Semoga Allah selalu menjaga Ustadzuna al-Fadhil Doktor Firanda Andirja, melimpahkan untuk beliau keafiyatan selalu, dan memanjangkan usia beliau di jalan ilmu dan dakwah.
Ini tesis beliau. Tak terbayang betapa besar energi ilmiah -baik fisik, psikis, dll- yang beliau kerahkan untuk menulis karya ini. Saya yg -sekedar baca aja- capek bukan kepalang. Satu paragraf butuh dibaca berulang-ulang untuk bisa menangkap substansinya. Terutama di bagian aqwaal mutakallimiin (ucapan² ahli kalam penolak sifat) yang njelimet muter -terkadang zigzag- ke sana kemari (sirkuit GP ga segitunya).
Saya baru sampe hal. 170. Itupun, banyak yang saya skip bacanya. Terutama dibagian paparan aqwaal & syubhat² ahli kalam -yang saya anggap terlalu detail-. Bukan apa², saya kuatir justru lebih banyak syubhat yang masuk daripada inti sanggahannya. Gara² sudah kehabisan energi untuk memahami syubhatnya sebelum sampai membaca sanggahannya.
Bahaya. Terlalu dalam menyelami labirin akal mereka (al-mutakallimiin), bisa-bisa tak mampu lagi menemukan jalan keluar. Padahal, aqidah Islam ini mudah. Bisa dipahami oleh kaum buta aksara sekalipun.
Belum lagi, sanggahan bergaya manthiq Ibnu Taimiyyah terhadap al-mutakallimiin, butuh fokus yang super ekstra untuk bisa menangkap maksud beliau.
Belum lagi, tesis setebal 724 hlm ini, dicetak dengan font kecil. Kemungkinan jika dicetak dengan size font yang ideal, bisa sampai 3 jilid.
Alhasil, membaca tesis yang dibimbing oleh Syaikh Prof. Dr. 'Abdurrazzaq al-Badr ini, benar-benar berat. Namun sarat faidah ilmiah.
Syukurnya, Ust. Firanda menyisipkan kalimat² kesimpulan yang mampu mengurai "benang kerukut syubhat" sekaligus substansi sanggahannya.
Betapa besar jihad ilmiah yang telah dilakukan oleh Ust. Firanda hafizhahullah. Semoga Allah senantiasa memberkahi umur dan ilmu beliau.
Ustadz johan saputra halim