Rabu, 18 Mei 2022

Kalau kecerdasan adalah tolok ukur kebenaran, maka harusnya Washil bin 'Atha gembong sekte Mu'tazilah itu benar, namun ternyata ia sesat menyesatkan.Kalau banyak kitab dan rajin baca kitab juga tolok ukur kebenaran, tentu al-Jahizh itu orang yang benar. Nyatanya karena tanpa filter dalam membaca ia malah tersesat. Ia meninggal tertimpa kitab-kitab di maktabahnya.

Kalau kecerdasan adalah tolok ukur kebenaran, maka harusnya Washil bin 'Atha gembong sekte Mu'tazilah itu benar, namun ternyata ia sesat menyesatkan.

Kalau banyak kitab dan rajin baca kitab juga tolok ukur kebenaran, tentu al-Jahizh itu orang yang benar. Nyatanya karena tanpa filter dalam membaca ia malah tersesat. Ia meninggal tertimpa kitab-kitab di maktabahnya. 

Kalau perasaan bisa dijadikan tolok ukur kebenaran, maka Fir'aun juga bisa benar ketika ia berkata, 

 ...قَالَ فِرْعَوْنُ مَاۤ اُرِيْكُمْ اِلَّا مَاۤ اَرٰى وَمَاۤ اَهْدِيْكُمْ اِلَّا سَبِيْلَ الرَّشَادِ

"...Fir'aun berkata, "Aku hanya mengemukakan kepadamu apa yang aku pandang baik; dan aku hanya menunjukkan kepadamu jalan yang benar.""
(QS. Ghafir 40: Ayat 29)

Ternyata itu hanya klaim belaka, dan nyatanya ia tetap kafir dan sesat...

Maka kembalikan ianya (kebenaran) pada Al-Quran dan Sunnah dengan pemahaman Salaful Ummah... 

Akhûkum,
Abû Hâzim Mochamad Teguh Azhar