, yaitu madzhab Hanbaliy.

Syaikh al-'Utsaimin bisa menjadi seorang Syaikh al-'Utsaimin setelah beliau tafaqquh di matan-matan madzhab Hanbaliy. Kitab ushul yang beliau rekomendasikan untuk dipelajari dan dihafalkan adalah Mukhtasharut-Tahrir, lagi-lagi sebuah matan madzhab, yaitu madzhab Hanbaliy.

Syaikh al-'Utsaimin di kitab beliau asy-Syarhul-Mumti', kelihatan sekali bahwa beliau sangat ahli dengan literatur madzhab Hanbaliy. Misalnya, beliau membandingkan kitab al-Furu' karya Syamsud-Din Ibnu Muflih dan kitab Ghayatul-Muntaha karya Mar'iy al-Karmiy, keduanya adalah kitab madzhab Hanbaliy. Kalau proses belajar fikihnya tidak terkurikulum dengan memakai literatur madzhab, akan susah untuk memahami kitab-kitab turats seperti ini.

Kalau kita ingin meneladani para ulama' kibar, ingin bisa seperti mereka, maka ikutilah metode belajar mereka yang itu sudah terbukti efektif dalam memudahkan mereka mencapai derajat yang tinggi dalam ilmu. Semua ini tentunya setelah hidayah dan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ustadz Dr andy oktavian latief