Ibn Taimiyyah, apabila mendapati sebuah buku yang kemudan beliau baca dengan seksama dalam sekali baca, maka redaksi-redaksi dalam buku yang dibacanya itu melekat di benaknya. Beliau mampu mengingat redaksi-redaksi itu dengan baik sehingga ketika beliau berkeperluan untuk menukil redaksi-redaksi itu ke dalam kitab yang ditulisnya, beliau pun menuliskan redaksi-redaksi itu dengan benar. Dahulu, pada saat beliau masih kecil, ayah beliau mengajak semua anaknya untuk bertamasya ke sebuah taman. Sang ayah tentu saja mengajak Ibn Taimiyyah pula. Akan tetapi, Ibn Taimiyyah menolak ajakan ayahnya dengan sebenar-benar penolakan. Ia ingin tetap di rumah untuk membaca buku. Sang ayah pun pergi bertamasya bersama saudara-saudara kandung Ibn Taimiyyah. Pada sore harinya, sepulang dari tamasya, sang ayah bertanya kepada Ibn Taimiyyah tentang hal yang dilakukannya di rumah sampai-sampai membuat saudara-saudara kandungnya merasa kecewa karena bertamasya tanpa Ibn Taimiyyah. Ibn Taimiyyah menjawab, "Wahai ayah, sepanjang hari ini aku membaca kitab dan berhasil menghafalkan isi kitab ini." Ayah Ibn Taimiyyah merasa kaget, lalu berkata, "Kau hafal isi kitab ini? Tunjukkan kepadaku untuk membuktikan ucapanmu itu!" Ibn Taimiyyah pun membuktikan ucapannya sehingga sang ayah yakin bahwa Ibn Taimiyyah telah benar-benar hafal seluruh isi kitab yang dimaksud dari redaksi awal sampai akhir. Sang ayah segera menarik Ibn Taimiyyah lalu mencium kening Ibn Taimiyyah seraya berkata, "Wahai bocah kecilku, jangan kau kabarkan kepada siapa pun hal ini!" Hal itu dikatakan ayahnya karena sang ayah merasa khawatir jika anaknya itu terkena 'ain karena kehasadan ...
-diterjemahkan secara bebas-bebasan dari gambar-
Ustadz hendra wibawa